17

5K 651 68
                                    

You opened my door

without knocking first

and never asked

if i wanted a guest

-Briget -

---

Lagi-lagi Danila termenung di pojokan salah satu kedai kopi yang terletak tak jauh dari gedung fakultasnya. Tatapan sendunya sejak tadi tak pernah berganti, memandangi lalu lalang manusia yang terlihat sibuk dengan dunianya sendiri meskipun langit sudah telihat berwarna kelabu pertanda hujan akan turun. Danila duduk seorang diri dengan satu cup Asian dolce latte, menanti seseorang untuk kesekian kalinya. Berharap seseorang yang telah ia tunggu kali ini akan datang menepati janjinya.

Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore ketika alarm ponselnya berbunyi. Menandakan bahwa ia telah menunggu disini selama dua jam. Namun ternyata untuk yang kedua kalinya Danila harus menelan rasa kecewa ketika pertemuan yang telah ia nanti-nanti harus batal dengan alasan yang sama. Sibuk.

Satu bulan telah berlalu semenjak Gio membatalkan acara makan siang berduanya secara sepihak tanpa memberi tahu Danila terlebih dulu. Dan kini dia pun kembali membatalkan acara yang telah tersusun dengan alasan yang sama. Kecewa dan kesal Danila rasakan saaat ini. Namun, kendati demikian Danila tidak bisa berbuat apa-apa. Pekerjaan Gio yang semakin menumpuk selepas kenaikan jabatannya membuat hubungan mereka semakin hari semakin merenggang. Bahkan Danila pernah mempertayakan kesibukan Giovana seperti 'Apa kah sesibuk itu hingga ia tak sempat meluangkan waktu untuknga ? Bahkan hanya untuk  memberi kabar dan membalas pesan yang telah di kirim'

Ternyata memang benar bahwa kunci hubungan yang awet adalah terjaganya komunikasi dan kepercayaan antara keduanya. Sebab rasa percaya yang dulu tertanam kuat di benak Danila kini lambat laun mulai terkikis karena semakin kurangnya komunikasi di antara mereka. Di tambah serangan mendadak yang tak henti-hentinya Alvian lancarkan terkadang sukses membuatnya bimbang.

Wanita yang sedang kesepian karena di tinggal sang kekasih dengan beragam kesibukannya terkadang memang rawan. Hatinya akan mudah terombang-ambing ketika seseorang berhasil masuk dan lambat laun mulai mengganti sosok yang hilang tersebut. Sama seperti dulu ketika Alvian pergi dan ada Gio di sampingnya. Maka jangan salahkan orang ketiga ketika mereka masuk dan mulai menjadi benalu dalam hubungan mu. Sebab orang ketiga tidak akan masuk jika jarak antara keduanya terjaga. Pencuri pun tidak akan berani masuk jika rumah yang menjadi targetnya terjaga dengan aman. Kecuali orang ketiganya sejenis Alvian. Meskipun ada penghalang ia tetap saja nekad menerobos masuk dengan berbagai cara.

Jika Alvian adalah wanita maka mungkin saat ini ia bisa saja di sebut sebagai wanita ular.

"Cowok dimana-mana sama aja, manis di awal pahit di akhir" Gerutu Danila kesal.

Helaan napas jenuh sejak tadi tak henti-hentinya ia keluarkan. Sebelah tangan ia gunakan untuk bertumpu pada meja demi menyangga wajahnya agar tak jatuh menimpa meja. Tangan kanannya yang sejak tadi sibuk mengaduk-aduk minuman pun kini dengan lincah mulai menari-nari di atas lcd ponsel pintarnya. mengetikan sebaris pesan pada Karina hingga akhirnya panggilan masuk dari Karina pun menghiasi layar ponselnya.

"Hallo?"

"Kenapa cel?"

Cel, cel boncel. Enak aja. Danila mendecak kesal.

"Yuk main yuk?" Ajaknya kemudian. Terdengar manja seperti anak kecil minta di belikan mainan.

"Ayo! Aku mau ke bandung nih sama Kalfani. Mau main sama wisata kuliner. Ikut yuu?" Ujar Karina antusias.

DANILLA | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang