Plakk
"Adawww." Nathan langsung memegangi kepalanya yang baru dihadiahi sebuah tabokan dari gadis munggil disampingnya. Yang benar saja seorang Jonathan Nelson yang selalu dihormati dimanapun ia pergi. Dan barusan, dengan seenak udelnya bocah ingusan disebelahnya memukul kepalanya. Ini kekerasan!!
"Apa?!" Ucap sinis Clara ketika Nathan memiringkan kepalanya melihat gadis sebelahnya ingin protes.
"Barusan kamu mukul saya?!" Seru Nathan tidak terima.
"Terus?!"
"Dan itu sakit!! Ya ampun asal kamu tau aja ya ANAK KECIL! Bahkan semua orang saja sangat menyegani saya dan kamu dengan seenaknya mukul kepala saya." Clara langsung melotot spontan. Apa tadi katanya anak kecil? Bahkan dia sudah berusia tujuh belas tahun.
"Enak aja anak kecil. Saya ini udah tujuh belas tahun om!" Clara tidak terima.
"Tapi badan kamu aja, kelihatan kayak anak kelas 1 SMA." Nathan menyelengos.
"Terserah om. Terus ngapain om jemput aku segala? Pake acara manggil-manggil aku sayang lagi."
"Kamu lupa hari ini kita mau fiting baju?"
"Ya terus kenapa om pake acara manggil aku sayang segala?" Clara mendengus. Seenaknya om-om ini memanggilnya sayang. Untung besok libur jika tidak... Pasti besok akan ada wawancara dadakan dari ketiga temannya, dan kehebohan dari teman-teman satu sekolahnya. Habislah kau Clara.
"Ya terserah saya. Mulut-mulut saya." Ujar Nathan santai sambil memfokuskan matanya kejalanan padat dihadapannya. Clara hanya memutar mata malas.
Clara lebih memilih melihat pepohonan dari luar jendela mobil dan memikirkan apa yang akan ia jawab jika nanti ketiga temannya menjadi wartawan dadakan. Tapi didalam hati ia merapalkan doa semoga teman-teman tidak mengingat kejadian tadi.
"Eh, bocah kita udah sampai. Kamu mau disini aja?" Suara bariton Nathan menyadarkan Clara dari pikiran yang sedang berseliweran di kepalanya.
"Iya, sabar napa om. Cerewet banget kaya Dora." Clara dan Nathan langsung keluar menuju butik yang terlihat mah itu. Tempat itu yang Clara dengar adalah tempat langganan Lensi -mama Nathan.
Mereka langsung berjalan bersama masuk kedalam butik. Didalam mereka melihat ada tiga orang wanita paruh baya yang tengah duduk di sofa. Dua orang itu mama Clara dan mama Nathan dan satu wanita berpenampilan casual sepertinya pemilik butik.
"Wah. Udah datang calon pengantin. Sini-sini duduk sayang." Ucap Meta antusias.
"Clara makin cantik ya sayang." Lensi dengan senyum hangatnya.
Nathan mendengus lihat mama-nya baru calon saja sudah melupakan anaknya, apa lagi nanti jika dia sudah menikah. Sedangkan Clara menampilkan senyum canggung, lagi dipuji sama camer. Iya CAMER. Calon mertua cuy.
"Sayang mama sama Tante Lensi udah milihin gaun bagus untuk kamu. Gres mana ya gaun yang kami pilih kemarin?" Tanya Meta pada pemilik butik.
"Sebentar ya saya ambil dulu." Gres beranjak dari sofa.
"Eh, kamu ini Ta masa calon mertua dipanggil Tante, panggil mama jugak dong!" Protes Lensi.
"Masih CALON ma." Celetuk Nathan.
Bukk.
"Masya Allah. Sakit ma." Bayangkan tas branded milik mama-nya langsung melayang dikepalanya, padahal ia hanya bicara itu. Tadi di mobil ia ditampol dan barusan kepalanya di pukul menggunakan tas. Ckckck lama-lama ia gegar otak.
"Mama ya ampun, sakit ini." Ujar Nathan sambil mengelus kepalanya. Malang nasibmu nak.
"Abisnya omongan kamu itu. Bikin Mama gemes, jadi pengen nabok." Lensi sambil tersenyum canggung pada Clara dan meta.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
RomanceDi JODOHKAN. Ya di Jodohkan. Satu kata itu yang paling tidak pernah kita harapkan keluar dari mulut orang tua kita, benarkan? Apalagi dijodohkan dengan orang yang tidak pernah kalian kenal. Itu sangat menjengkelkan. Itulah yang terjadi pada Seorang...