Semoga saat menua nanti,
Kita tidak mengeras tak beralasan,
Berkompromi dengan isi bumi,
Tanpa kehilangan landasan.-nkcthi-
•••
Malam semakin larut, hening dan sepi menemani langkah kakinya ketika langkah demi langkah telah membawa dia masuk ke dalam ruangan yang menampilkan temaramnya lampu.
Di sudut sana––di dekat jendela dengan tirai yang terbuka menampilkan kerlap kerlip lampu–– dia bisa melihat seorang gadis sedang tertidur, meringkuk di atas kasur dengan ponsel yang berbunyi memperdengarkan sebuah lagu.
Dengan perlahan dia berjalan ke arah sana lalu mengambil ponsel itu dan mematikan lagu yang tadi sempat terputar. Setelah itu dia duduk di lantai memandangi wajah teduh yang kini terlelap.
Satu menit,
Dua menit
Tiga menit
Hingga menit selanjutnya dia terus diam memandangi wajah cantik itu tanpa pernah merasa bosan.
Yang dipandang tidak menyadari bahwa sejak tadi ada seseorang yang kini terduduk di atas lantai sedang memandanginya dengan seulas senyum yang terlihat lembut penuh kasih.
Tak lupa sebelah tangan kelewat putih itu membelai dengan lembut puncak kepalanya.
Terkadang jika ada anak rambut yang menghalangi wajahnya ia akan menyisipkannya kebelakang telinga dengan perlahan.
Sangat hati-hati seolah takut untuk membangunkan gadis manis ini dari tidur lelapnya.
"Did i hurt you?" Lirihnya pelan ketika melihat mata yang tertutup itu sedikit bengkak.
Tatapan matanya turun kearah bibir dimana terdapat bekas darah yang sudah mengering disana. Dengan perlahan ia mengambil salep yang selalu ia letakan di dalam laci kecil di samping tempat tidur kemudian dia mengoleskannya secara perlahan sampai membuat gadis itu mengerutkan keningnya. Mungkin terasa perih efek dari salep yang tadi dia oleskan.
"I'm so sorry." Lirihnya lagi.
Lama berdiam dalam sepinya malam dan temaramnya cahaya ruangan hingga mata hitamnya berhasil melihat gadis itu kembali mengerutkan keningnya hingga tak lama kemudia kelopak mata itu bergetar pelan lalu dengan perlahan terbuka menampilkan mata hazel yang terlihat sayu.
"Sorry, did i wake you up?"
Danila menggeleng pelan, masih betah meringkuk di atas kasur dengan kesadaran belum pulih seutuhnya.
"Sekarang jam berapa?" Ujarnya dengan suara yang masih serak.
"Jam dua mungkin."
"Tadi kamu sampai jam berapa?"
"Jam satu, tadi macet di bekasi."
"Oh... kenapa nggak pulang ke rumah?"
"Ini aku udah pulang."
"Oh terus ke sini ya?"
Alvian menggeleng.
"Terus?" Tanya Danila sambil menatap Alvian bingung.
"I'm already home, becasue you are my home."
"Kamu," tunjuk Alvian pada Danila. "Rumah aku, tempat aku pulang. Bukan hanya untuk singgah, tapi untuk menetap."
"So, aku udah pulang ke rumah." Jawabnya sambil tersenyum.
"Wellcome home." Jawab Danila sambil menatap kedua mata hitam itu dengan mata sayunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANILLA | WENGA
General FictionSelesai✔ Ini kisah tentang Alvian yang berusaha kembali setelah meninggalkan. Dan Danila yang mencoba berdamai dengan hatinya meskipun pernah di tinggalkan. storyline&cover by sillyouu_ -juni2018