5. Waktu Untuk Mengenalnya

304 48 2
                                    

     "Aku boleh suka sama kamu nggak?" Andrea mengedipkan sebelah matanya.

     "Nggak."

     "Kenapa?"

     "Aku sekolah buat belajar bukan buat cari pasangan." Anisa mengeluarkan buku dari dalam tas.

     "Kamu mau nulis? Sini aku tulisin!" Andrea merebut buku yang Anisa pegang. "Aku harus nulis apa?"

     Anisa memutar bola matanya kesal. "Sini ah!" Buku itu direbutnya.

     "Sayang... Tangan kamu jangan dipaksa buat nulis. Sini biar aku aja yang nulis."

     "Sayang?"

     "Eh, maksudnya sayang tangannya kalau dipake nulis."

     Anisa tersenyum licik. "Emangnya kamu mau nulis tiap hari buat aku? Nanti tangan kamu keriting."

     "Aku mau asal buat kamu."

     Anisa menggelengkan kepala. Ia menutup kembali bukunya dan menenggelamkan wajah pada kedua tangan yang tertumpuk di atas meja. Sejenak ia menutup semua kemungkinan yang buruk tentang Andrea. Ia nampak lelah dengan semua sikap lelaki itu. Pagi ini, saat pertama kali kakinya kembali memasuki sekolah, Anisa sudah disuguhi pemandangan tidak menyenangkan.

     "Kok, bukunya ditutup?"

     "Lagi males."

     "Males kenapa?"

     "Males ngomong sama kamu."

     Sesuatu seperti cahaya itu masuk ke dalam benak Andrea. Laki-laki itu tersenyum simpul. Ia menarik kursinya dan duduk lebih dekat dengan Anisa. Bibirnya perlahan maju kemudian berbisik di samping telinga yang tertutup rambut hitam.

     "Kamu cantik, tapi boong."

     Satu hentakan keras dari kedua tangan Anisa mengejutkan semua murid di kelas itu. Kedua matanya menatap tajam ke arah Andrea. Giginya menyatu. Tangannya bergerak dan menjewer kedua telinga Andrea.

     "SUMPAH! AKU GAK TAU JIN APA YANG MASUK KE DALAM TUBUH KAMU. TAPI AKU HARAP DIA SEGERA KELUAR!"

     Ekspresi Andrea berubah seketika ketika Anisa menarik-narik telinganya. Ia tertawa, tetapi juga meringis geli dan sakit. Entahlah, dia sangat menyukai Anisa.

     "Dre!"

     Teriakan itu membuat Anisa menghentikan kekesalannya. Mereka berdua menatap seorang laki-laki yang memakai jaket biru tengah berdiri di dekat pintu.

     "Ke mana aja lo?" Dia mendekat. Tangan kanannya yang digenggam sebuah jam tangan emas menyentuh meja. Ia menatap Anisa dan Andrea bergantian. "Ke BK sekarang! Temenin gue."

     "Ogah. Mending gue di sini, ada pemandangan yang gak boleh ditinggalkan." Andrea melempar senyumnya pada Anisa.

     "Ah, elah... Udah ayok… Lo juga harus kena hukuman biar adil."

     "Ogah!"

     "Ke BK? Pasti gara-gara ketauan bolos ya?" sindir Anisa.

     Andrea kembali tersenyum. "Bukan, aku ke BK karena prestasi."

     "Cepetan, Dre! Gue gak bisa nunggu. Nunggu itu sakit." Laki-laki itu menarik tangan Andrea dan menyeretnya sedikit jauh dari hadapan Anisa.

     "Aku pasti balik lagi kok, kamu jangan khawatir!" ucapnya sebelum akhirnya pergi dan menghilang.

MENITI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang