(TIGA)

2.5K 157 1
                                    

"kau tidak papa?"

"Aku tidak..papa" jawab An dengan senyum kecil.

An menatap lagit malam ia merasa ada yang janggal.

Ia menatap pris. "Pris, perasaanku tak enak" ucap an.

Pris menatap an aneh, "apa ada yang janggal?" tanya pris.

An mengangguk. "Ada sihir di sekitar sini, bukan milik paman lalu siapa?"

Laki laki bersurai silver itu menatap pris. Pris mengangguk ia merubah wujudnya menjasi kuda.

An menatap mereka bingung.
"Uhuk.. uhuk... Sihirku habis" gumam An yang sudah jatuh terduduk di tanah.

Laki laki itu menatap An. "Trimakasih telah mengobatiku sekarang ikut aku kita pergi ke area tebing untuk berlindung dari hybird liar itu" ajak laki² itu

Ia mengangkat tubuhan yang tak kuat berdiri lagi ke atas pungung pris, "ayo Pris" printah laki laki itu.

Uhuk...uhuk....

An terus terbatuk membuat pris dan orang yang ada di blakang an khawatir. "Kau terlalu memaksakan diri mu An, sudah Zen bilang jangan memaksakan dirimu tapi kau tak menurut" tegur Pris tang masih berlari.

Nafas An memburu. "Itu bukan Hybird tapi.. Bintang lain... Pris lebih cepat dia...." An berusaha menenangkan dirinya.

"Apa yang dia incar?"

"Darah murniku" jawab an singkat.

Laki laki yang ada di blakang an tampak terkejut. "Darah murni?"

"Aku benci mengatakanya, tapi aku tak bisa mengatakan ini" jelas an

"Tuan bagai mana?" tanya pris.

An mengerutkan keningnya.
"Tuan? A-uhuk uhuk"

Nafas An makin memburu, sampai kegelapan menyeretnya. Pris makin panik. Darah murni? batin pris.

"Tuan Val bagaimana ini?" tanya pris pada orang di blakang an, dia Valac sang penyihir terpilih.

Val hanya menatap sendu gadis yang sudah tak sadarkan diri di depanya itu. "Naik ke bukit aku akan membunuh binatang itu" printah Val langsung terbang mengunakan sayap.

Sesampainya di bukit pris mengunakan kekuatanya untuk membuat perisai.

Ia melirik tuanya yang sedang mengendong tubuh An yang penuh darah. "Menyebalkan" umpat pris ketika melihat ular besar yang baru saja datang.

Val menatap datar ular itu.
Ia maju dan detik berikutnya pertarungan sudah terjadi.

Aku ingin melemaskan otot otoku dulu. Lalu ku bunuh kau.geram Val dalam hati

Beberapa menit berlalu setelah val membunuh hewan yang mengejar mereka dengan mudah.

Pris yang sedari tadi hanya diam menyaksikan tuannya membantai ular besar yang mengejar.

Ia baru sadar jika An masih ada di sana, ia menghampiri An yang masih tak sadarkan diri di batu.

Pris menghampiri An dan menyentuh kening An. "Panas" keluh pris

Val menghampiri pris yang menatapnya. "Ada apa?" tanya Valac.

"Panas, tubuhnya panas" gumam pris.

Val menghampiri an yang masih tak sadar, ia duduk di sebelah pris. "Dia kehabisan tenaga hanya karna ingin mengobatiku" gumam val.

Val melirik pris. "Pergilah ke danau suci di wilayah peri ambil air di danau itu, jika mereka bertanya katakan aku yang menyuruhmu dan jika tak percaya tunjukan simbol mu" printah val.

Pris mengangguk, merubah wujutnya menjadi unicron bersurai putih

Sedangkan val? Dia berusaha menyalurkan sihirnya tapi tak bisa karna tubuhnya masih lemah.

Energi....

Berikan dia energi....

Bingung, itulah yang val rasakan, energi? Energi apa?

"Air.."

Val melirik gadi bersurai coklat itu.
Ia memakai sihir airnya untuk memberi an minum. Ia membuat gelas es dan di isi air,

"Ini" ucap val sambil membantu an untuk minum.

"Trimakasih" balas an.

Val merasa heran dengan gadis bersurai coklat itu, energi? Energi apa? Batin Val bertanya tanya.

Tak lama suara lari kuda terdengar. Val melirik ia melihat pris datang dengan membawa botol kaca.

Val berdiri dan menghampiri Pris. "Tuan aku kembali" kata Pris dengan menyodorkan botol kaca yang ia bawa.

Val menangapi botol itu dan meminumkanya ke an.

Pris merubah wujudnya lagi dan mendekati tuanya. "Tuan bagaimana keadaannya?" tanya pris.

Val menghelan nafas, "Pris pergilah dia baik baik saja, aku akan merawatnya dan mungkin mengantarnya kembali" jelas Val.

Pris mengangguk ia pergi dari hadapan tuanya, pandangan val beralih pada gadis yang masih tak sadar.

Ia mengayunkan tangannya dan membuat gua untuk berteduh, ia juga membuat api ungun dan menumbuhkan tanaman buah buahan yang bisa ia dan An makan.

Val tersenyum, tak sia sia ia berlati dan menjadi penyihir terpilih, walau ia harus mencari penyihir legendaris atau sang pelindung untuk Val bantu.

Kapan aku bisa menemukan penyihir itu? Tunggu yang penting sekarang itu.... Val melirik an dan menatap kearah api yang ia buat.

Aku sebaiknya berwujud Elang saja.

"Uh... dimana aku?"

Suara lembut seorang gadis membuyarkan lamunan Valac. Ia menengok kearah An yang barusan sadar.

Val menghampiri An yang masih memegang kepalanya, dan duduk di depan gadis bersurai coklat itu.

"Sudah lebih baik nona?" tanya Val sopan.

An membuka matanya membuat Val agak terkejut karna mata kiri gadis itu berwarna campuran sedangkan sebelah kanan berwarna silver.

"Uh kepalaku sakit" keluh an.

Tangan Val terulur secara sendirinya untuk menyentuh pipi An. "Manis" gumam Val.

An menatap orang di depannya bingung. Ia teringat kejadian tadi. "Eh maaf tuan aku merepotkanmu" ucap An langsung berdiri.

Val tersenyum. "Aku Val" sapa Val pada An dengan mengulurkan tangannya.

An tersenyum kikuk ia baru sadar. "Eh maaf aku An keponakan penyihir Wilson salam kenal" balas an dengan menjabat tangan val.

Val tersenyum, "Trimakasih sudah mengobatiku An" ucap val.

An tersenyum, "itu kewajibanku tuan Val" balas An.

Val hanya tersenyum ia berdiri lalu duduk di depan api ungun. An melihat kesekeliling. "Aku baru tau ada gua" gumam an.

"Pris yang membuat" ujar Val asal.

"Dimana pris?"

Academy Magic Power.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang