Jam kini telah menunjukkan pukul 2 siang dan dapat terlihat Jinyoung kini tengah kelabakan merapikan dirinya. Seraya berjalan menuju ke ruang televisi, ia mengenakan dasi abu-abunya. Ya, kalian bisa mengatakan ia adalah workaholic. Bahkan disaat pusingnya belum pulih sekalipun ia akan bersikeras berangkat bekerja.
"Kau akan pergi bekerja? Ini sudah siang." Gadis itu muncul dari arah taman setelah mendengar suara berisik Jinyoung yang sempat berteriak-teriak kesal. Tangannya masih menggenggam gunting taman yang ia gunakan untuk menggunting rumput.
Masih dengan wajah tertekuk, Jinyoung menghela napas. "Aku tahu. Aku tidak bisa meninggalkan rapat pentingku hari ini." Ia kini menghempaskan dirinya ke sofa serta mengenakan kaos kakinya dengan terburu-buru.
Nayoung menggeleng, bergegas menuju dapur setelah melihat wajah pucat Jinyoung. "Setidaknya makan dulu. Kau belum makan sejak semalam," serunya.
"Aku akan makan di kantor," sahut Jinyoung acuh untuk kemudian ia terdiam. Membeku ketika kedua matanya tak sengaja melihat vas bunga di hadapannya. Gadis itu menatanya?
"Cih, dia–" gumamnya tanpa bisa menyembunyikan senyuman kecilnya.
Seorang Park Jinyoung tersenyum hari ini.
Sebuah tempat bekal makanan diletakkan secara lembut tepat di samping vas bunga tersebut. Mau tak mau Jinyoung mengalihkan pandangannya ke arah sang pelaku yang tak lain adalah Nayoung.
"Aku tidak mau tahu, kau harus membawanya dan memakannya sampai habis," ucap gadis itu dengan tatapan serius.
Jinyoung menatap lamat-lamat gadis dengan peluh yang bergelantungan di keningnya. Wajahnya yang sedikit memerah itu bahkan tak menghilangkan fakta bahwa Nayoung mempunyai tipe wajah yang manis. Namun, dengan terang-terangan Jinyoung membantahnya dengan menggelengkan kepalanya cepat.
"Kau mengaturku?" Suaranya sedikit meninggi. Di tatapnya tempat makan berwarna dominan hitam itu. Ia tak ingat kapan ia mempunyai tempat makan seperti itu sebelumnya.
Rahang Nayoung mengeras. Gadis itu memainkan jemarinya dengan gusar sebelum mengatakan dengan tegas, "Aku mencemaskanmu."
Perkataan Nayoung membuat Jinyoung tersentak. Pria itu mendadak merasakan tubuhnya lemah untuk beberapa saat hingga angin sekecil apapun dapat meruntuhkannya. Ia tak salah dengar, 'kan? Mengapa hanya mendengar kalimat singkat itu mampu membuat suasana hatinya menjadi lebih baik?
Menyembunyikan salah tingkahnya, ia bangkit berdiri dan menyambar tempat makan tersebut. "Baiklah, baiklah." Kemudian berjalan cepat menuju rak sepatu. Ia tak punya waktu untuk meladeni perasaan menggebu di dadanya.
Tak tahu kah Nayoung bahwa Jinyoung sangat menyukai perhatian kecil seperti ini?
Atau ini lah alasan Jinyoung membuat Nayoung kembali ke rumahnya? Agar dapat merasakan kembali bagaimana rasanya diperhatikan oleh orang lain?
***
"Kau membawa bekal? Apa dia yang membuatkannya?" tanya Yugyeom seraya menahan tawa. Di hadapannya, Jinyoung tengah sibuk memakan bekal yang ia bawa dengan lahap. Bahkan pria otoriter itu tak menggubris sama sekali ketika kuah sup sempat menetes ke sampul map di sampingnya.
Pria yang menjadi objek tertawaan itu menggeram dengan mulut penuh. "Diam kau!" Tangannya bergerak untuk menyingkirkan berkas-berkas di meja kerjanya ke samping agar ia dapat makan dengan leluasa. Pria itu masih kesal dengan Yugyeom yang sama sekali tak dapat ia andalkan ketika tragedi semalam terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR GOOD - Park Jinyoung ✔
Fiksi Penggemar[Finished-Bahasa Baku] Tiga tahun yang lalu, kita pernah menjalin hubungan pernikahan tanpa ada dasar cinta. Tidak ada hal manis yang pernah terjadi selama itu. Hanya kehidupan biasa seolah kita tidak pernah saling mengenal meskipun kita berada di...