Saat itu ular sedang berdesis mencari mangsanya. Jantung manusia berdegup kencang tatkala mengkhawatirkan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Seperti sekarang yang terjadi pada Anisa. Ia takut Andrea menjadi lelaki yang tidak bisa berubah. Gadis itu ingin merubahnya. Semua hal buruk ingin ia buang dan hempaskan jauh-jauh.
"Pal, cepetan dong!" pekik Anisa sembari mencubit pinggang tukang ojek.
"Iya, Neng."
Lusi? Dia hanya diam memerhatikan sikap Anisa yang begitu posesif. Ia hanya bisa memandang dari sisinya sendiri. Tidak peduli apakah itu benar atau tidak. Lusi hanya akan tetap diam.
"Berhenti!" Anisa menepuk pundak tukang ojek dan membuat kendaraan beroda dua itu berhenti.
"Makasih, Pak," ucap Anisa terburu-buru kemudian berlari menghampiri beberapa anak gank motor yang sedang bersiap memasuki garis start.
"Astaga Anisa, ini belum dibayar ojeknya!" ketus Lusi yang tidak bisa menyamakan langkah kakinya dengan Anisa.
Di sana Andrea sedang duduk di atas motor dan menarik gas berulang-ulang hingga suara knalpot motornya menggema. Ia tidak sadar, bahwa seorang gadis kini telah berdiri di sampingnya.
"Ih.... Nakal banget sih!" Anisa menjewer telinga Andrea.
"Aw, sakit tau!"
"Ini gak seberapa. Gimana kalau nanti kamu jatuh, tabrakan, atau ban meletus, siapa nanti yang susah?"
Andrea tersenyum, lantas memutar kunci mematikan mesin motornya.
"Kamu."
"Hih! Kok, aku sih?"
"Karena kalau aku celaka pasti kamu yang khawatir."
"Hih!" Anisa beralih untuk menarik seragam Andrea. "Udah, jangan kayak gini terus. Ayok sekolah!"
"Gak bisa. Aku lagi cari uang."
"Kamu masih sekolah, belajar yang bener."
"Tapi aku bosen sekolah terus."
"Kan, ada aku."
Andrea diam sejenak. Pandangannya teralih pada beberapa orang yang menatapnya.
"Kayaknya gue gak bisa ikutan kali ini. Ada malaikat yang jemput gue," ucapnya membuat Anisa kembali menjewer telinganya.
"Hih! Aku bukan malaikat maut yang mau jemput kamu...!"
"Aw, iya maaf."
Seorang gadis dengan rok sekolah yang tidak cocok pada aturan sekolah mendekat. Rambutnya yang tidak diikat terbanh ke mana-mana. Ia mematut diri di depan Andrea. Membuat Anisa diam sejenak.
"Lo siapanya Andrea?" tanya gadis itu dengan tatapan tidak suka.
"Lo gak usah tau," jawab Andrea sebal. Karena ia sudah bosan berhadapan dengannya.
Gadis itu mendelik. "Ya udah, hati-hati!" Susan mendekatkan wajahnya pada Andrea.
Plak!
"Hih! Murahan banget," ujar Anisa setelah menampar pipi sebelah kanan gadis itu.
Kedua mata gadis itu terbuka lebar. Ia menatap Anisa sebal. Kemudian membalas hal yang sama dan tidak lupa menjambak hingga beberapa helai rambut Anisa rontok.
"Udah-udah!" Andrea mendorong tubuh gadis itu agar menjauh dari Anisa.
"Lo yang murahan! Kalau lo tau diri, lo gak mungkin samperin cowok kayak Andrea."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENITI SENJA
Teen FictionAnisa terlalu naif untuk menerima keadaan bahwa ia juga mencintai Andrea. Tetapi, larangan dari sang ayah membuatnya menjadi sangat sulit menerima kehadiran lelaki itu. Berulang kali Andrea berusaha mendapatkan hatinya sampai nyawanya nyaris hilang...