13

5.3K 629 40
                                    

Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.

(Tere Liye - Kau, Aku Dan Sepucuk Angpau Merah)

•••

Warna jingga kini telah memenuhi langit sore ketika sebagian piringan matahari telah hilang dari cakrawala untuk kembali keperaduannya membiarkan bulan dan bintang yang akan menggantinya, menemani bumi agar tak kesepian kala gelap datang menghampiri.

Jalanan ibu kota yang tak pernah sepi seakan berubah semakin padat kala senja datang menghampiri. Kendaraan yang hilir mudik kesana kemari bergerak tak henti memenuhi jalanan yang tak pernah sepi. Bergerak maju menuju tempat yang di tuju untuk bertemu dengan seseorang yang telah lama menunggu untuk melepas rindu.

Dan disinilah ia gadis cantik berambut coklat sepunggung duduk di pojok salah satu kedai kopi yang menyuguhkan pemandangan langit senja serta kendaraan yang tak hentinya bergerak. Meneguk secangkir latte untuk menunggu seseorang yang tak kunjung datang meski telah ia nanti-nanti sejak tadi.

Satu cup vanilla dolce latte yang sejak tadi menemaninya kini telah habis tak tersisa menyisakan satu cup double espresso yang es nya telah mencair.

Ia termenung di pojokan, menatap nanar ke arah jendela yang menampilkan jalanan berharap seseorang yang ia tunggu segera datang menghampirinya. Sudah dua jam lebih ia menunggu, namun yang di tunggu tak kunjung datang. Tanpa memberi kabar ataupun kepastian. Ia jenuh. Sungguh, menunggu merupakan kegiatan yang sangat membosankan untuknya, apalagi selama ini.

Helaan nafas gusar tak henti-hentinya ia keluarkan, wajahnya kian di tekuk tak kala matahari telah hilang sepenuhnya dari cakrawala. Menyisakan gemerlap lampu dari gedung pencakar langit dan kendaraan yang menari-nari seperti menertawakannya.

Gioooooo
16.00

Kamu dimana?
Kok lama?
16.43

Jadi datang nggak?
17.22

Kamu udah janji ya! Awas gak jadi
17.54

Pesan yang sejak tadi ia kirim pun sampai saat ini belum di baca. Sudah 17 kali ia mencoba menghubungi kekasihnya tersebut namun tak kunjung di jawab.

Ingin rasanya Danila mengumpat dan memarahi Giovani dengan cara membombardir melalu pesan atau telpon, namun ia terlalu lelah untuk melakukannya. Energinya terkuras habis gara-gara kemarin ngebut ngerjain tugas pak Bobi bersama manusia laknat bernama Alvian. Kalo bukan demi tugas pak Bobi yang di kumpulkan tadi pagi, mungkin ia takan mau menemui si es batu. Ah, semua ini gara-gara tugas pak Bobi memang.

Derap langkah kaki terdengar menggema menuju ke arahnya. Mungkin kekasihnya pikir Danila. Namun ketika wajahnya mendongak guna melihat siapa yang datang, tatapan nya malah bertemu dengan dua manik kelam milik seseorang yang tak ingin ia temui.

"Hei, cewek" panggilnya dengan seringain tipis yang menghiasi wajah tampan namun menyebalkan itu "kok sendirian? Mau di temenin gak"

Danila memutar matanya jengah, decakan kasar keluar dari mulutnya begitu saja.

"Apasih" ujarnya dengan ketus.

Mendapat respon seperti itu Alvian terkekeh pelan, sebelah tangannya ia gunakan untuk menarik kursi yang ada di depan Danila lalu mendudukinya.

"Cewek cantik gak boleh nongkrong sendirian, nanti di godain om-om" katanya, sambil menyodorkan satu cup berukuran venti iced caramel macchiato padanya.

DANILLA | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang