23. Untuk Cinta Sejati

99 14 2
                                    

     "Rasa keju tuh. Manis nggak?" tanya Andrea sembari menyodorkan botol air mineral yang dipegangnya dan diteguk oleh Anisa.

     "Nggak." Anisa menelan habis makanan yang tekunyah, "Asin."

     "Keju loh. Masa iya asin?"

     "Gak semua keju itu manis. Kayak manusia, ada yang manis di awal tapi akhirnya pahit atau hambar. Kamu kayak gitu gak?"

     "Mungkin iya. Tapi, hem… Nggak deh. Aku mau setia sama kamu."

     Lagi-lagi mereka berdua berhasil membuat jiwa para jomlowers meronta-ronta. Ada beberapa orang yang keluar kelas dengan langkah gedebak-gedebuk untuk menenangkan diri. Tetapi tidak banyak juga yang hanya diam di dalam kelas dan menulikan diri.

      "Aku mau ke perpus dulu." Anisa menutup buku dan pulpennya.

     "Aku ikut!"

     "Ngapain?"

     "Jagain kamu."

     "Jangan ih, aku malu."

     "Punya jodoh kok malu-malu? Gimana kalau udah punya anak atau suami."

     "Belum saatnya juga kali…"

     Anisa beranjak dari duduknya dan melangkah pergi. Andrea menutup snak yang dibukanya. Senyumnya kembali mengembang setelah melihat sifat gadis yang disukainya. Tidak peminta, matre atau ingin dimanja. Anisa memang berbeda. Kecantikan dari luar dan dalam sama saja. Gadis itu mampu menarik jutaan pria hanya dengan sifat atau wajahnya.

     "Suapin gue dong!" pinta seorang siswi yang duduk di bangku tengah.

     Andrea berdiri dari duduknya dan menghampiri siswi itu. Ia mengulurkan tangannya yang sudah memegang stik dari snack yang dibukanya.

      "Makan! Mau nggak?"

     "Ma-mau kok." Siswi itu mengibaskan rambutnya ke belakang dan membuka mulut lebar-lebar.

     Hap!

     Siswi itu cemberut ketika Andrea menarik kembali tangannya dan memasukan stick itu ke dalam mulutnya sendiri.

     "Jangan ngarep." Andrea beralih dan pergi tanpa membawa se-kresek snack yang ditinggalkan. Kontan, warga kelas menyerbu meja Anisa dan mengambil snack yang Anisa tidak inginkan itu.

      "Ih itu punya gue! Balikin gak?"

     "Gak mau. Ini ada sausnya enak. Gue suka ini."

     "Udah-udah jangan ribut. Makan aja yang kalian dapet sebelum yang punya datang."

      Andrea membuang snack yang dipegangnya ke tong sampah dan segera menyusul Anisa. Mengingat dia bukanlah sosok lelaki yang hobby memakan makanan ringan. Jadi, itu adalah hal yang biasa ketika ia membuang apa yang telah dibelinya.

      Ia menyamakan langkah dengan Anisa. Mereka berjalan berdampingan hingga akhirnya masuk ke dalam perpustakaan.

     "Kamu jangan ikutin aku. Malu tau, banyak yang liatin."

     "Gak papa."

     Anisa membuka sepatunya dan masuk ke dalam perpustakaan disusul Andrea. Ia berjalan menghampiri rak buku yang berdiri kokoh mencapai langit-langit ruangan. Matanya menilik satu per satu buku tebal akan disajikan.

      "Nyari buku apa?"

     "Buku prosa. Kayak puisi gitu."

     "Emang di sini ada?"

MENITI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang