Clara meneruskan langkah kakinya keruang tamu, penglihatannya mulai melihat laki-laki memakai kemeja putih, jas hitam yang membalut kemejanya dan celana bahan senada dengan warna jasnya. Lelaki itu tengah berbicara dengan kakak laki-lakinya.
Dari yang dilihat lelaki itu... Hemm tampan. Gak malu-maluin, buat diajak kondangan. Tapi jika dilihat, bahkan lelaki itu lebih tua dibanding kakaknya. Tapi tetap kesan tampan diwajahnya tidak luput dari penglihatannya. Bahkan jika dilihat lelaki itu bisa dikatakan... Errr sexy.
Ok, sekarang Clara akui otaknya mungkin sudah mulai konslet.
Clara terus berjalan menuju sofa ruang tamunya, sampai disana ia langsung menyalim tangan kakaknya.
"Kak, Cla pergi. Assalamu'alaikum."
"Eh, wa'alaikumsallam. Kamu perginya sama Nathan kan dek?" Tanya Geo pada adik nya.
"Em, kata mama tadi gitu." Bingung Clara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iya, kamu perginya dengan saya, ayo. Kalau begitu saya pergi dulu Geo."
"Eh, ia hati-hati." Cikuk Geo. "Formal banget kayak mau sidang Bae." Ucap Geo dalam hati.
Clara dan Nathan berjalan beriringan keluar rumah. Sampai depan rumah Clara dapat melihat mobil sport mewah berwarna hitam terparkir manis dihalamannya. Nathan langsung memutari mobilnya, menuju kursi pengemudi tanpa membukakannya pintu terlebih dahulu untuk Clara.
Clara mendengus kesal. "Gak ada romantis-romantisnya, dibukain pintu kek, biar romantis. Ini gak." Gumamnya.
Sepanjang perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan. Hening, hanya musik yang mengalun indah yang terdengar. Lagu How Long Charlie Puth yang terdengar oleh kedua orang berbeda jenis kelamin itu. Sesekali Clara juga ikut menyanyi mengikuti lagu yang didengarnya.
"Eh, Om jangan kelewatan. SMA Nusa Bangsa, jangan lupa loh." Suara Clara memecah keheningan.
"Om-om, saya ini calon suami kamu, bukan calon suami Tante kamu." Nathan kesal. Yang benar saja, ia ganteng mirip dengan Francisco lowski begini, panggil om oleh anak ingusan ini.
"Lah, salah ya. Jadi mau dipanggil apa? Kakek? Oppa? Eyang? Atau, Mbah?" Tanya Clara sambil memutar mata jengah. Ia baru menyadari, bahwa ia akan dijodohkan dengan om-om sok keren yang tidak sadar bentuk seperti ini? Benarkan Clara memanggil om? Kalau tidak dia mau memanggil apa? Toh, lelaki ini memang lebih cocok dipanggil om.
"Eh bocah, Saya gak setua itu kamu panggil Mbah."
"Lah, jadi mau manggil apa?"
"Panggil nama aja."
"Kan gak sopan, ya? Masa aku, manggil yang lebih tua nama."
"Udahlah, toh kamu kan memang gak sopan." Jawab Nathan santai.
"Eh, enak aja. Saya ini anak baik-baik ya. Cantik-cantik gini, saya di ajarin sopan santun." Bela Clara.
Nathan menatap Clara dengan wajah jijik. "Kamu itu memang punya tingkat kepercayadirian tinggi, ya?"
Clara hanya mendengus kesal, berdebat dengan om-om seperti ini akan membutuhkan tenaga ekstra untuk membalas setiap kata om-om disampingnya ini. Clara memilih memperhatikan pohon yang tumbuh dipinggir jalan dari jendela mobil, dari pada melihat wajah om-om menyebalkan disampingnya.
"Udah sampai kamu mau disini aja nemenin saya?" Suara Nathan memecah lamunan Clara.
"Ish, gak la. Entar dikira apaan? Anak sekolah bukannya sekolah, malah nempel sama om-om."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
RomanceDi JODOHKAN. Ya di Jodohkan. Satu kata itu yang paling tidak pernah kita harapkan keluar dari mulut orang tua kita, benarkan? Apalagi dijodohkan dengan orang yang tidak pernah kalian kenal. Itu sangat menjengkelkan. Itulah yang terjadi pada Seorang...