9

538K 17.3K 281
                                    

Gadis cantik bermata sipit keturunan Thailand itu terus melempari batu kearah danau dihadapannya. Ia kesal, kenapa setiap orang selalu mengejeknya? Apakah dia selemot itu dalam berpikir? Kalau bisa memilih pun gadis itu tidak mau memiliki pemikiran lambat.

Ia tau, ia selalu memiliki ketiga temannya yang selalu pengertian menjelaskan secara detail nya. Tapi terkadang juga temannya itu kesal! Siapa yang tidak kesal meladeni gadis pemikiran lambat dan polos seperti dirinya? Kalimat-kalimat itu selalu menghantuinya. Selalu berseliweran didalam otaknya. Entahlah? Lama-lama dia muak memikirkan semua.

"WOY. BOCAH! NGAPAIN LO NGELAMUN DISINI?! ENTAR KESAMBET, BARU TAU RASA." Suara keras itu membuat gadis itu terkesiap. Lalu dengan reflek langsung memberi sebuah bogeman diwajah seseorang yang telah mengagetkannya.

"ANJIRR, sakit banget. Sumpah, lo itu nyeremi banget!! Kemarin dipesta, gue cuman ngetawain lo, di lempar sepatu. Sekarang kena bogem. Besok kalau gue jumpa lo, gue rasa lo bakalan langsung nonjok hidung gue kali ya sampai patah?!" Xavier langsung mengelus sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah itu.

Chaca membulatkan mata. Mampus.. Dia baru menyadari kalau saat reflek dia semenyeramkan preman kampung. Gadis itu meringis, lalu berusaha membantu pria yang sedang kesakitan karena ulah ketidak sengajaannya.

"Aduh, aduh. Maaf banget sumpahh. Gue gak sengaja! Kakak sih main asal ngagetin aja."

"Lo!!! Iss." Xavier mengepalkan tangannya di udara, sambil meringis merasakan sedikit nyeri dipinggir bibirnya.

"Aduh, gue minta maaf banget. Sumpah gue gak sengaja. Gue obatin ya? Rumah gue Deket kok dari sini. Mau kan?"

"Gak! Gue gak mau. Nanti kalau sampai dirumah lo, yang ada nyawa gue yang gak sampai."

"Gue mau tanggung jawab. Pliss!! Mau kan?"

"GAK!!"

"Gak ada penolakan! Gue tanggung jawab." Chaca menarik tangan Xavier paksa. Apa salahnya jika dia ingin tanggung jawab?

Pria itu melihat tangannys yang berada digenggaman gadis cantik itu. Sebenarnya, ini tidak seberapa sakit, dibandingkan dengan dulu saat ia masih SMA. Dulu dia pernah mendapatkan yang lebih parah dari ini. Ini saja kecil bagi seorang XAVIER MILLER.

Secara tidak sadar Xavier menarik keatas bibirnya, menciptakan sebuah senyuman. Ia menatap lama-lama gadis yang menggengam tangannya.

Gadis itu terlihat cantik meski hanya berpakaian switer barwarna pink dan celana jeans putih, dengan rambut indahnya yang digerai. Entah lah? Ia merasa ada sedikit debaran kecil di jantungnya.

***

Nathan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Dia lelah, ya lelah. Menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah! Meskipun dia telah menggeluti pekerjaan ini selama bertahun-tahun menggantikan ayahnya tapi ia tetap merasa lelah.

Jonathan Nelson. Pemimpin dari perusaan besar yang bergerak diberbagai bidang. Seperti, Proferti, industri, komunikasi, dan banyak lainnya. Bahkan perusahannya itu termasuk perusahaan terbesar pertama di Indonesia. Bahkan usahanya sudah merambat keberbagai negara. Nathan terkadang kalut dengan pemikirannya. Bayangkan!! Di usia yang masih dua puluh delapan tahun ia harus memimpin perusahaan seperti itu!! Hebat bukan?

Dan rencananya Nathan memberikan sebuah kejutan kecil untuk istri mungil nya itu. Tapi dia binggung kapan harus memberitahu istrinya? Bahkan akhir-akhir ini Nathan selalu pulang larut dan pergi pagi-pagi sekali. Terkadang dia juga merasa kasihan dengan istrinya ini. Tinggal di apartemen semewah ini sendirian, mengurus rumah sendiri. Sebenarnya bisa saja Nathan memperkerjakan asisten rumah tangga sebanyak yang ia mau, tapi istri kecilnya selalu menolak. Entah lah terkadang Nathan bangga dengan kemandirian Clara manisnya itu.

My Sweet Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang