43. Warning

1.9K 147 7
                                    

Up awal, nih, hahaha gapapa ya, soalnya nanti malem belum tentu bisa buka wp karena tugas menumpuk huhu 😭😭

Enjoy~~

Siang ini, sepulangnya dari percetakan, Jeno menyempatkan diri mampir ke sebuah butik. Ya, ia harus mempersiapkan segalanya dengan cepat. Mulai dari gaun, cincin, undangan, sampai ke acara intinya. Dirinya bisa saja meminta bantuan Nayoung untuk membagi tugas itu. Namun, mengingat kondisi Nayoung yang sewaktu-waktu bisa saja pingsan membuatnya mengurungkan niat.

Setelah memasuki butik tersebut, seorang wanita seumuran ibunya itu berjalan anggun mendekatinya dengan senyum ramah. "Selamat datang. Gaun seperti apa yang Anda inginkan?" tanyanya dengan penuh sopan santun.

Jeno membalas senyuman wanita tersebut sebelum kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut butik. "Boleh aku melihat gaun tercantik di sini?"

"Tentu saja bisa." Wanita itu kemudian membawa Jeno semakin masuk ke sebuah ruangan berisi gaun-gaun berwarna putih. Ia menunjuk dua gaun yang dikenakan pada manekin di salah sati sudut ruangan. "Desainer kami mempunyai dua rancangan terbaik untuk koleksi butik ini," jelasnya seraya mengusap bahan satin salah sati gaun tersebut.

Jeno mengangguk kecil. Ia tahu pasti jika dua gaun di hadapannya ini tidak akan berharga murah. Namun, jika untuk pernikahan sekali seumur hidupnya, ia rela jika harus mengorbankan uang tabungannya. Apalagi membayangkan jika Nayoung lah yang memakai gaun tersebut.

Pandangan Jeno beralih pada sebuah gaun yang belum selesai dirancang di seberang ruangan. Walaupun belum selesai, ia dapat melihat bahwa nantinya gaun itu akan menjadi gaun yang sangat cantik. "Bagaimana dengan yang itu?" tanyanya seraya menunjuk gaun yang ia maksud.

Wanita paruh baya itu tertawa kecut. "Ah, maafkan kami. Gaun itu tidak dijual. Gaun itu merupakan koleksi pribadi desainer kami," jelasnya dengan perasaan tidak enak. Ia juga merasakan apa yang dirasakan Jeno, bahwa gaun itu akan menjadi gaun yang sangat cantik dan juga mahal jika dijual.

Senyum Jeno perlahan memudar. "Sayang sekali. Padahal aku menyukai gaun itu," lirihnya. Ia yakin seratus persen, Nayoung akan menyukai gaun itu juga. Ah, ralat. Sepertinya semua wanita pasti akan menyukainya.

"Kalau begitu, besok aku akan datang bersama calon istriku. Biarkan dia yang memilih sendiri gaunnya," putusnya kemudian meninggalkan ruangan tersebut mendahului sang wanita.

Penjaga butik itu sepertinya paham dan lantas mengangguk mantap. "Baiklah kalau begitu. Terimakasih, Tuan." Badannya membungkuk dalam pada Jeno yang kini berjalan ringan meninggalkan butik.

Jeno benar-benar harus membawa Nayoung memilih gaunnya sendiri karena gaun tersebut lah yang akan menjadi sorotan utama di hari pernikahan mereka kelak. Ia hanya tidak ingin salah pilih.

"Kau mau menikah, Editor Lee?"

Sebuah suara berat di belakangnya membuatnya bergidik. Gerakannya mengambil helm di atas motor terhenti. Tubuhnya berbalik cepat ketika sebuah tangan menepuk pundaknya dengan kuat.

Kedua matanya membulat ketika melihat sendiri siapa pelakunya. Jika saja ia tidak menahan dirinya dengan bersandar di motor, ia mungkin sudah jatuh terduduk. "Direktur Im?" lirihnya.

Im Jaebum menyeringai melihat ekspresi Jeno yang terlihat begitu bodoh itu. Langkahnya bergerak semakin mendekati Jeno yang kini sudah menatapnya was-was. "Dengan siapa kau akan menikah–jika aku boleh tahu?" tanyanya retoris. Bohong jika ia tidak tahu apa-apa.

Mata Im Jaebum di mana-mana.

Tangan Jeno terkepal ketika mengingat cerita Jinyoung di pantai waktu itu. Dengan santai–sebenarnya sama sekali tidak–Jeno memutar tubuhnya dan memakai helmbya. "Bukan urusan Anda," ujarnya sinis.

"Dengan Shin, 'kan?" Pria itu tergelak ketika lagi-lagi tubuh Jeno mematung. "Aku tak percaya jika ternyata Shin kini berpindah hati pada seorang editor rendahan sepertimu. Bodoh sekali, meninggalkan seorang direktur demi seorang yang pekerjaannya saja masih tidak tetap," cibirnya.

Editor berusia 25 tahun itu melirik tajam ke arah Jaebum yang sedang menjebikkan bibir. "Jaga ucapan Anda!" sentaknya kemudian dengan cepat menaiki motornya. "Dengan siapa dia menikah itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anda, Direktur Im. Dan jangan sekali-kali merendahkan orang lain seperti ini."

Setelah berkata seperti itu, Jeno menyalakan motor hitamnya dan meninggalkan Jaebum yang masih menatapnya dengan seringaian. "Semoga kau berhasil melindunginya dariku, Lee Jeno."
























































TBC

Adakah yang kangen Jinyoung?? 🙋

FOR GOOD - Park Jinyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang