XVI: Love in America

1.6K 298 282
                                    

Jika egomu lebih tinggi dari cinta itu sendiri, maka jangan menyesal bila akhirnya ada orang lain yang menggantikan posisimu.

***

"Jeon, kau memanggilku?"

Jung Kook berbalik tatkala terdengar suara Sin Bi dari arah belakang. Langsung saja Jung Kook menghampiri Sin Bi cepat. Tanpa aba-aba serta dengan gerakan tak terduga, Jung Kook menarik tubuh Sin Bi ke dalam pelukannya.

"Sekarang aku tahu apa yang membuatku resah." gumam Jung Kook pelan.

"Apa?"

"Kau."

Sesaat Sin Bi termenung setelah mendengar pengakuan Jung Kook. Masih dalam dekapan Jung Kook, gadis itu tidak bergerak sama sekali. Matanya membulat sempurna. Mulutnya terkunci rapat seolah kelu. Pikiran Sin Bi benar-benar kosong.

Pelukan Jung Kook terlalu hangat sampai-sampai Sin Bi enggan untuk lepas dari dekapan pemuda itu. Karena pelukan ini, perasaan asing itu menelusup masuk lalu menjalar ke dalam sanubari Sin Bi. Kini dia dapat mendengar jelas degup jantung Jung Kook yang berdebar keras. Atau mungkinkah ini degub jantungnya sendiri?

Seolah ditarik menuju puncak kesadarannya, tiba-tiba Jung Kook melepas pelukannya. Mundur selangkah, Jung Kook berdeham lantaran kecanggungan yang serta merta mendera. Sementara Sin Bi turut ikutan berdeham. Pipi gadis itu seketika berubah merah seperti kepiting rebus.

"Hwang, aku--"

Sin Bi memotong cepat ucapan Jung Kook. "Tunggu! Aku--aku... Aish!" dengan cepat Sin Bi balik badan lalu menghilang sedetik kemudian.

Sepeninggalan Sin Bi, Jung Kook melayangkan tinju ke udara. Merutuki instingnya yang memeluk Sin Bi tanpa sebab. Wajar bila gadis itu langsung pergi begitu saja. Seharusnya ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Namun rupanya rasa gengsi masih jadi penghalang bagi Jung Kook untuk menyatakan perasaannya sendiri.

***

Dengan tampang lesu dan bahu merosot lemah, Sin Bi melayang memasuki ruang gudang kosong belakang sekolah. Di hari menjelang siang, kegiatan belajar para siswa-siswi sekolah ini masih aktif sehingga para hantu yang menghuni gedung sekolah mangkir sampai malam menjelang.

Sebagian hantu ada yang berjalan-jalan keluar, bermain di taman kota atau bermain bersama manusia kenalan mereka yang tentu saja dapat melihat mereka. Sebagian lagi ada yang tetap berada di sekolah tapi dengan syarat tidak mengganggu siswa-siswi yang sedang belajar.

Seperti Evelyn, ketika para manusia masih menjalani aktivitasnya di sekolah, dia lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku tua yang berserakan di gudang belakang sekolah.

Banyak gudang kosong yang ada di sekolah ini. Beberapa di antaranya untuk menyimpan barang-barang bekas tak terpakai--seperti buku serta kursi dan meja yang sudah rusak. Dan jangan lupakan gedung kosong yang biasa digunakan Kim Shin untuk menghukum hantu-hantu yang nakal.

Untungnya para siswa-siswi tak pernah mau mendatangi area belakang sekolah sebab sudah terkenal keangkerannya. Tak sedikit pula anak yang pernah diganggu oleh penunggu gudang. Sebetulnya bukan diganggu, melainkan anak itu sendiri yang menantang arwah gentayangan terlebih dulu.

"Eonni, kenapa kau balik lagi? Kau tidak ikut Jung Kook?" tanya Evelyn heran usai menutup buku tebal usang yang dipenuhi debu.

Sin Bi mendudukkan diri gontai di depan bangku Evelyn. "Eve, sebenarnya apa yang terjadi padaku?"

"Maksudmu?"

Memukul dadanya sendiri, Sin Bi menyahut lemah, "Aku sudah gila karena mendengar jantungku berdetak."

UNSEEN ( jjk x heb )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang