Haiiii ku balik lagiii
Ada yang kangen sama cerita ini?? Engga lah pasti ya huhuuu
Kangen ga kangen aku bakal up terus biar pada mual 😂
EnjoyyySuasana di dalam mobil Jinyoung cukup lengang saat ini. Baik ia maupun Nayoung, tak ada yang berniat membuka suara terlebih dahulu. Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jujur saja, kekesalan Jinyoung pada Nayoung semakin menjadi-jadi pasca Jeno membantu keduanya bebas dari toilet tadi. Bagaimana tidak, Nayoung justru dengan terang-terangan muncul di hadapan Jeno dengan pundak telanjang itu.
Ya, jasnya memang telah ditemukan oleh Jeno. Tetapi, yang benar saja, pria dengan senyuman manis itu sempat melihat pundak Nayoung. Memikirkannya saja sudah membuat napas Jinyoung tak beraturan.
"Kenapa kau seperti itu? Gaun ini dibuat untuk dikenakan sebagaimana mestinya, bukan ditutupi." Nayoung akhirnya membuka suara ketika mereka tiba di pertengahan perjalanan mereka.
Jinyoung masih enggan melirik Nayoung yang bahkan sekarang telah menutupi pundaknya dengan jasnya. Hanya saja ia belum dapat meredakan rasa kesalnya. "Aku tidak suka melihat pundakmu. Lebih baik ditutupi."
"Kau yang tidak suka, bukan orang lain!" seru Nayoung mulai mengeluarkan kembali emosinya. Ia lupa bahwa mereka sempat berkelakar di toilet tadi.
Kini tangan Jinyoung meremas kemudinya erat-erat hingga buku-buku tangannya memutih. "Lalu, kau ingin memamerkan pundakmu itu pada orang lain, huh?" Suaranya meninggi.
Kedua tangan Nayoung bersedekap di depan perutnya. Gadis itu kini mengalihkan pandangannya ke jendela di sampingnya. "Sudah lah. Lagipula hanya Jeno yang melihatnya–bukan orang lain," ujarnya seraya memandangi pertokoan di pinggir jalan.
Sepertinya, kali ini Jinyoung semakin anti dengan hal-hal yang berhubungan dengan Lee Jeno. Lihat saja, bahkan ia tak segan menambah kecepatan mobilnya demi menyalurkan emosinya. "Jeno termasuk orang lain."
Nayoung menjatuhkan rahangnya tak percaya. Ia lantas mengusap kasar wajahnya. "Astaga! Kau pikir pria akan terangsang walau hanya melihat pundak seorang wanita? Kenapa kau begitu perhatian dengan hal sekecil ini?" Bolehkah ia memenggal kepala Jinyoung saat ini juga?
"Kau tidak akan pernah tahu apa yang dipikirkan oleh pria-pria di sana. Kau juga tak akan pernah tahu mungkin juga Jeno sempat memikirkan yang tidak-tidak tentangmu," jawabnya sekenanya seraya menekan klakson saat mobil di depannya menghalanginya.
Dan sepertinya Nayoung juga tak peduli dengan kecepatan mobil Jinyoung saat ini. Ia lebih fokus pada kekesalannya sendiri. "Jeno bukan pria seperti itu," belanya seraya menatap sengit pria di balik kemudi tersebut. "Kau juga pria. Apa yang kau pikirkan tentangku? Ahh, jangan-jangan kau yang tergoda melihatku seperti ini."
Pria itu menginjak pedal remnya kuat-kuat dengan sengaja ketika di hadapannya lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Lantas, ia menatap lamat gadis yanh juga tengah menatapnya dengan tatapan jengahnya. "Kalau aku mengiyakan, apa aku boleh 'memakanmu'?" Salah satu sudut bibirnya terangkat.
"Oh, yang benar saja." Jika saja Jinyoung tak mengunci pintu mobilnya, ia akan senang hati turun dari mobil dengan aura aneh itu.
"Ayolah, Shin Nayoung. Aku hanya tidak ingin pria-pria di luar sana melihat bagian tubuhmu yang seharusnya kau tutupi." Telunjuk Jinyoung menekan-nekan lengan Nayoung yang tertutupi jas putih tersebut.
Nayoung masih menatap lurus-lurus ke arah jalanan di hadapannya yang begitu lengang. "Terserah lah."
Jinyoung hanya terdiam sesaat sebelum kemudian menginjak pedal gasnya kuat-kuat setelah lampu merah itu mengganti warnanya menjadi hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR GOOD - Park Jinyoung ✔
Fanfic[Finished-Bahasa Baku] Tiga tahun yang lalu, kita pernah menjalin hubungan pernikahan tanpa ada dasar cinta. Tidak ada hal manis yang pernah terjadi selama itu. Hanya kehidupan biasa seolah kita tidak pernah saling mengenal meskipun kita berada di...