"Ingat! Belajar yang rajin, jangan main cinta-cintaan."
"Iya, Pah."
Anisa menyalami tangan Reymond dan melangkah masuk ke dalam sekolah.
Reymond memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana. "Anak saya," ucapnya membuat satpam itu tersenyum kikuk.
Anisa melangkah perlahan untuk meneliti setiap sudut sekolahnya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati seorang siswi yang sedang sibuk berbicara dengan ponselnya.
Dari balik pilar penyangga muncul seorang siswa yang berlari dengan cepat menuju Anisa. Pandangannya menatap ke belakang, melihat guru BK yang membawa sapu sedang mengejarnya.
Brak!
Laki-laki itu menabrak pohon di dekat sepeda. Merasa terkejut, Anisa segera menolong dan membantu siswa tersebut untuk berdiri.
"Kamu gak papa?" tanya Anisa sedikit khawatir.
"Gue gak papa." Siswa tersebut memegangi kepalanya yang sakit.
Laki-laki itu mengangkat wajahnya dan diam—terpesona dengan wajah yang menatapnya.
"Maaf, maksudnya aku gak papa." Andrea tersenyum singkat sebelum melihat wajah kaget Anisa.
"Tunggu." Anisa melepaskan genggamannya. "Bukannya kamu cowok yang celananya nyangkut di pagar?"
"Iya, cantik..."
Anisa mendengus kesal dan pergi meninggalkan siswa itu. Dia yang melihat bidadarinya pergi, segera menyusul.
"Kenalin, Andrea." Laki-laki itu menyodorkan tangannya, berharap sang gadis akan kembali menyalami tangan dengan senyuman yang manis.
Anisa menarik napasnya panjang. "Udah deh, sana pergi!"
Ia membuang pandangannya ke arah lain dan bergegas untuk pergi. Tetapi Andrea menarik tangan Anisa hingga tidak sengaja kakinya berbelit dan untunglah, Andrea menangkapnya. Tangan kiri Andrea menopang dan tubuhnya sedikit membungkuk. Mereka saling tatap, menikmati wajah yang sangat memesona.
"OMG!" teriak seorang siswi berambut lurus yang kebetulan berpapasan langsung.
"Lo ngapain rebut pangeran gue!"
Andrea membantu Anisa berdiri. Ia memegang tangan gadis itu meskipun berontak—meminta untuk dilepaskan.
"Kamu cantik," ucapnya sembari tersenyum manis.
"Lepasin!" Anisa membanting tangan Andrea dengan keras. "Kamu siapa narik-narik aku? Kenal aja nggak."
"Kenalin, aku Andrea. Biasanya dipanggil Andre, kalau mau dipanggil sayang juga boleh." Ia kembali menyodorkan tangannya tapi Anisa hanya diam saja. "Katanya gak kenal, aku ajak kenalan nih!" ucapnya sambil menaikan kedua alis.
Karena tidak ingin mendengar Andrea mengoceh, terpaksa ia menyalaminya.
"Anisa."
Ia menarik tangannya kembali, namun Andrea mencengkramnya seakan-akan tidak rela melepas tangan gadis yang sangat lembut. Anisa terus menggerakkan tangannya agar lepas dari cekalan.
"Kamu siswa baru ya?" katanya sambil melepas pegangan. Lalu tersenyum.
"Iya."
"Kelas berapa?"
"Apa sih, nanya-nanya terus."
"Mau aku bantu cariin?"
Anisa menggeleng, "nggak, deh. Makasih!" Lalu pergi dengan terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENITI SENJA
Teen FictionAnisa terlalu naif untuk menerima keadaan bahwa ia juga mencintai Andrea. Tetapi, larangan dari sang ayah membuatnya menjadi sangat sulit menerima kehadiran lelaki itu. Berulang kali Andrea berusaha mendapatkan hatinya sampai nyawanya nyaris hilang...