7. Kesal Bukan Main

195 34 2
                                    

     Andrea merogoh saku celananya. Sebuah pemantik api berwarna biru dipegang, membuat kedua temannya menatap bingung.

     "Lo mau ngerokok di sini, Dre? Yang bener aja. Kalau keliatan guru kan bisa berabe urusannya." Kandabi berhenti memakan bakso yang dipesannya.

     "Semua orang tau kalau remaja itu harus bebas." Sebatang rokok ia keluarkan dari saku baju dan dinyalakan menggunakan alat pemantik, lantas menghisapnya.

     "Dre! Jangan ngerokok di sini, lo bisa dilaporin ke BK lagi. Nanti, siapa yang kena? Kita lagi, kita lagi..." ujar Seto.

     Andrea tidak peduli. Disodorkannya alat pemantik itu pada Eko. Ia menghisap rokoknya, menatap perlahan asap tebal yang hilang di udara.

     "Lo mau juga?"

     Eko menatap Andrea datar. "Nggak."

     "Kalo gitu, lo yang pegang ini. Nanti pulang sekolah balikin ke gue."

     "Oke."

     Rokok itu kembali mengeluarkan asap. Beberapa siswi perempuan menatap Andrea takjub. Hanya dia siswa laki-laki yang berani merokok di sekolah.

     "Itu siapa sih, yang ngerokok sembarangan di sini? Nggak tau tempat banget." Anisa mendorong mangkuk yang dipegang.

     "Andrea, dia emang suka kayak gitu," ucap Lusi sedikit khawatir. Kuah bakso di mangkuk hanya diaduk-aduk.

     "Nggak pernah ada yang marahin?"

     "Pernah sih, tapi Andrea gak pernah berubah."

     Anisa beranjak dari duduknya. "Tunggu di sini!"

     "Kamu mau ke mana, Nis?"

     "Dia gak bisa dibiarin." Anisa melangkah dengan cepat sambil membawa botol air mineral.

     Ia membuka tutup botol itu dan mengguyur Andrea. Seragam putih yang terkena air membuat bentuk tubuhnya terlihat sangat eksotis.

     "ANJ..." Andrea menatap Anisa. Wajahnya berubah drastis menjadi sangat humoris. "Kok, kamu siram aku?"

     "Ngerokok tau tempat dong!"

     "Hah, siapa yang ngerokok?"

     Anisa tersenyum miring, matanya melirik rokok yang dipegang Andrea. "Tangan kamu pegang apa kalau bukan rokok?"

     Andrea melirik tangan kirinya yang tersempil sebatang rokok di antara jari telunjuk dan jari manis. Dengan panik ia melempar rokok itu hingga masuk ke dalam mangkuk mie Seto.

     "Itu punya si Seto. Tadi dia nyuruh aku buat pegang rokoknya."

     "Lah, kok jadi gue? Kan, lo yang bawa sendiri rokoknya." Andrea menatap Seto sebal. Giginya rapat menggertak.

     "Lucu ya, gak mau disalahin. Mana rokoknya? Biar aku buang." Anisa menengadahkan telapak tangannya.

     "Enggak ada. Aku gak punya rokok."

     "Bohong! Mau aku laporin ke BK biar dikeluarin?"

     "Eh, jangan! Ya udah iya...." Andrea merogoh setiap saku dan menunjukannya pada Anisa. "Gak ada rokok, kan?"

     Andrea menatap orang-orang yang memerhatikannya. Mereka yang melohok kembali melahap makanan yang mereka pesan. Baju seragam yang basah ia buka di depan Anisa. Membuat suasana riuh ketika perut kotak-kotak itu terlihat.

     "WOW! PEMANDANGAN APA INI YA TUHAN... GUE MELELEH LIATNYA!"

     "Gue mau pingsan... Tolong gue please..."

MENITI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang