Ramalan Bintang - Delapan

2K 126 0
                                    


Bintang POV

Jam dikamarku sudah menunjukkan pukul sembilan malam. PR kimia dan matematika juga akhirnya sudah selesai ku kerjakan, dimulai dari jam enem sore sampe jam sembilan malem. Tiga jam cuman buat belajar dua matpel doang. Heran, kenapa matpel berat-berat musti dijadiin satu dalam satu hari. Kenapa nggak senin matematika, selasa kimia, rabu biologi, kamis fisika, jumat sabtu minggu libur gitu kan oke ?

Kriinggg....kriingg.....kriinggg.....

Aku melihat sekilas nama siapa yang tertera diponselku kemudian mengangkatnya.

"Hallooo".

"Udah selesai belajarnya Bi ?".

Aku mengangangguk menanggapi pertanyaan dari seberang telpon.

"Kok diem ? Belom selesai ya ?".

Bodo banget ellah. "Udah kok mas,
. Tadi ngangguk, lupa kalo mas Rama nggak bisa ngelihat". Jawabku cengengesan.

Iya, itu mas Rama. Duh kok aku jadi semriwing gini ya manggil "mas". Biasanya kalo ada cowok yang lebih tua dari aku pasti manggilnya "bang". Tapi mas Rama nggak ngebolehin manggil abang dan lebih suka dipanggil mas. Skip.

"Uda makan Bi ?". Pertanyaan klasik.

"Udah mas, tadi waktu papa pulang terus makan. Mas Rama juga uda kan ?".

Gausah kaget gitu. Jadi mas Rama ini adik kelasnya bang Kiki waktu SMA dulu, aku belom tanya bang Kiki sih, mas Rama sendiri yang cerita. Lagi juga aku rada canggung kalo bahas masalah cowok sama bang Kiki, kecuali kalo ghibahin si Ganda.

"Udah tadi bikin sate. Lagi pengen makan sate soalnya". Jawabnya.

"Kenapa nggak beli aja mas ? Ribet kan kalo bikin, mana cuman dimakan mas Rama doang". Protesku.

"Ngapain harus beli kalo mas Rama sendiri juga jual".

"Jual ? Jual apa mas ?". Tanyaku berambisi.

Iya, aku sedikit kaget sih. Eh bukan kaget sih, nggak paham lebih tepatnya.

"Jual sate".

Rama POV

"Mas Rama jualan sate ?". Tanyanya dengan nada terkejud.

Aku paham. Oke, coba aku tes sekalian.

"Iya jualan sate Bi... Sate Madura". Jawabku.

"Mas Rama kok nggak pernah bilang ?". Tanyanya mulai tak terima.

"Kenapa emang Bi ?". Tanyaku masih dengan nada rendah.

"Kan Bintang pengen tau rasanya sih mas. Kasih gratis dong buat taster. Yayayaaaaa....".

Aku sedikit melongo mendengar ucapan Bintang. Ku pikir dia akan marah dan tak terima jika aku berjualan sate atau menjadi penjual sate, lalu dia menutup telponnya dan nggak mau lagi bales chatku.

"Mas.... Nggak mau kasih gratisan nih ? Yauda deh Bintang beli mas..... Gitu aja mikir kelamaan".

"Kamu nggak malu Bi ?". Akhirnya aku bersuara setelah termlongo.

"Malu ? Kenapa mas ?".

"Malu temenan sama mas karna mas tukang sate mungkin ?".

"Ngomong apa sih mas, Bintang malah seneng loh. Bisa makan gratis". Jawabnya cengengesan.

Mungkin disini terlihat kurang adil. Aku yang sedikit banyak tau tentang Bintang dan keluarganya. Sedangkan Bintang tak tau sama sekali mengenai diriku, kecuali kalau bang Kiki yang kasih tau.

Dulu aku pernah satu club motor sport sama bang Kiki, jadi sedikit banyak aku tau tentang keluarga dan adiknya yang manja bin ngeselin katanya dulu. Tapi jangan pikir kalau aku sudah tau Bintang dari jamanku SMA dulu, aku cuman tau kalau bang Kiki punya adik yang namanya Bintang, itu aja.

"Yauda, besok mas ajak ke tempat mas mau nggak ?".

"Pulang sekolah mas ? Makan sate ?". Tanyanya dengan nada bahagia.

Kelihatan banget loh nadanya Bintang langsung berubah. Segitu doyan makannya dia.

"Iya, besok mas jemput kamu disekolah gimana ?".

"Eh serius nih mas Ram ?".

"Iyaa Bii....... Mas serius".

"Oke. Besok Bintang tunggu pulang sekolah jam 3 yaa mas. Jangan telat, karna Bintang nggak suka menunggu. Menunggu itu capek, menunggu itu membosankan".

"Curhat ?". Tanyaku sambil terkekeh mendengar penuturannya. "Iya bawel".

^•^

Berbekal alamat yang sudah dikirimkan Bintang satu jam yang lalu, aku mulai menuju sekolah Bintang untuk menjemputnya sesuai dengan janjiku kemarin.

Dengan bantuan google maps akhirnya aku tiba didepan gerbang sekolah Bintang. Jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul 2.50 PM yang berarti sepuluh menit lagi Bintang pulang.

Cklunk....

Tanda bunyi bbm masuk, dengan segera aku mengeluarkan ponselku dari saku jaket.

Bintang Kejora

Mas Rama dimana ? 10 menit lagi Bintang pulang nih.

Didepan gerbang sekolah kamu bawel, buru keluar.

10menit lagi mas, sabar.

Setelah membaca chat terakhir Bintang aku keluar dari aplikasi dan mengunci ponselku.

"Mas Rama !!!!".

Aku menengok kearah suara yang memanggilku. Gadis yang ku tunggu akhirnya datang juga.

Kuperhatikan dia yang tengah berjalan kearahku dengan senyum mengembangnya.

"Tadi berangkat sama siapa ?". Tanyaku ketika dia sudah berdiri tepat disamping motorku.

"Temen". Jawabnya. "Naik ?". Tanyaku kembali.

"Mobil. Kenapa mas ?".

Aku menarik nafas sedikit dalam kemudian melepaskan Pull Bear navyku dan memberikan pada Bintang. "Pake yaa.... Maaf jemputnya pake motor".

Bintang POV

Aku menerima jaket yang diulurkan mas Rama kepadaku kemudian memakainya. Sedikit kebesaran memang, ah bukan. Ini sangat besar.

"Kenapa minta maaf ? Santai aja sih mas". Jawabku usai memakai jaket.

"Ini bisa pake rok naik motor begini ? Gapapa ?". Tanyanya dengan nada kuatir dan panik. Bang Kiki yang over protective aja nggak kayak gini perhatiannya ke aku.

Aku memegang pundak kirinya kemudian naik keatas motornya. "Santai aja..... Wolesss. Bereskan". Ucapku setelah duduk diatas jok motornya.

"Pegangan ya Bi..... Ya meskipun mas nggak akan ngebut".

"Modusmu mas !!!".

TBC

Ramalan Bintang ✅ [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang