Ramalan Bintang - Tujuh belas

1.6K 133 13
                                    

Author POV

"Ini kenapa keadaannya jadi awkaward begini sih". Gerutu Bintang dalam hati.

Semenjak masuk kedalam mobil, Bintang dan Rama hanya terdiam tak seperti biasanya saat dulu jika mereka berdua bertemu yang saling bercerita.

"Ehm...... Bi... Abis ini kan kamu lulus, mau lanjut kemana ?". Rama yang mulai tak enak dengan suasana sunyi pun akhirnya membuka suaranya.

"Kayaknya di Jakarta aja mas. Pengennya sih di Bandung kayak bang Kiki, tapi nggak dibolehin mama papa". Jelas Bintang.

"Kenapa gitu ?". Tanya Rama antusias.

"Takut nggak ada yang jagain aku katanya mas. Kan bang Kiki bentar lagi lulus".

Seperti yang semua orang tau, Bintang ini nggak bisa keluar jauh kalo nggak ada keluarganya disisinya. Waktu ke Jember aja kudu ada si Ganda yang ngawal. Lah kuliah ? Masa Ganda harus ngintilin Bintang mulu kan nggak mungkin.

"Hmmm gitu..... Padahal mas bisa loh jagain kamu waktu di Bandung nanti".

Maksud ?

Seperti tak paham dengan ucapan Rama, Bintang pun menanyakannya. "Maksudnya gimana ya mas ?".

"Mas ditempatin tugas di Bandung Bi.....". Jelas Rama yang tiba-tiba membuat raut wajah Bintang berubah 180 derajat. "Tenang aja.... Mas dua minggu sekali akan pulang kok". Lanjut Rama kemudian Bintang mendongakkan wajahnya.

"Kenapa gitu mukanya tadi ?". Tanya Rama kemudian Bintang menggelengkan kepalanya.

"Kuliah yang bener ya nanti. Jangan titip absen mulu. Bolehnya titip absen kalo mas lagi lepas dinas aja". Rama pun terkekeh setelah mengucapkan wanti-wantinya pada Bintang.

^•^

Setelah mengantarkan Bintang pulang, Rama kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya. Kali ini Rama kembali lagi tinggal dirumahnya dan membiarkan kamarnya di rumah makan tak ditempati. Hal itu dilakukan Rama karna setelah seminggu ini dia akan berhijrah ke Bandung dan meninggalkan Jakarta, ya meskipun itu nggak selamanya.

"Dari mana Ram ?". Tanya Lusi yang membuat Rama menghentikan langkah kakinya.

"Eh mama..... Kirain ke rumah makan". Ucap Rama kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju dapur dimana Lusi berada.

"Rama abis nganterin Bintang pulang ma.....". Kini Rama duduk dikursi yang menghadap ke dapur.

"Yang kemaren ke Jember itu ?".

"Iyaa ma.....".

"Kapan-kapan ajak main ke rumah Ram Bintangnya.....". Dengan senang hati Rama pun mengangguk menanggapi permintaan Lusi.

"Yauda mandi dulu sana gih, malem ini tidur rumah lagi kan ?".

"Iyaa ma.... Rama tidur rumah terus kok sampe Rama berangkat ke Bandung nanti". Ucap Rama masih melanjutkan melahap kue bronis sebelum melangkah pergi kekamarnya untuk mandi.

Sementara dibelahan bumi yang lain. Seorang perempuan tengah menutup kepalanya dengan bantal dan menggerutu-menggurutu tak jelas semenjak diantarkan pulang oleh Rama tadi.

Tok..... Tok..... Tok.....

Dengan sedikit kesal Bintang membuka bantalnya yang tadi sempat menindih kepalanya itu.

"Kenapa ma ?".

"Kok malah kenapa ? Harusnya mama yang nanya kenapa". Ucap Rani dengan raut bingung. "Kenapa baru pulang malah semedi didalem kamar ? Biasa juga nongkrongin meja makan". Jelas Rani kemudian. "Sakit ?".

Bintang pun menggelengkan kepalanya. "Nggak kok ma".

"Dianter pulang siapa ?".

Rani menatap Bintang dengan menyipitkan matanya.

Merasa seperti di introgasi mamanya, Bintang pun memutuskan kontak mata dengan mamanya. Bingung mencari jawaban, takut mamanya akan marah mengetahui dengan siapa dirinya pulang.

"Mama tadi dirumahnya tante Mita. Mama lihat dari ruang tamu kayaknya yang anter bukan mobil temen-temen kamu biasanya ?". Dan Bintang pun mengangguk.

"Bintang dianter pulang mas Rama ma....".

"Mas Rama siapa ? Kayaknya dikeluarga besar mama sama papa nggak ada yang namanya Rama".

"Temen Bintang ma.....".

"Temen kok manggilnya mas ?".

Rani benar-benar berniat mengintrogasi Bintang. Sampai-sampai bulir-bulir keringat nampak dipermukaan dahi Bintang padahal AC terpasang didalam rumahnya.

"Juniornya bang Kiki waktu SMA dulu ma....".

"Pacar kamu ?". Tanya Rani to the point dan dengan cepat dibalas gelengan kepala oleh Bintang.

"Temen tapi manggil mas, bukan pacar tapi anter pulang kerumah".

"Emang Bintang boleh pacaran ma ?".

"Kalo boleh, mau mengakui dia pacar kamu ?".

"Nggak ma.... Bintang emang belom pacaran kok sama mas Rama".

Belom ya ?

Catet

Percaya diri banget Bintang bakal dijadiin pacar Rama.

"Jangan sering keluyuran berdua. Nggak baik perempuan dibawa wara wiri sama laki-laki. Mending dia suruh kerumah kalo mau ketemu kamu". Jelas Rani kemudian berlalu meninggalkan Bintang yang masih berdiri didepan pintu.

Bintang mengerutkan dahinya. Bingung dengan ucapan Rani. Yang barusan itu tadi apa ? Dia diijinin pacaran ?

Sadar bahwa sedikit banyak lampu hijau diperbolehkan untuk pacaran dari mamanya, Bintang langsung menutup kamarnya berjingkrak-jingkrak tak karuan senangnya.

Namun tiba-tiba aktivitasnya terhenti. Seakan teringat suatu hal yang membuat dirinya sedih. Sebuah pertanyaan yang melintas dalam pikirannya.

Kapan Rama akan menjadikannya pacar ?

TBC

Ini foto mas Rama waktu tadi nganter Bintang pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini foto mas Rama waktu tadi nganter Bintang pulang.

Dan ini foto yang Bintang pamerin di grub chat rombongan sirkus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ini foto yang Bintang pamerin di grub chat rombongan sirkus.

Ramalan Bintang ✅ [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang