"Assalamualaikum!" ucap Anisa sambil meletakan kopernya di dekat sofa merah tua.
Wanita berambut panjang dengan beberapa uban itu menoleh. Ia beranjak dari duduknya dan tersenyum melihat Anisa.
"Waalaikumusalam," jawabnya antusias.
Anisa mendekat lalu mencium tangan wanita itu. Mereka berpelukan sebelum akhirnya saling diam.
"Ke mana Papah kamu?" tanyanya sambil mengelus pipi Anisa kemudian menariknya untuk duduk bersebelahan. "Kalian gak lagi musuhan, kan?"
Anisa tertawa geli. "Nggak dong, Nek. Masa aku sama Papah musuhan."
Wanita itu juga tertawa. "Jadi, sekarang dia di mana?"
Anisa diam sejenak. Mulutnya tertutup rapi. "Aku... Panggil ya, Nek?"
Wanita itu mengangguk membiarkan Anisa melenggang pergi. Langkah gadis itu perlahan menyambut kedatangan Reymond yang tampak kusut.
"Papah... Kenapa?"
Reymond tidak menjawab. Tatapannya yang dingin dan sikapnya yang acuh membuat Anisa tidak ingin bertanya lagi. Lelaki itu hanya mampir sebentar untuk menyapa wanita tua setelah itu melengos begitu saja naik ke lantai atas.
"Papah kebiasan deh," celetuk Anisa lalu duduk di samping wanita tua.
"Jangan heran, Papah kamu emang dari dulu kelakuannya gak pernah berubah." Wanita itu tersenyum. "Masih kayak anak kecil."
Anisa tersenyum simpul. "Aku beres-beres dulu ya, Nek."
"Biar Nenek bantu."
Anisa pergi mengambil koper lalu berjalan mendekat pada wanita tua. "Yuk!"
Wanita tua mengangguk lalu mereka berjalan bersama menuju sebuah pintu bercat putih. Suara resleting koper yang dibuka membuat wanita tua antusias.
"Anak jaman sekarang bajunya bagus-bagus banget," kata wanita tua itu sambil mengangkat salah satu gaun Anisa. Ia menurunkannya, lalu sambil melipat, "dulu, Nenek gak pernah pake baju kayak gini."
"Dulu pake apa emangnya, Nek, daun?"
"Sembarangan, Nenek dulunya pake kebaya."
"Kebaya?"
"Iya, Nenek ambil dulu. Tunggu di sini."
Sambil menunggu Anisa dengan cepat melakukan kegiatan beres-beresnya. Berulang kali ia tersenyum saat merasakan udara di Bandung ini sangat sejuk. Kamarnya pun terasa bersih dan rapi. Hanya saja memang ada beberapa bagian kuno yang entah harus dipertahankan atau dihilangkan.
"Ini, kamu pake!" ucap wanita tua sambil memberikan sebuah kebaya hijau.
Anisa meraihnya, memerhatikan setiap desain dari kebaya itu. "Nggak deh, bahannya keras. Kayaknya sakit kalau pake ini." Anisa mendorong kebaya itu.
Wanita tua itu mendorong balik kebayanya. "Kamu pake dulu, bagus kok."
Dengan perasaan bimbang Anisa memakai gaun itu. Wanita tua mengelus pundak Anisa sebelum akhirnya pergi dan menutup pintu kamar untuk menunggu di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENITI SENJA
Teen FictionAnisa terlalu naif untuk menerima keadaan bahwa ia juga mencintai Andrea. Tetapi, larangan dari sang ayah membuatnya menjadi sangat sulit menerima kehadiran lelaki itu. Berulang kali Andrea berusaha mendapatkan hatinya sampai nyawanya nyaris hilang...