Bagian 43

3.1K 231 29
                                    

2 tahun kemudian ....

"MAMPUS, GUE TELAT!"

Tari yang semula sedang mimpi indah bersama oppa-oppa Korea idamannya itu, langsung bangun ketika handphone-nya yang terus-terusan berbunyi. Itu panggilan dari Sarah ternyata. Dan ada pesan masuk dari orang yang sama, yang isinya mengingatkan Tari kalau hari ini adalah ospek pertamanya.

Begitu melihat jam yang ada di handphone, Tari bahkan tak sempat untuk mandi. Hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Mau bagaimana lagi? Ospek dimulai tepat pukul 07.00, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 06.54.

Tari kalang kabut menyiapkan perlengkapan yang akan dia bawa untuk ospek pertamanya ini, terlebih mengingat jarak indekosnya lumayan jauh dari kampus. Untungnya, dia sudah menyiapkan perlengkapan ospeknya dari jauh-jauh hari bersama Sarah. Jadi sekarang dia tinggal memasukkan semua perlengkapan itu ke tas.

Handphone-nya bergetar. Ada satu pesan masuk.

Sarah : Udah bangun belom woy?! Ini udah mau apel aja nih. GC!!!

Sarah satu kampus sama Tari, sedangkan Risma pindah ke Lampung, kampung halaman neneknya, dan Hana lebih memilih kuliah di Surabaya karena ada kakaknya yang juga kuliah di sana.

Tari dan Sarah, mereka kuliah di kampus terkenal yang ada di Bogor. Awalnya hanya Tari yang ngidam sekali buat kuliah di sana, tapi Sarah ikut-ikutan. Yang untungnya mereka lolos seleksi masuk. Akibat belajar siang malam tanpa henti, ikut les sana-sini, alhamdulillah membuahkan hasil. Dan jadilah mereka satu kampus sekarang, meski beda indekos.

Biar mandiri, kalau kata Sarah.

Kembali lagi ke Tari. Tak mau jadi bulan-bulanan seniornya, Tari langsung lari keluar dari indekos, mencari tukang ojek terdekat untuk mengantarnya ke kampus. Tari menengok ke kanan, kiri, kanan, dan kiri lagi, di pinggir jalan daerah indekosnya, tapi tak ada satu pun tukang ojek yang lewat.

"Ke mana, tuh, para tukang ojek yang biasa mangkal di sini? Kok tiba-tiba pada nggak ada semua?" Tari menggerutu sendiri dengan wajah yang sudah tak enak dipandang. Perpaduan antara cemas, takut, dan tak sabar menunggu tukang ojek lewat.

Merasa sia-sia karena sudah menunggu selama 10 menit, akhirnya Tari memutuskan untuk berjalan cepat ke kampus dan harap-harap di perjalanannya nanti menemukan ojek yang nganggur.

"Lah?! Kenapa gue nggak pesen Gojek aja, ya?"

Buru-buru Tari memesan Gojek dari aplikasi di handphone-nya. Tepat setelah 15 menit, akhirnya Gojek yang ditunggu Tari pun tiba.

"Bang, ngebut ya. Soalnya saya udah telat banget ini, mau ospek!" seru Tari tak sabar, yang langsung naik ke atas motor dan memakai helm yang diberikan oleh abang Gojek.

"Siap, Mbak. Tapi pegangan ya, takut jatuh soalnya. Hehe."

"Saya nggak mempan dialusin, Bang, jadi cepet jalan," cibir Tari.

"Jadi, harus dikasarin gitu?" balas abang Gojek jail.

"Aduh, si Abang, nih, gimana sih? Dialusin aja nggak mempan, apalagi dikasarin, kabur duluan yang ada!" Kini Tari sedikit judes menjawabnya, berharap abang Gojek ini tak membuang-buang waktunya lagi.

"Bingung, nih, saya ngadepin Mbak kalo gitu. Ya udahlah, pegangan sama motor aja ya, Mbak, saya mau ngebut, nih."

"Iyeee."

***

"KALIAN SEMUA TAHU KENAPA KALIAN DIKUMPULKAN DI SINI?!"

Teriakan kakak senior langsung menyambut Tari begitu dia diarahkan untuk berbaris dengan para peserta ospek lainnya yang terlambat.

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang