16

4.8K 663 83
                                    


I haven't spoken to my mother
In such a long time
So long that pieces of me
Have begun to fade
Into everything we used to be
And everything i used to feel
Becomes lost with time

• • •

Hari ini merupakan kali pertama danila menginjakan kakinya di apartemen milik alvian. Apartemen yang terletak di sekitar kawasan CBD ini memang tergolong kedalam jajaran apartemen elit yang diperuntukan bagi kaum jet set saja, dengan lokasi yang strategis dan memiliki luas sekitar 150-300 meter persegi serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang bersifat advanc. Menjadikan nya sebagai hunian ideal bagi kalangan atas. Tak tanggung-tanggung kualitas, keamanan serta desain yang ditawarkanpun tak kalah mewah dari hotel bintang lima.

Tidak mengherankan memang untung orang sekelas alvian memiliki hunian seperti ini. Terlahir dari keluarga kelas atas serta sukses diusia muda menjadikannya mampu memilik apapun yang dia inginkan.

Meskipun ia juga terlahit dari keluarga kalangan atas akan tetapi jika di bandingkan dengan alvian danila tidak ada apa-apanya. Bahkan tanpa campur tangan dari keluarganya pun alvian bisa sukses seperti sekarang.

Sejak menginjakan kaki di parkiran basement apartemen sampai ketika mereka berada di dalam lift, alvian sepertinya tak berniat sedikitpun untuk melepaskan genggaman pada tangannya. Entah memang sengaja atau alvian lupa melepasnya, maklum alvian memang sedikit pelupa.

Ternyata memang tak ada manusia yang terlahir sempurna, Contohnya Alvian, dia termasuk "the most eligible bachelor" yang terlahir pinter, mapan, tampan cuma sayang memori otaknya terlalu pendek. Kaya aki-aki.

"La?"

"Ya?"

"Tangan kamu kok keringetan?"

Mampus kamu, malu ketauan grogi. Hah kadang Alvian tiu pekanya kebangetan kadang gak peka sama sekali. Tapi beruntung kali ini dia tidak peka.

"Dingin, kali dingin suka keringetan"
Ini beneran nggak bohong. Memang dingin.

Hangatnya telapak tangan alvian yang membungkus tangannya, memberikan rasa nyaman kala udara dingin menyeruak menerpa kulitnya.

Ketika pandangannya beralih kedepan, ia mampu melihat pantulan mereka di balik pintu lift. Alvian dengan kaos hitam di baluk kemeja planel kotak-kotak serta ripped jeans hitam nya memberikan kesan santai dengan Jasmine yang terlelap di gendongannya terlihat begitu serasi ketika bersebelahan dengan danila. Layaknya pasangan muda yang baru menikah beberapa tahun.

Setelah puas memandangi pantulan mereka di depan sana, fokus danila kembali beralih pada tangannya yang masih setia alvian genggam. Hatinya kembali menghangat tak kala melihat bagaimana alvian dengan posesifnya menggenggam tangannya.

Deg deg deg. Entah kenapa rasanya ketika pandangannya ia alihkan ke samping, memandang wajah alvian yang sedang memejamkan matanya dengan damai. Jantungnya bekerja dengan gila, memacu detak jantungnya untuk berdetak diluar batas. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup ketika alvian memergokinya. Obsidian hitam kelam itu, mampu menyihir danila untuk tak berkutik sedikitpun. Danila pikir alvian sepertinya memiliki pesona tersendiri untuk membuat seseorang tak berkutik ketika di tatap olehnya. Matanya seolah memiliki sihir yang mampu membekukan tubuh.

Perlahan tangan Alvian terjulur kedepan--mengambil sejumput rambut lalu menyelipkanya ke telinganya. Mendapatkan perlakuan manis dari Alvian, tiba-tiba saja pipinya bersemu merah.  "Kenapa hm?" Kata alvian pelan dengan suara yang terdengar lebih dalam dan berat. Suara yang terdengar bagai candu untuknya.

DANILLA | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang