"Percaya sana gue Dam, Rusya cewek baik-baik. Dia pasti sayang ke elo juga. Cuman dia nggak mau terlalu sayang karena dia takut kecewa lagi,"kata Zora,
"Gue usaha buat nemuin tempat nyaman, tapi kalau nggak ada hasilnya mau gimana lagi." kata Damian sudah mulai pasrah.
"Kalau pengen usaha buat dia sayang, nanti dia bakal sayang bener-bener sayang ke elo."nasihat Zora.
"Gue bukan usaha bikin dia sayang ke gue Zor, gue usaha nyari tempat dimana gue bias nyaman ke dia. Kalau gue nyaman tapi dia nya nggak sayang, gue nggak peduli itu nggak masalah sebenernya. Yang jadi masalah adalah, kalau gue aja nggak nyaman bias-bias makan hati gue."jelas Damian.
Zora malam itu belum bisa memahami situasi seutuhnya. Pikirannya bercabang karena dirinya juga hendak belajar materi besok pagi yang digunakan untuk ulangan harian. Zora mulai menggunakan otaknya lagi, untuk benar-benar paham apa yang dimau Damian.
"Terus lo sekarang, apa yang lo rasain ke Rusya?"Tanya Zora.
"Gue nggak ngrasain apa-apa, itu masalah gue." kata Damian yang mulai frustasi.
"Lo nggak ada rasa sama dia?"Tanya Zora.
Agak sedikit kaget, tapi Zora bertanya untuk memastikan apa memang benar ini adanya.
"Gue sempet sayang ke dia, tapi sekarang gue nggak ngerti kenapa rasanya datar-datar aja. Itu yang bikin gue ragu. Kalau emang nggak ada yaudah."kata Damian.
Kini pelipis Zora mulai pusing. Karena Zora sendiri tak pernah menyangka bahwa Damian akan menjawab seperti ini. Dia bukan memusingkan hubungan Rusya dan Damian melainkan bagaimana jika Rusya tahu? Bagaiaman dia harus menjelaskan semua ini pada Rusya? Bagaimana perasaan Rusya?
Zora sendiri seorang wanita, dia juga paham karena Zora juga punya pasangan.
"Saran gue, lo mending jujur sama Rusya."kata Zora.
"Gue harus bilang gimana ke dia Zor?"Tanya Damian.
"Ya jujur aja tentang apa yang lo rasain ke dia."
Sejujurnya keadaan seperti ini bukan mau Zora, sama sekali bukan. Kalau Zora tahu jawaban Damian begini pasti sudah Zora tolak permintaan Rusya, biar dia yang bertanya langsung pada Damian biar semua jelas dan jujur.
"Gue nggak mau melukai hati dia kalau seandainya dia sayang sama gue."kata Damian.
"Gue takut, nggak berani Zor."lanjutnya.
Mendengar hal itu tentu saja rasanya kepala Zora cenut-cenut. Banyak yang jadi pertimbangan Zora. Kalau dia jujur mengenai masalah ini ke Rusya, itu malah membuat Rusya sakit berkali-kali lipat, tapi Zora tidak bisa berkata bahwa Damian baik-baik saja dan menyayanginya.
"Gue bingung Dam." desah Zora mulai pasrah.
"Bingung kenapa? Kalau masalah perempuan lain kayaknya nggak mungkun deh, gue cuman males aja rasanya."kata Damian.
Ya Tuhan, seandainya Damian tahu kalau semua ini yang meminta adalah Rusya. Ini adalah masalah pribadi Damian dan Rusya, dan Zora sendiri menyadari bahwa seharusnya dia tidak tahu sampai sejauh ini. Tapi amanah yang harus dijalankan. Kini dia dilema. Bungkam atau bicara?
Bungkam, supaya mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Atau Zora harus bicara tapi dengan risiko bahwa kejujurannya dapat menghancurkan apa yang telah mereka bangun bersama.
"Sejauh ini gue pernah jatuhin rasa sayang gue ke dia, tapi kayak nggak ada timbal baliknya dan hati gue ngrasa kayak udaa beda. Dan gue mikir kalau gue sama dia nggak ada kecocokan dan habis itu gue mikir lagi dan hasilnya nihil dan bikin gue pusing."jelas Damian.
Zora paham betapa pusingnya Damian, dirinya saja yang tidak merasakan kepusingan itu saat ini terasa sangat cenut-cenut mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Zora tak ingin memihak. Ia bingung.
"Yaudah nunggu waktu yang pas habis itu lo bicarain baik-baik sama dia. Gue nggak mau ikut campur karena ini bener-bener udah nyangkut pribadi kalian. Gue sih berharap yang terbaik buat kalian."kata Zora.
"Anjir, terus lo di sini ngapain? Gue kira lo jadi penengah. Gue nggak mau melukai perasaan dia kalau emang dia sayang gue , maka dari itu gue nggak berani bilang ke dia."kata Damian.
"Dam, kalau soal urusan ngomong jujur gue nggak berani ikut campur. Soalnya ini tentang pribadi kalian, tentang hubungan kalian mau dibawa kemana. Gue cuman ngasih saran aja ke elo dan sudut pandang di sini."jelas Zora.
hening beberapa detik..
"Dam, kalau Rusya nanya hal ini, gue harus jawab apa?"Tanya Zora.
"Gatau, gue nggak paham."kata Damian.
"Gue harus gimana Dam?"Tanya Zora lagi,
Jujur Zora tidak tahu apa yang harus dia katakan.
"Gue nggak tahu, gue nggak paham. Menurut gue, gue sama dia udah nggak sejalan lagi. Kalau gue mau nerusin nanti dia makin sayang dan sedangkan gue?"Damian menunjuk dirinya.
"Sedangkan gue nggak bisa nemuin tempat nyaman gue, dan akhirnya berat di gue sendiri dan bikin diri gue ribet.Gue nggak mau nyakitin dia tapi gue juga nggak mau diri gue nggak nyaman."lanjutnya.
Sekarang rasanya cara menjelaskan hal ini pada Rusya jauh lebih penting daripada ulangan harian ekonomi 2 bab besok pagi. Ya Tuhan!..
"Gue cuman bingung kalau Rusya nanya sama gue."kata Zora.
"Gue udah nggak bisa mikir lagi. Sayang itu ibarat benih. Gue udah nyebar benih tapi nggak di pupuk nggak disiram , ya mungkin semua itu karena gengsi. Dan sekarang benihnya udah mati, terus gue harus apa?"kata Damian.
"Yaudah gue jawab seadanya?"Tanya Zora.
"Jawab aja seadanya, yang kira-kira nggak nyakitin dia. Tapi kalau nyakitin dia mending gausah, gue nggak mau salah besar."jawab Damian.
"Yaudah seadanya aja, gue takut nanti makin lama dia malah makin sakit juga. Sisanya elu yang nyelesaiin."
"Iya, ..kalau dia emang mau udahan juga nggak papa."jawab Damian.
hmmm,..kira-kira Damian bakal ngomong nggak nih sama Rusya? Ada kesempatan kedua nggak nih? Cek next part ya? Hmm...selaku Zora waktu kejadian ini bener-bener dilema dan di sini aku ngungkapin apa adanya sesuai yang terjadi waktu itu. Long part? Alhamdulillah. Percakapan Zora Damian nggak sampai di sini lohh...
jangan lupa vote dan comment!
Enjoy it
KAMU SEDANG MEMBACA
GLAUBE [COMPLETED]
Dla nastolatków[ True Story ] "Waktu aku liat kamu digerbang, kamu cantik, modelannya kayak anak kecil, gampang digoda lagi." "Jadi itu alsan kamu suka ?" "Bukan" "Terus.." Saya suka membuat orang tidak tahan dengan sikap saya. Tapi jika dia sabar maka dialah yang...