"Gue duluan ya Ca.....". Pamit Bintang kemudian menghabiskan milk shake pesanannya hingga tandas."Uda dijemput ?".
"Uda didepan. Bye". Bintang pun bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan tergesa-gesa keluar dari kantin kampusnya.
Sementara Eca yang dari tadi ada bersamanya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
Iya, cuman Eca yang satu kampus dengan Bintang. Windy memang kuliah di Jakarta, tapi dia ambil di kampus swasta yang ada kelas extentionnya. Sedangkan Cinta ? Dia yang paling jauh. Cinta memilih kuliah di universitas negeri yang terkenal di Jogja.
"Maaf lama mas....". Ucap Bintang yang sudah berdiri disamping Rama.
"Gapapa... Udah nggak ada yang ketinggalan kan Bi ?". Tanya Rama sambil mengusap puncak kepala Bintang.
"Nggak kok mas. Udah semua. Yuk jalan". Ajak Bintang antusias.
Yaa Bintang benar-benar bahagia saat ini. Ini adalah perdana bagi Bintang Rama menjemputnya ke kampus setelah lima bulan berpacaran dan tiga bulan nggak ketemu. Bayangkan.... Bayangkan gimana rasanya tiga bulan nggak ketemu ?!!
Kali ini Rama mendapat libur dua hari. Sabtu pagi dia turun jaga, setelahnya dia istirahat sebentar tidur di flat seperti yang disarankan oleh papanya. Dan jam dua ini dia sudah di kampusnya Bintang untuk menjemput perempuannya itu.
"Mau makan apa Bi ?". Tanya Rama disela-sela menyetir mobil dengan tangan kiri yang terus menggenggam tangan kanan Bintang.
"Apa aja terserah mas". Jawab Bintang singkat sambil tersenyum manis menghadap Rama.
"Makan di MCD aja ya biar nggak kelamaan nyampe rumahnya".
"Kenapa gitu ?". Tanyanya dengan nada kesal.
Kini pandangannya menatap lurus kearah Rama yang masih sibuk menyetir dengan alis yang hampir menyatu. Rama yang merasa ada yang menatap pun menengokkan kepalanya kearah Bintang.
"Biar kamu bisa istirahat sayang... Kan besok kita mau jalan lagi". Rama yang paham dengan arti tatapan Bintang pun segera meluruskan maksud ucapannya.
Dan seketika detik itu juga Bintang terdiam. Mencoba memutar kembali memori dimana Rama memanggilnya sayang untuk pertama kalinya. Pipinya tiba-tiba memanas, sedang biang keroknya masih belom sadar dengan keadaan Bintang yang berubah menjadi diam.
"Kok bengong ?".
Dengan susah payah Bintang menelan salivanya dan mengerjap-ngerjapkan matanya mencoba keluar dari kesadaran yang sudah membuatnya melambung tak tentu arah.
"Ng-nggak... Nggak papa kok mas". Jawabnya dengan nada sedikit gugup.
Rama yang sudah mendapatkan jawaban "gapapa" dari mulut Bintang pun kini kembali fokus pada kemudinya tanpa mencari tahu kembali arti "gapapa" menurut perempuan itu apa.
Ya, Rama bukanlah laki-laki yang romantis apa lagi peka dengan kode. Dia lebih suka to the point dan nggak bertele-tele. Bintang saja hampir jengah dengan sikap kakunya Rama terlebih saat dia sudah memasuki dunia militer, dasarnya sudah kaku dan nggak romantis, sekarang malah lebih parah. Dan karna sikap kakunya Rama tersebut, sedikit saja Rama bersikap manis seperti memanggil sayang bisa membuat lawan bicaranya meleleh.
"Nyampe rumah langsung istirahat, jangan tidur malem-malem". Tiba-tiba satu kecupan mendarat dipunggung tangan Bintang saat dua detik yang lalu sudah berada digenggaman tangan Rama.
Hallo ?
Ini jam berapa ? Kenapa nyuruh jangan tidur malem-malem ? Masih lama kelessss !!! Ck.
Yang diajak bicara hanya manggut-manggut tak jelas. Alam bawah sadarnya sedang merasuki, sampai membuat Bintang tak sadar bahwa saat ini masih pukul dua siang.
Padahal hanya sebuah kecupan dipunggung tangan yang menurut kebanyakan orang biasa saja, tapi bersensasi luar biasa bagi Bintang.
Setelah mereka berdua makan siang, Rama kembali melajukan mobilnya menuju rumah Bintang mengantarkannya pulang. Sesampainya dirumah Bintang, Rama pun langsung berpamitan pada Rani dan Ridwan untuk langsung pulang.
Jleb..
Jleb..
Bipip..
"Assalamualaikum....".
"Waalaikumsalam...". Terdengar sautan suara dari halaman belakang dan membuat Rama memutuskan untuk kesana.
Dari kejauhan terlihat dua insan tengah bercanda gurau bak abg yang sedang kasmaran. Sesekali mereka meminum teh yang ada dimeja dan saling menyuapi biskuit.
"Ehm..... Mentang-mentang tadi Rama pamit keluar eh gataunya malah enak-enakan disini". Ucap Rama menginterupsi kegiatan dua manusia tersebut membuat mereka seketika menoleh kearahnya.
Bukannya malu, Lukman dan Lusi pun malah tertawa melihat anaknya yang tengah merecokinya saat ini. Rama duduk didepan kedua orangtuanya dengan Lusi yang masih berada didalam dekapan Lukman. Siapa yang menyangka perawakannya yang besar, kaku, dan garang tapi memiliki sisi yang romantis ketika sedang berdua dengan istrinya. Berbeda sekali dengan anaknya.
"Lagi juga cepet bener pulangnya ? Nggak jalan-jalan dulu sama Bintang ?". Tanya Lusi kemudian melepaskan pelukannya dari Lukman.
"Kayak nggak seneng banget Rama ada disini". Rama kini sedang melirik kearah Lukman.
Lukman yang merasa dilirik pun kini tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini laki-laki, kenapa gampang banget kesinggung".
"Rama gampang kesinggung kalo yang ngomong mama sama papa".
"Kenapa gitu ?". Lukman tak terima.
"Karna Rama nggak peduli sama apa yang diomongin orang lain, kecuali omongan mama sama papa". Jelasnya kemudian Lukman mengangguk.
"Oh iya papa tadi bawa oleh-olehnya banyak. Nanti kasih buat Bintang juga ya". Ucap Lusi kemudian Rama mengangguk.
"Kok cepet baliknya ?". Tanya Lukman kembali setelah tadi tak mendapat jawaban dari anaknya.
"Cuman jemput kuliah doang pa..... Besok juga mau jalan".
"Kemana ?". Tanya Lusi kepo.
"Dufan ma. Kenapa ? Mama mau ikut ?".
"Ikut nggak paa ?". Lusi pun melirik kearah suaminya yang sedang meneguk teh.
"Mama pengen ikut ke dufan ?". Kini Lukman tengah meyakinkan istrinya.
"Jangan deh. Nggak usah ikut ma. Kapan-kapan aja ya kita berangkat sendiri bertiga". Rama mencomot biskuit yang ada di meja sebelum berdiri dari duduknya.
"Bilang aja nggak mau mama kintilin. Sok sok an nawarin pula". Omel Lusi pada Rama. "Anakmu tuh pa......". Rajuknya kembali setelah Rama menghilang dari balik pintu dapur.
"Biarin lah ma..... Kayak nggak pernah muda aja. Mereka kan juga pengen jalan-jalan berdua, nanti kalo mama ikut kasian mereka. Nanti kita atur waktu buat jalan berempat sama Bintang juga kalo mama pengen". Jelas Lukman mengecup kening istrinya dan membawa Lusi kedalam dekapannya kembali.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramalan Bintang ✅ [ RE-PUBLISH ]
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis SMA yang menaruh hati pada seorang abdi negara. Sosok laki-laki yang ditemaninya berjuang mulai dari enol, dari ketika dia belum menjadi apa-apa. Apakah laki-laki itu akan membalas perasaan gadis SMA tersebut ? At...