GLAUBE 29

1.6K 75 0
                                    

"Gue nggak ngrasain bagagia sama dia, jadi kayak di sia-sia."ujar Damian.

"Sabar Dam, pasti ada jalan yang terbaik."kata Zora.

Bahkan jika dilogika saja masalah ini memang sulit jika memang diperbaiki. Mudah jika keduanya ingim tapi kalau hanya salah satu saja semua akan percuma dan akan berakhir seperti adanya. Lantan apa jalan terbaik untuk Damian dan Rusya? Akhiri? Hm,..tapi sangat disayangkan, mereka belum lama memulai kisah bersama.

"Gue kasihan sama dia, entah kenapa gue nggak bisa sayang sama dia, nggak bisa nyaman. Mungkin dia bukan kriteria gue atau gimana gue juga nggak paham."jelas Damian.

"Anjir dah, benih lo nggak tahan banting."kata Zora.

"Gue sayang tapi cuman sebentar, kalau nggak ditindak lanjuti sama dia gue harus apa? Dan sekarang lo lihat sendiri kan gue nggak ngrasain apa-apa?"gumam Damian.

"Mungkin lo sama dia cuman beda tipe. Lo butuh kabar sedangkan dia enggak, mungkin dampak dari itu juga bisa tapi gue juga nggak paham apa yang terjadi dengan persis dihubungan kalian karena emang ada orang yang meski sayang tapi nggak pernah nunjukin rasa sayangnya."jelas Zora.

"Iya Zor, tapii gue nggak tahu kenapa gue nggak bisa nyaman ke dia."keluh Damian.

"Yaudah lo piker pake otak lo, baru lo bicarain ke dia."

"Ini pake hati bukan pake otak Rus."kata Damian.

Iya benar, masalah seperti ini harus menggunakan hati. Tapi dengan hati kita sendiri jadi tidak tahu harus berbuat apa. Jika dengan otak maka semua penyelesaiannya sangat jelas. Tapi yang penting di sini adalah tentang perasaan.

"Ya besok gue pikirin lagi deh..gue juga nggak kuat pisah sama dia"kata Damian.

Kemudian, ada chat masuk dari Rusya.

"Udah lo tanyain?"tanyanya.

"Udah,"

"Dia bilang apa?"Tanya Rusya melalui chat.

Rusya masih mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan, Jujur atau bohong?

"Lo Tanya langsung deh ke Damian."balas Zora.

"Gamau. Ceritain aja,,"pinta Rusya.

Kemudian Zora menceritakan hal itu pada Rusya, tapi tidak sepenuhnya Zora menceritakan pada Rusya. Zora menceritakannya dengan Bahasa yang sedikit halus tidak sama persis dengan ucapan Damian. Karena Zora tahu setelah ia cerita Rusya akan terluka.

****

Paginya, Zora berangkat agak siang. Di depan kelas ada Novita dan Rusya sedang duduk berdua. Wajah Rusya gelisah. Zora paham ketika menatap Rusya dari tempat parkir. Dia tahu Rusya pasti kepalanya seperti akan pecah. Zora sangat tahu hal itu.

"Gue harus apa?"Tanya Rusya.

Pagi itu Rusya tidak menampakkan wajah galaknya. Ia menampakkan dirinya yang sesungguhnya, rapuh dan terluka. Bahkan dirinya berkaca-kaca. Rusya pasti pusing dan tertekan memikirkan itu semua. Setelah yang dia usahakan, mulai dari menyayangi dan berlatih untuk bertahan meskipun kadang dia bosan, tapi semua karena rasa gengsinya yang terlalau tinggi hingga menghancurkan segalanya.

Egonya. Ya, awal dari masalah ini adalah ego yang terlalu besar dan dasar permulaan yang kurang pas.

"Kalau sayang kejar kalau enggak lepas."kata Zora.

"Ya tapi gimana?"

Terlihatlah kepayahan Rusya. Bahkan dia tidak tahu harus chat apa dengan Damian, bagaiamana dia harus membalas pesan Damian saja Rusya tidak tahu bagaimana caranya. Rusya harus didekte seperti anak TK yang sedang latihan menulis. Dibalik kecuekannya, inilah aslinya. Rusya manusia sok kuat bagai baja yang siap dihantam ribuan benda berat tapi yang tak lain dia hanyalah sebuah bambu kecil yang teramat rapuh, mudah patah, bahkan dia sebenarnya membutuhkan penyangga untuk membantunya dan mendengarkannya. Kebodohan yang selalu dia pelihara, menyimpan semua sendirian.

votee and comment!

GLAUBE  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang