(EMPAT)

2.3K 151 5
                                    

"Dimana pris?"

"Dia sudah pergi, istirahatlah tenagamu belum pulih" jelas val yang masih fokus dengan api ungun di depannya.

An berfikir ia baru ingat ada yang ia harus lakukan tapi ia lupa.

"God aku lupa ing-dimana tasku?" tanya an panik karna tasnya tak ada.

Val melirik. "Ada di blakang mu dan apa yang ingin kau perbuat? Membuat obat? Walau tubuhmu belum pulih?" tanya val beruntun.

An mengerutkan keningnya. "Jika bukan aku dan pamanku yang membuat lalu siapa lagi? Memangnya kau mau?" balas an.

Val hanya bisa menghelan nafas, dia keras kepala batin val agak kesal.

"Lupakan, lagian kau juga benar aku harus istirahat" ucap an membenarkan.

Val tersenyum, ia hanya bisa melihat gadis itu membuka buku bersampul kulitnya, yang ia bawa,

Tetapi saat val melihat kembali mata an matanya sudah kembali, coklat agak terang.

An yang merasa di pehatikan melirik, "maaf tuan anda jangan memandang saya seperti itu" ucap an

Val hanya tersenyum, "habis kau terlalu serius baca buku sih" balas val. "Satu lagi jangan panggil aku tuan, aku ini masih muda, umurku baru 18 th jadi panggil aku Val."pintanya.

An hanya melirik, " baiklah, pangil saja an"

Val agak kaget dengan sikap dingin gadis ini, dia berbeda batin val.

An berfikir sepertinya aku lupa sesuatu, ah ya itu aku lupa menayakan itu.

Val yang mempunyai keahlian membaca fikiran refleks bertanya. "Menanyakan apa?" tanyanya.

An menatapnya heran god aku lupa ia ponix legens.

"Bukankah kau burung ponix?" tanya an.

"Ya" jawab val singkat.

"Tapi kenapa apimu berwarna putih?"

"Entah aku tidak tau,
Makan lah bukankah kau belum makan semenjak tadi siang?" tanya val balik.

An mengerutkan keningnya. "Siang? Bukankah ini masih sore?"

Val tersenyum kecil. "Ini sudah jam 3 pagi non" jawab val di sertai kekehan.

Mendengar itu an langsung perdiri "Apa! Oh god aku harus mencari..... Ahh bagaimana itu belum sempurna jika tak ada vilvitris* " ucap an frustasi.

*Vilvitris; tanaman obat mirip bunga lily tetepi berwarna hitam, bisa di temukanan di wilayah peri.

Val menatapnya bingung. Vilvitris? Bukankah itu tanaman yang berada di wilayah peri? Apa di sini ada?

Val berdiri dan menarik tangan an hingga an berhenti berfikir,
"Bukankah tanaman itu ada di wilayah peri?" tanya val.

An mengeleng. "Air terjun di puncak gunung vros disanalah tanaman itu tumbuh, tak banyak yang tau selain aku dan zen" jelas an.

Deg.

Bruk.

Val jatuh memegangi dadanya yang terasa sesak. An kaget karna orang yang ada di depannya jatuh terduduk.

"Val kau-oh good ini bahaya!" pekik an saat melihat keadaan val.

An mengambil pisau kecil yang ada di sakunya. Aku baru ingat bawa ini.

Ia mengiris tangannya sampai darah keluar, ia meletakan tangannya yang sudah berdarah kemulut val yang sudah tak sadar.

Dan parahnya lagi val pingsan di pangkuan An, An hanya pasrah karna ulah val, ia akan berdiri jika val sadar karna jika ia banyak bergerak, maka konsennya akan buyar. Kasian

Setelah dirasa cukup an memperban luka di tangannya, An menatap mulut gua ketika mendengar suara lari cepat entah hewan apa itu.

"An kau dimana?" seru seorang dari luar gua.

Zen.batin an

"Zen aku di dalam masuklah aku tak bisa bangun untuk sekarang" jawab an.

Tal lama zen masuk dengan wujud rubah apinya.

Ia tampak terkejut melihat val yg tak sadar.

"Huh aku mencarimu ternyata di sini" ucap zen.

An memutar bola matanya malas "Zen, bisa diam aku sedang fokus mengeluarkan racunnya" ucap an

Zen tampak terkejut "Apa dia masih terkena racun itu?" tanya zen

"Ya, dan setelah ini aku harus ikut dengannya karna darahku sudah mengalir dalam dirinya" jelas an

Crarrr

Bagai petir menyambar, zen sangat terkejut bukan main.
"Ikatan darah?" tanya zen.

"Dia.... Lupakan aku harus fokus!" gerutunya.

Zen tersenyum melihat kesunguhan sahabatnya untuk menyembuhkan mahluk fiksi di sini.

Zen berdiri membuat an bingung. "Baiklah aku pergi, tolong ya an" pinta zen.

An tersenyu "ay yey kapten" jawab an, tak lama zen berubah menjadi rubah dan pergi.

"Uhg"

An tersenyum melihat val yang mulai sadar. tetapi ia kesal karna val banyak bergerak.

"Diam jangan bergerak!" geram an.

Val langsung diam.

Dia bisa mati jika sihirku habis lagi. Hah baiklah aku buka itu.

"Open Actif" gumam an.

Mata an yang tadinya coklat terang kini menjadi hijau, aurah kedamayan dan ketenangan menyimuti val dan an.

"An, kau tau aku penyihir valac, kenapa kau masih mengobatiku" lirih val.

An tersenyum. "Aku tak mau menyia nyiakan orang yang baik sepertimu" jelas an.

Beberapa menit kemudian tubuh val membaik dan racunya netral.
An menghelan nafas. "Sebuh" gumamnya.

Val duduk, ia merasa badanya lebih segar. "Kau hebat tapi kenapa bukankah kau akan terikat denganku?" tanya val.

An mengeleng, "Aku ini An, keponakan wilson jadi jangan heran jika aku nekad, karna sebenarnya aku peduli dengan sekitarku" kata an dengan senyum di wajahnya.

An ingin berdiri tetapi tubuhnya jatuh, jika tak di tahan val pasti ia kepalanya membentur tanah.

"Wow istirahatlah dulu, tubuhmu ini harus rileks bukan tegang karna banyak mengobati orang" ucap val sambil terkekeh.

An tersenyum dan duduk di sebelahnya. "Makasih"

Academy Magic Power.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang