Ramalan Bintang - Extra Part 3

455 64 14
                                    

Flashback On

"Sial!! Kenapa pake macet segala !!". Umpatnya berkali-kali memukul stir mobilnya ketika menghadapi macet satu jam lebih tak ada pergerakan sama sekali.

"Mang, didepan ada macet apa sih?". Tanyanya pada pedagang asongan yang melintas disamping mobilnya.

" Ada kecelakan beruntun pak. Polisi baru sampai di TKP". Jawab pedagang asongan tersebut.

"Apa lawan apa pak ?". Tanya Rama mencoba memprediksi waktu untuk menyelesaikan kecelakaan tersebut.

" Truck tanki gandeng pak, terus ada grand livina, toyota avansa sama ertiga. Kalo kronologisnya sih kurang tau pak". Jawab pedagang asongan itu lagi.

Rama semakin gelisah karna dia tau kejadian itu akan memakan waktu lama. Sedangkan satu jam lagi makan siang, dan Rama nggak akan bisa sampai disana tepat waktu.

Sampai pada dua jam kemudian Rama telah sampai disebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi setelah melewati macet yang panjang.

"Ada yang bisa saya bantu pak ? Karna istirahatnya masih 15 menit lagi. Jadi bapak bisa menunggu sebentar". Tanya satpam sebuah Bank ketika melihat Rama buru-buru memasuki kantor tersebut.

" Saya mau ketemu Bintang. Iya, Bintang". Ucap Rama sedikit ngos-ngosan karna berlari dari parkiran yang lumayan jauh.

"Bintang ? Bintang siapa ya pak ? Pegawai disini nggak ada yang namanya Bintang pak".

" Ada pak. Infonya dia kerja disini sebagai CS, namanya Bintang Kejora". Lanjut Rama.

"Oh... Mbak Ara maksudnya ?".

Rama yang ditanya bingung, namun detik berikutnya dia mengangguk. Mengangguk saja meskipun dia juga tidak paham.

" Iya itu, mungkin pak. Mbak Ara". Jawab Rama.

"Mbak Ara baru saja istirahat pak, mungkin satu jam lagi baru kembali".

" Satu jam lagi ya ??". Ucap Rama bertanya pada dirinya sendiri.

Dia bingung, harusnya dimomen istirahat seperti ini dia bisa bertemu dan mengobrol. Kalau menunggu satu jam lagi otomatis Ara yang diyakininya Bintang itu  sudah pasti kembali bekerja dan nggak ada waktu untuk bertemu dan mengobrol dengannya.

"Atau bapak bisa cari mbak Ara di masjid depan kantor pak, biasanya mbak Ara sholat dhuhur disana". Jelas satpam tersebut menunjuk sebuah masjid besar yang berdiri megah diseberang kantor tempat Bintang bekerja.

Senyum cerah Rama seketika terbit setelah mendengar penjelasan satpam tersebut.

" Terimakasih pak-". Rama memandang nama yang tertempel didada sebelah kanan. "Pak Ratno. Terimakasih". Lanjut Rama.

" Sama-sama pak. Kalo mbak Ara-nya nggak ada di masjid, bapak cari di Rumah makan Rawon Rosobo yang ada disebelah masjid pak, biasanya mbak Ara selesai sholat makan siang disana".

Tak mau membuang waktu lebih lama, Rama segera menjabat tangan Ratno dan mengucapkan terimakasih berkali-kali.

Rama POV

Aku berlari keluar dari kantor tempat Bintang bekerja menuju jalan raya. Mobilku kubiarkan berada disana dan memilih menyeberang dengan berjalan kaki. Aku terus berlari menaiki tangga penyeberangan yang membentang diatas jalan raya sampai pada kakiku melangkah memasuki gerbang masjid yang megah ini.

Jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul satu. Kemudian kuputuskan untuk melepas sepatu PDL yang membungkus kakiku.

Gemercik air kubasuh ke anggota tubuhku untuk bersuci dari hadast besar dan hadast kecil, serta mengucapkan niat yang sudah kupelajari sejak SD.

Ramalan Bintang ✅ [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang