19

353K 11.6K 93
                                    

"SPADA, ANYBODY HOME. ADA ORANG GAK NIH?! RARA SAYANG, CHACA GOMES SUDAH DATANG! WOY CLARA!"

Pltak!!

"Aduh, ya ampun. Kenapa sih Lolo?" Chaca meringis mengelus kepalanya yang baru saja dijitak dengan seenaknya dengan sahabatnya.

"Lo nyadar gak sih? Suara lo mirip toa Abang tukang tahu bulat, tau gak?" Alona dan Agatha mengelus telinganya yang mungkin akan terkena infeksi virus suara cempreng Chaca.

Chaca mengerutkan bibir kedepan. "Ish, kan Chaca cuman pengen masti-in ada orang apa gak."

"Tapi gak pake teriak-teriak juga,"

"Ya kan biar Clara dengar." Bela Chaca.

Alona memutar mata, berdebat dengan cewek polos ini tidak akan pernah bisa menang, meskipun Alona yang jago debat sekalipun.

"Ah, nunggu lama, ya?" Suara itu mengintruksi ketiganya untuk melihat ke tangga. Disana ketiganya bisa melihat wanita yang tengah mengenakan pakaian santai menuruni tangga.

"Gak kok, Cla. Kita baru aja sampai," Agatha bersuara.

"Oh ya, kok gak duduk sih?" Keempatnya langsung menduduki sofa ruang tamu dirumah Clara.

"Eh, kalian mau minum apa?"

"Gaya lo nanya-in mau minum apa. Biasanya juga cuman air putih doang." Ceplos Alona membuat Clara langsung terbahak.

Menyadari hanya dia yang tertawa membuat Clara langsung meredakan tawanya, menatap ketiga sahabatnya yang menatapnya dengan wajah seperti berkata apaan sih Cla? garing tau gak. Ah, mungkin ketiga temannya sedang tidak mood bercanda.

"Ya kan itu dulu, sebelum gue punya laki. Sekarang kan beda, gue mau  belajar menjadi istri serba guna." Clara membela diri dengan dramatis.

Ketiganya memutar mata jengah, sok yes kadang-kadang.

"Terserah Cla, terserah." Celetuk Alona.

"Oke, jadi mau minum apaan nih? Mumpung gue lagi baik loh." Tanya Clara sekali lagi, lama-lama dia merasa seperti sales panci yang  bertanya berkali-kali.

"Ehm, red Velvet, hot Chocolat. Sama wafle Chocolat-nya ya mbak." Ujar Chaca dengan kekehan.

"Lo kira rumah gue cafe?"

"Kan gue bercanda Cla." Chaca mengerutkan bibir.

"Jus jeruk aja deh, Cla." Kan, benar kan. Hanya Agatha disini yang paling waras.

"Oke, bentar."

"Lila.." panggil Clara dengan volume suara sedikit keras.

"Iya Nona." Lila datang dengan sedikit tergopoh-gopoh.

"Buatin jus jeruk empat, sama Snack atau cemilan gitu sekalian ya."

"Siap, nona." Lila mengangguk paham lalu pergi menuju dapur.

"Kok lo ngerjain pelayan muda gitu sih Cla? Cantik lagi. Gak takut Nathan kepincut?" Tanya Alona.

"Sebenarnya juga gue gak terlalu suka sama dia sih. Tapi gue kan gak bisa mecat dia kalau dia sendiri gak buat ulah."

"Iya juga ya. Tapi, hati-hati lo Cla, zaman sekarang lagi musim plakor loh." Alona bersuara again.

"Wah, wah. Kita bisa buat sinetron nih, judulnya 'Orang ketiga jilid 2' keren gak?!" Chaca nyahut dengan polos. Membuat ketiga temannya mengerutkan dahi sambil menghela nafas kesal. Kapan Chaca gak alay?

"Terserah Chaca, terserah." Ujar Alona pasrah.

"Bukan temen gue."

***

"Udah dapat data-data yang gue suruh   X?" Nathan bertanya pada seorang lelaki yang tengah duduk dengan tangan yang tengah menari-nari di atas laptop.

"Hah?"

"Data tentang Delila udah nemu?" Tanya Nathan sekali lagi.

"Eh, udah dong." Ucap Xavier dengan menepuk-nepuk dadanya bangga.

Nathan memutar mata. "Mana?"

"Tuh, di map biru di meja lo." Xavier menunjuk map yang tergeletak di atas meja dengan dagunya, lalu melanjutkan acara mengetiknya.

Nathan berjalan menuju meja yang baru saja di tunjuk mahasiswa tampan itu. Lalu membuka isinya dengan ragu.

"Ini beneran kan? Maksudnya data-data nya, asli?"

"Ya beneran lah. Kalau lo gak percaya, cari aja sendiri. Pusing gue. Malah skripsi gak di ACC, ACC lagi nih sama tu dosen. Sok sibuk banget. Eh, sekali di ACC disuruh revisi ulang. Gemes banget dah, jadi pengen nonjok tuh dosen pala botak." Ucap Xavier panjang kali lebar.

"Kampret, gue cuman nanya gitu doang. Ngapa lo curhat?" Xavier terkekeh sambil menggaruk tengkuknya, kok jadi acara curcol ya?

"Ye sorry. Udah lah terima aja, itu data-data asli, gue jamin 100%." Jawab Xavier sok meyakinkan.

"Lagian, ngapain sih lo masih nyari intormasi tentang tuh cewek culun? Lo masih sayang sama tuh cewek gak guna?" Xavier berujar santai.

Membuat Nathan mengeram tertahan. Mungkin jika tidak mengingat jika dihadapannya ini sepupunya sendiri mungkin wajahnya tampannya itu sudah tidak berbentuk.

"Jangan ucapan lo, X!" Desis Nathan.

"Sans Nat, segitu  sayangnya lo sama si cupu ya?"

"Gue gak mau ngebahas itu."

"Yaudah deh. Takut gue lama-lama disini, Lebih baik gue gangguin tuh cewek polos." Xavier menutup laptopnya lalu  beranjak dari tempat duduk.

"Cewek polos?"

"Itu loh, temen bini lo."

"Oh, si Chaca."

"Yaps, empat jempol untuk bapak Jonathan terhormat. Gue pergi dulu." Pemuda itu berjalan menuju pintu keluar sambil menenteng tas berwarna hijau Armi di bahunya.

Setalah melihat punggung sepupunya itu menghilang dari balik pintu, Nathan langsung membuka isi map biru itu. Matanya menyipit membaca setiap informasi yang diberikan oleh Xavier.

***
TBC

Terima kasih sudah membaca😘

Jangan bosen-bosen ya.
Al takut lama-lama kalian bosen, terus ningalin bebeb Nathan lagi.
Jangan gitu yes entar Al sedih, sesedih, sedihnya.

Eh, kepanjangan yes😂

Salam manis Al kekasihnya Ivan Martinez

My Sweet Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang