Jeno duduk di karang yang masih lembab akibat pasang semalam diikuti oleh Nayoung. Mata mereka tak sanggup beralih dari langit yang mulai berubah terang ketika semburat putih kekuningan menyembul dari ujung lautan.
Nayoung boleh terlihat begitu tenang saat ini. Namun, percayalah kepala gadis itu bahkan tak berhenti memikirkan kejadian semalam. Apakah sikap melankolis Jinyoung adalah karena pria di sampingnya ini?
"Nayoung."
Gadis itu menoleh pada Jeno yang ternyata sedang menatapnya dalam. "Ya?"
Pria di samping Nayoung menggigit bibirnya ragu sebelum berkata, "Kau ingin berjanji padaku?"
Nayoung mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba Jeno terlihat seperti sedang mengkhawatirkannya? "Apa?" tanyanya kini dengan wajah yang sempurna menampilkan tanda tanya.
Tangan Jeno menggenggam erat jemari mungil Nayoung dan membawanya ke mendekat. Kedua irisnya menatap lekat wajah Nayoung seolah tengah berusaha menyampaikan sesuatu. "Tetap selamat untukku," ucapnya kemudian.
"Apa maksudmu?" Untuk sesaat Nayoung terdiam. Mengamati gerak-gerik Jeno yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. "Karena kejadian di pesta itu?" terkanya.
Jeno sontak tertawa kecut seraya mengalihkan pandangannya ke bawah. "Tidak." Maksudku, ya.
Jari kelingking Jeno kini bertaut pada jari kelingking Nayoung. Ia menatap dengan tatapan memohon pada gadis yang kini menatap jemari mereka yang saling bertaut. "Berjanji saja, ya?" pinta Jeno seraya menggoyangkan kelingkingnya.
Nayoung menghela napas. "Baiklah." Lalu tersenyum kecil kala melihat wajah lega Jeno–yang justru semakin membuatnya curiga. "Kau juga," lanjutnya.
Jeno meringis mendengarkan kalimat terakhir Nayoung. "Aku yang akan menjagamu." Usai berbicara seperti itu, Jeno melepaskan tautan kelingkingnya. Membawa tubuhnya kembali menghadap matahari yang mulai membuat pantai itu terasa hangat.
"Kita saling menjaga, okay?" Nayoung tidak tahan. Mengapa Jeno terlihat begitu putus asa ketika mengatakan hal itu?
Jeno kembali tertawa kecil. Melirik ke arah Nayoung yang ia tahu sedang kesal. "Jinyoung juga menjagamu," ujarnya seraya mengacak rambut Nayoung gemas.
"Jeno, kau menyembunyikan sesuatu dariku," sahut Nayoung seraya menangkap tangan Jeno yang bertengger di kepalanya. Ia mendengus keras ketika Jeno telah sepenuhnya memerhatikannya. "Semalam apa yang kau lakukan dengan Jinyoung? Perubahan sikap kalian sangat aneh."
Alis Jeno bertaut. "Aneh bagaimana?" Ia lantas tersenyum lebar pada Nayoung yang kini menatapnya penuh intimidasi. "Aku tidak berubah. Aku tetap Jeno. Lihat!" Telunjuknya menunjuk bibirnya yang tengah menampilkan senyum khasnya.
"Jeno!"
Akhirnya Jeno menghela napas dan menghilangkan senyumannya. Tatapannya menjadi sayu. "Memangnya Jinyoung kenapa?"
"Dia menangis." Nayoung menggenggam lengan Jeno dengan kuat. Ia benar-benar tidak tahan dengan semua teka-teki yang kedua pria itu berikan padanya. "Jeno, please."
Bahu Jeno mengendik. "Mungkin dia merindukan ayahnya. Kemarin dia bercerita banyak tentang kehidupannya." Ia tidak berbohong, 'kan?
Mata Nayoung menatap Jeno yang tengah menyentuh buih air di bawah karang dengan tatapan menyelidik. "Benarkah?" tanyanya seraya mengguncang lengan Jeno.
"Tanya saja padanya."
Baiklah, Nayoung menyerah. Ia melepaskan tangannya pada lengan Jeno dan memutuskan untuk menatap kembali ke arah timur. Membiarkan hatinya terus bertanya-tanya maksud keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR GOOD - Park Jinyoung ✔
Fanfic[Finished-Bahasa Baku] Tiga tahun yang lalu, kita pernah menjalin hubungan pernikahan tanpa ada dasar cinta. Tidak ada hal manis yang pernah terjadi selama itu. Hanya kehidupan biasa seolah kita tidak pernah saling mengenal meskipun kita berada di...