Yang satu mencari,
Yang satu bersembunyi,
Yang satu menunggu tanpa pasti,
Dan yang satu berusaha menggali,
Sampai akhirnya semesta yang mempermainkan mereka tersenyum geli.***
Bukannya Tae Hyung ingin menentang takdir, hanya saja ia yakin suatu hari nanti gadisnya akan membuka mata. Meskipun sebagian besar dokter maupun perawat mengatakan bahwa kemungkinan Eun Bi membuka mata hanya sebesar 1 persen, namun tidak ada salahnya kan Tae Hyung berharap pada 1 persennya itu?
Apalagi sekarang jiwa dari gadisnya itu berkeliaran tak tentu arah. Pertemuan pertama dengan roh Eun Bi saat gadis itu tiba-tiba saja datang ke fansign dan terus-terusan mengusik Jung Kook.
Mulanya Tae Hyung memantau gadis itu dari jauh. Tae Hyung pikir dengan berpura-pura tak dapat berinteraksi dengan gadis itu semuanya akan baik-baik saja. Namun rupanya pertahanan Tae Hyung runtuh saat melihat gadisnya tersakiti karena pria lain.
Tae Hyung butuh kesabaran yang tinggi dalam menjalani kehidupan di mana raga kekasihnya sedang tertidur pulas di rumah sakit sementara rohnya dekat-dekat dengan pria yang notabene sahabatnya sendiri.
Kini semuanya tak lagi sama. Semuanya berlalu begitu cepat. Tae Hyung sadar akan posisinya yang sekarang. Posisinya tergantikan sepenuhnya oleh Jung Kook. Sebab bagi roh Eun Bi yang ingatannya hilang, Jung Kook telah menjadi orang yang berharga baginya.
Seakan belum cukup kehilangan eksistensinya, Tae Hyung harus dihadapkan pada Eun Bi yang terus menempel di dekat Jung Kook setiap hari. Tae Hyung ingin sekali merengkuh Eun Bi lagi dan membawanya kembali ke sisinya. Namun keadaan sangat tidak memungkinkan bagi Tae Hyung untuk melakukan hal itu.
Tae Hyung temenung sesaat kala tak sengaja melihat Jung Kook datang bersama dengan Eun Bi di sampingnya. Tubuhnya seketika kaku tak bergerak. Kedua kakinya seolah terpaku di tempatnya berdiri. Sampai akhirnya gadis itu melemparkan senyum manis pada Tae Hyung.
"Oh, Hi, Kim Tae Hyung." Sin Bi melambaikan tangan.
Tae Hyung memaksakan sedikit senyumnya membalas sapaan Sin Bi. "Hi."
Ekspresi Jung Kook langsung berubah apatis. Jelas kentara sekali dari rautnya bila Jung Kook tidak menginginkan kehadiran Tae Hyung di tengah-tengah dia dengan Sin Bi.
Jung Kook tidak mengacuhkan Sin Bi yang tampaknya mulai tertarik mengobrol dengan Tae Hyung. Daripada memaki gadis itu di tempat umum--mengingat ia sedang ada di lobby Big Hit--Jung Kook memilih meninggalkan keduanya setelah sekilas memberikan tatapan menusuk pada Tae Hyung.
Sin Bi sudah tidak heran lagi akan sikap Jung Kook yang seperti itu. Gadis itu mengerti jika Jung Kook tidak semudah itu memaafkan orang yang telah membohonginya.
"Biarkan saja dia. Aku jamin, dia tidak akan betah sendirian jika aku tidak ada." celetuk Sin Bi sambil terus memandangi punggung Jung Kook yang mulai menjauh.
Tanpa sadar rahang Tae Hyung mengeras. Ia mengepalkan kedua tangannya. "Begitu?"
Kini Sin Bi memusatkan atensinya pada Tae Hyung. "Hm. Sebentar lagi pasti dia memanggil namaku."
Sin Bi tidak tahu efek apa yang disebabkan dari ucapannya. Gadis itu sepertinya tidak peka terhadap perubahan drastis raut Tae Hyung. Yang ada dalam benak Sin Bi hanya Jung Kook--dengan cemas gadis itu berharap Jung Kook segera memanggilnya.
"Bukankah dari dulu memang Jung Kook terbiasa sendiri?" intonasi Tae Hyung berubah sedikit getas.
"Eoh?" Sin Bi tersentak dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSEEN ( jjk x heb )
Fanfiction[Completed] Pasca mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, dan setelah bangun dari koma, Jeon Jung Kook menjadi lebih peka terhadap sekitar. Terutama terhadap "mereka" yang hanya bisa dilihat indra ke enam. Bermula dari situ lah, Jung K...