47

1.6K 163 4
                                    

Jeno kembali ke tempat parkir dengan wajah sumringahnya. Apalagi kalau bukan karena seluruh teman-teman kerjanya turut berbahagia dengannya. Tentu saja, mereka masih tidak percaya pria yang selama ini terlalu ramah dan dekat dengan semua orang itu ternyata memiliki seseorang yang sangat istimewa di hatinya.

Ia tak sabar menceritakan hal itu pada Nayoung. Meskipun ia yakin belum tentu Nayoung akan tersenyum mendengarnya, Jeno tetap ingin membagi cerita pada Nayoung. Apapun ia lakukan agar membuat hubungannya dengan Nayoung menjadi lebih dekat.

Namun, ketika ia membuka pintu mobilnya, ia harus sedikit terkejut karena kursi yang semula diduduki Nayoung kini kosong. "Nayoung?" Pandangannya mengedar menelanjangi tempat parkir yang amat sepi itu. "Nayoung, kau di mana?" serunya seraya berjalan ke sisi lain mobil.

Sama saja. Ia sama sekali tak mendapati keberadaan Nayoung di sana. Seketika, tubuhnya melemah dengan nada yang bergemuruh cepat. Rasa cemasnya memuncak membuat wajahnya memanas dan mengeluarkan bulir keringat. "Hey, jangan bercanda." Ia sedikit berteriak, berharap Nayoung akan mendengarnya dan keluar dari persembunyiannya.

Tolong jangan lupakan fakta bahwa Nayoung adalah bagian dari tanggung jawabnya sekarang. Dan saat ini pula gadis itu menghilang.

Seorang pria paruh baya yang memakai baju petugas keamanan di seberang mobilnya membuatnya sedikit banyak merasa lega. Dengan cepat, ia menghampiri sang petugas. "Paman, apa kau tahu kemana gadis yang tadi berada di mobil itu pergi?" tanyanya.

Pria itu mengikuti arah telunjuk Jeno sebelum kemudian menggaruk kepala belakangnya. "Maaf, Tuan. Saya baru saja sampai sini," jelasnya disertai ringisan.

Mendengarnya, Jeno mulai merasa pening. Pria itu mengurut keningnya dengan kasar seraya menutup matanya erat. Ia tak akan pernah menyangka gadisnya itu menghilang begitu saja.

Jangan sampai Jinyoung ternyata yang menjadi pelakunya. Membawa kembali Nayoung tanpa sepengetahuannya.

"Ada yang bisa kubantu, Tuan?"

Jeno menoleh ke arah sang petugas yang tengah memegang lengannya dengan kuat. Ternyata tubuhnya sudah condong ke samping hampir tersungkur di tanah. "Astaga," desisnya seraya menggeleng.

Selamat, Nayoung, kau berhasil membuat Jeno selemah ini.





































***




































Setelah membuang sampah, Jaerin merasakan ponselnya yang ia masukkan di saku celemek itu bergetar. Ia menatap layar ponselnya yang menampilkan nama Jeno di sana. Tanpa menaruh curiga sama sekali, ia mengangkat sambungan telepon itu. "Eoh, ada apa, Jeno?"

Terdapat jeda beberapa detik sebelum kemudian Jeno menghela napas gusar. "Noona, bisakah kau kemari sebentar?"

Jaerin mempercepat langkahnya ketika rintik hujan mulai turun membasahinya. "Kau di mana? Apakah kau lupa membawa undangan?" tanyanya seraya menutupi kepalanya dengan telapak tangannya yang menganggur.

"Aku ada di kantor polisi."

Langkah Jaerin terhenti untuk sesaat. Kedua matanya bergerak cepat ketika perasaan khawatir menggelayuti dadanya. "Apa? Kenapa kau ada di kantor polisi?" Ia segera memasuki tokonya dan langsung berlari ke lantai dua. Persiapan jika ternyata Jeno lupa membawa surat ijin mengemudi atau surat-surat lainnya. Atau mungkin–

"Nayoung, Noona. Dia hilang."

–masalah lain.

Napas Jaerin memburu ketika mendengarnya. Ia kemudian tertawa kecut seraya menghentakkan kakinya. "Jangan bercanda, Lee Jeno. Aku tidak ada waktu untuk main-main. Aku sedang bekerja sekarang," keluhnya seraya meyakinkan dirinya bahwa yang dikatakan Jeno adalah sebuah kebohongan.

FOR GOOD - Park Jinyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang