2

7.1K 977 84
                                    

It took letting go
to realize that i was
holding on nothing

-r.h sin

◾◾◾

Keesokan harinya, danila bersikap biasa saja, meskipun jantungnya sedang berdegup dengan kencang mengingat kejadian malam tadi bersama alvian. Sampai-sampai dia tidak bisa tidur semalaman, bayangan kejadian kemarin terus menempel di otaknya, memalukan sekali pikirnya.

Hadiah katanya? Hadiah apaan. Yang ada alvian dengan kurang ajarnya mencuri kesempatan dalam kesempitan. Kesal, malu sekaligus senang mungkin itu yang sedang danila rasakan.

Kesal karena first kiss nya hilang begitu saja.
Malu karena orang yang dia cium adalah alvian.
Senang karena setidaknya dia tahu alvian adalah first kiss nya.

Rasanya dia ingin bercerita tapi bercerita dengan siapa? Masa iya dengan karina yang ada dia mati karena malu. Membayangkan karina meledeknya mati-matian cukup membuatnya mengurungkan niat untuk bercerita.

"Zea, ga sekolah kamu?" Suara maminya menggema dari arah dapur.

"Sekolah ko mih ini mau berangkat, mau nebeng karin hehe" ujar danila sambil berlari dari arah kamar kemudian mencomot satu roti yang telah mami nya siapkan barusan.

"Lah karin ga sekolah sayang, ini barusan kakaknya titip surat"

"Lah emang kenapa dia? Kakaknya yang mana mih?"

"Ada keperluan mendadak katanya, itu yang putih-putih mungil"

Putih-putih mungil?

Mungil?

Yang mungil yang mana?

Ardan kan tinggi.

OOOH dia tau siapa.

"Sekarang kakaknya dimana?"

"Baru aja turun tuh mungkin masih didepan" ujar maminya kemudian sambil menunjuk kearah pintu depan.

"Yaudah kalo gitu zea pamit ya mih" ujar danila buru-buru berlari dari ruang makan ke depan gerbang

"Eh hati-hati itu kamu jalannya, awas jatuh, jangan lari-lari zea kebiasaan ya kamu" ujar maminya khawatir.

Sepertinya dewi fortuna sedang ada di pihaknya kali ini, karena tepat ketika danila sampai di depan alvian baru saja akan berangkat mengendarai motornya. Tumben-tumbenan alvian naik motor.

Tapi alvian lebih gagah menggunakan motor ketimbang menggunakan mobil.

Oh liat betapa tampannya orang ini, celana jeans biru robek-robek, kaos hitam polos ditambah kemeja kotak-kotak tak ketinggalan helm fullface yang menutupi seluruh wajahnya. Meskipun wajahnya tak terlihat, danila yakin 100% alvian sangat tampan pagi ini.

Sempurna.

Hanya kata itu saja mungkin yang terlingah dibenak danila.

"Eh eh, tungguuuu!"

"Kenapa ?" Ujar nya sambil membuka kaca helm yang menutupi wajahnya tersebut.

"Mau kemana? Nebeng dong"

"Kantor, males macet naek taksi aja gih"

"Ke kantor pake celana robek-robek? Emang gapapa ya?

"Gapapa gaada yang berani mecat gua, kecuali ardan"

"Nebeng dong kan searah, yaaaa?"

"Males, awas ah mau pergi ini keburu macet la"

"Ayo dong sekali aja ya? Orang searah ini kan. Alviaaan ayo dong nebeng keburu kesiangan nih"

DANILLA | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang