26

4.6K 604 40
                                    

Rasakan semua,
demikian pinta sang hati.
Amarah atau asmara,
kasih atau pedih,
segalanya indah jika memang tepat pada waktunya.
Dan inilah hatiku,
pada dini hari yang hening.
Bening.
Apa adanya.

-Rectoverso-

•••

Sesaat setelah dia menyuruh Alvian untuk pulang, Danila merasa menyesal. Dia menyesal karena lebih memilih menggunakan emosi dari pada pikirannya hingga akhirnya emosinya tak terkendali menyebabkan segala kekesalan yang sejak tadi tidak dapat dibendung itu pun tumpah.

Sebenarnya jika dirasa-rasa lagi bukan kekesalan dalang dibalik semua ini, namun rasa insecure yang tiba-tiba saja datang. Karena nyatanya perempuan memiliki rasa insecure yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria.

Contohnya Danila, pernah di tinggalkan oleh orang yang sama bertahun-tahun hingga membuatnya menderita menjadikan ia takut. Takut jika nanti ia akan ditinggalkan kembali, takut jika nanti dia akan disakiti lagi bahkan takut jika nyatanya ia tidak bisa menjadi yang terbaik.

Namun Danila tidak pernah menunjukan rasa insecure yang ia miliki, dia lebih memilih untuk memendamnya sendiri karena selama ini dia sudah terbiasa memendam apapun sendirian.

Ditinggalkan membuat dirinya belajar memendam, menyelesaikan dan merasakan segalanya sendirian.

Karena menurutnya tidak ada orang lain yang mampu mengerti dirinya sebaik ia mengerti dirinya sendiri.

Memikirkan kejadian tadi membut dirinya pening. Danila menghela napas panjang sebelum bangkit dari kasur dan berjalan keluar untuk menyaksikan malam sudah semakin larut dengan rintik hujan yang mulai membasahi bumi. Bulan ini sudah memasuki musim penghujan. Udara terasa bertambah lembab dengan temperatur suhu yang lebih rendah. Kaca besar yang menghadap kearah selatan menampilkan gemerlapnya lampu meski sebagian terhalang bangunan terlihat sedikit berembun.

"Bodoh kamu tuh!" Makinya pada diri sendiri.

Danila terus berjalan hingga kakinya membawa ia masuk keruang makan dimana tadi mereka berdua duduk.

Sial, Danila mengutuk ketika wangi parfume Alvian yang segar perpaduan antara blacberry, bay dan brambly woods selalu saja membekas memenuhi ruangan bahkan jika orangnya sudah pergi berjam-jam lalu.

Seolah sengaja membuat dia tersiksa menghirup wangi yang selalu membuat dirinya termabuk sendirian.

"Kamu tuh curang! Pake minyak wangi banyak-banyak sengaja biar wanginya tertinggal."

Lagi-lagi Danila menghela napas, berjalan ke arah lemari pendingin untuk mengambil satu kotak minuman teh lalu meminumnya sebelum kembali ke ruang tengah dan duduk disana ditemani gemericik air hujan yang mengenai jendela kaca.

Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Tanpa sadar selepas Alvian pergi ia memutuskan tidur hingga alarm ponselnya membangunjan ia pada pukul sebelas.

Keheningan dan ketenangan yang ia dapatkan seketika sirna ketika pintu bel apartemennya berbunyi. Dengan kecepatan super ia berjalan kearah pintu dan membukanya.

Nihil.

Tidak ada siapa-siapa.

Ia melirik kearah kiri dan kanan, tapi sama saja. Dia tidak menemukan satu orang pun di sana.

Namun matanya berhasil menangkap sebuah bouquet berisi coklat tergeletak tepat di depan pintu platnya.

Namun matanya berhasil menangkap sebuah bouquet berisi coklat tergeletak tepat di depan pintu platnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DANILLA | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang