16. Antara Malam dan Kebahagiaan

133 19 2
                                    

     Andrea meringis ketika Raka menekan beberapa lukanya. Ia menyingkirkan tangan Raka dan mengambil sebatang rokok. Alat pemantik dinyalakan.

     "Keren, Bro. Udah babak belur masih sempat-sempatnya ngerokok," celetuk Kandabi.

     Andrea melepas rokok dari bibirnya. Ia menghembuskan asap yang mengepul. "Rokok bisa bikin gue tenang." Ia kembali menghisapnya rokoknya.

     "Gue sering ngerokok masih aja gak bisa tenang," sambung Seto.

     "Kayaknya lo harus dikasih sianida biar tenang," kata Kandabi yang langsung diberi jitakan keras.

     "Langsung ke alam baka tenangnya," lanjut siswa laki-laki yang sudah meminum minuman kemasan.

     Mereka tertawa bersama. Hanya Andrea dan Raka yang diam dan tidak bereaksi sama sekali. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

     "Dre, tadi lo lihat wajah anak yang bikin babak belur?" tanya Raka memastikan. "Biar nanti gue balas apa yang dia lakuin sama kita."

     Andrea tersenyum kecil. Ia menghembuskan asap rokok. "Tenang, gue bisa selesaikan sendiri."

     Ia kembali menghisap rokoknya lalu membuang asap ke udara. Raka hanya diam merasa bingung harus melakukan apa. Melihat Andrea dipukuli dan diinjak, membuat amarahnya tersulut. Namun, temannya yang satu ini malah menghalangi jalan untuk balas dendam.

     "Gue mau ketemu Anisa," katanya sambil menangkis tangan Raka.

     "Besok aja," tukas Kandabi. "Kita gak tau mereka masih di sana atau kagak."

     "Iya, bahaya," sambung Seto lalu duduk sambil memakan kerupuk. Ia mengeluarkan alat pemantik dan menghisap rokok.

     Andrea mengabaikan semua larangan itu. Ia berdiri, menghindar dari Raka yang menahannya. Motor milik Seto itu kembali ia naiki.

     "MOTOR GUE MAU DIBAWA KE MANA!?" teriak Seto sembari melepas sebatang rokok yang dihisap.

     "Sabar. Dia gak mungkin jual motor jadul itu," ujar seorang laki-laki yang duduk dekat pohon mangga.

     Semilir aroma bunga sedap malam tercium malam itu. Entah sebagai pertanda baik atu buruk, Andrea tetap meyakinkan diri untuk bisa bertemu Anisa.

     "Kenapa lagi," gumamnya ketika terpaksa berhenti dan mengecek sepeda motor.

     Lampu sepeda motor itu mati. Sepertinya ada kabel yang terputus. Andrea kembali naik ke atas motor. Lajunya pelan, sambil memerhatikan sekitar. Takut jika ada gebrakan untuk kedua kalinya.

     Sudah jauh sekali rasanya ia berkendara. Jalan pintas ke perumahan diambil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ia menatap sekitar, begitu sepi.

     Meong!

     Andrea diam sejenak melihat kucing yang sedang kasmaran. Ia tersenyum lalu kembali melanjutkan jalannya. Sesekali ia melihat ke arah belakang untuk memastikan kucing tersebut akan kawin atau tidak.

     Brak!

     Andrea terjatuh setelah menabrak seorang gadis. Bajunya penuh kuning telur.

     "Ih, dasar gak punya mata!" Gadis itu berdiri dan menepuk-nepuk bokongnya yang kotor.

     Andrea bangun sembari menahan ekspresi yang hendak mual. Semua pakaiannya habis terkena telur yang pecah. Kedua matanya menyipit ketika melihat gadis itu berjalan mendekat. Ia mendongak, sedikit melihat apakah benar gadis itu adalah dia.

MENITI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang