Tiga hari setelah kabar bahagia Clara dan Nathan tersebar. Semua menyambut kabar kehamilan Clara dengan suka cita. Orang tua Nathan dan Clara langsung mengadakan acara syukuran dadakan. Sehari setelah acara itu diadakan, disini lah keduanya sekarang berada, di kamar pribadi mereka. Tempat paling disukai keduanya.
Keduanya saling berdekapan diatas ranjang king size -nya. Kedua pasangan berpiama couple itu tengah menikmati momen berduaan mereka. Sebenarnya Nathan agak risih dengan piama yang dipakainya, bagaimana tidak risih! Istrinya ini memaksanya untuk memakai piyama karakter Mickey mouse. Ya Mickey mouse! Kalau saja istrinya ini tidak tengah mengandung anaknya, mungkin Nathan sudah menolak keras permintaan ajaib istrinya.
"Nathan," panggil Clara dengan tubuh yang masih didalam dekapan erat Nathan. Dijawab deheman kecil oleh Nathan.
"Sekarang aku kan hamil,"
"Terus,"
"Nanti kalau badan aku melar pas habis ngelahirin, gimana?" Nathan langsung menatap wajah sayu Clara. Pertanyaan macam apa itu?
"Entar kamu gak suka sama aku lagi, kalau aku jelek."
"Hai, hai. Sayang liat aku," Nathan langsung mengangkat dagu istrinya yang menunduk dalam dekapannya. Mengunakan tangannya.
"Aku suka sama kamu apa adanya, bukan karena badan kamu. Aku gak perduli kamu mau melar kayak gimana pun, sayang." Clara terkekeh melihat wajah sok serius Nathan. Menurutnya wajah suaminya ini sangat mengemaskan saat bicara serius seperti ini.
"He, kok malah ketawa?" Tanya Nathan sambil mengerutkan dahinya.
"Kamu lucu,"
"Ha?"
"Lucu apanya?" Istrinya ini kesurupan?
"Gak papa." Clara mengelengkan kepalanya yang masih dirangkuh oleh Nathan lalu mendapatkan cubitan gemas dari sayang suami.
"Sakit," Clara meringis.
"Ha? Sakit ya sayang? Maaf, maaf." Nathan langsung mencium bekas cubitannya dihidung mancung Clara.
"Ish, apaan sih?" Clara mendorong wajah tampan Nathan dengan kedua tangannya, namun Nathan tak memperdulikan penolakan Clara dia malah makin mengecup gemas seluruh wajah Clara.
"Nathan!!"
"Yes, babe."
"Udah, geli."
"..." Nathan masih tidak memperdulikan rengekan Clara.
"Oke, kalau kamu gak mau lepas. Aku gak bakalan ngasih kamu jatah sebulan." Ucapan Clara membuat Nathan mematung. Se-bu-lan? Yang benar saja?! Bisa keriput adik kecilnya dibiarkan menganggur.
"Jangan, sayang. Oke, oke. Aku berhenti." Nathan langsung menjauhkan wajahnya. Membuat Clara terkekeh geli. Ancaman ini selalu mujarab.
***
"Woy, diem-diem bae. Udah ngopi belom." Suara cempreng nan pecicilan itu menyadarkan masyarakat Nathan dari lamunannya.
"Bangsat lo." Ucap Nathan lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Kenapa lo? Tumben ngelamun." Ujar Xavier, menghempaskan bokongnya ke sofa tepat dihadapan kursi kebesaran Nathan.
"Gak papa. Lagi kepikiran aja," jawab Nathan acur.
"Kepikiran apaan?"
"Lo tau pembantu gue yang baru, gak?"
"Hah? Pembantu kerumah lo aja gue kagak pernah."
"Coba deh, nanti lo kerumah gue. Pasti lo ngerasa dia itu mirip sama seseorang." Xavier mengerutkan dahi.
"Siapa sih?"
"Lo tau Delila Chareta?" Ujar Nathan menghempaskan tubuhnya ke sofa sebelah Nathan.
"Siapa tuh?"
"Itu temen SMP lo, yang sering di-bully."
"Ohhh, yang kuncir dua itu kan? Yang selalu lo bela dulu. Lo masih suka mikirin dia? Sadar woy. Lo udah punya bini." Xavier langsung mengusap sebelah tangannya ke wajah Nathan.
"Anjir! Tangan lo bau terasi." Nathan langsung menghilangkan bekas ucapan Xavier di wajahnya.
"Enak aja bau terasi, Wangi gini juga." Sahut Xavier tidak terima.
"Bukan, bukan mikirin dia. Cuman gue ngerasa dia mirip benget sama pembantu dirumah gue."
"Terus, kalau dia pembantu dirumah lo. Kenapa dia gak kenal sama lo?"
"Ehm, gak tau. Tapi Cla gak suka banget sama dia."
"Gak suka sama Delila -nya? Apa, sama pembantu lo?"
"Ya sama Lila lah."
"Wait, wait. Tunggu dulu. Delila nama si culun kan?" Nathan membalas deheman kecil.
"Kalau Lila itu nama pembantu lo?"
"Iya." Jawab Nathan singkat.
"Lo ngerasa gak? Nama mereka bisa hampir samaan? De-li-la. Sama Li-la. Coba nama Delila lo ilangin D-E nya."
"Iya ya, gue kok gak ngerasa ya? Sumpah muka mereka itu mirip banget. Tapi bedanya Lila gak pake kaca mata sama gak pernah kuncir dua." Dahi Xavier berkerut memikirkan sesuatu.
"Coba lo selidiki, gue ngerasa ada yang gak beres deh." Usul Xavier sok bijak.
"Gimana caranya?" Tanya Nathan dengan wajah polosnya. Ternyata Nathan bisa lemot juga permisa.
"Yee, dodol. Ternyata pemimpin berwibawa kayak lo bisa lemot juga, gue kira gak bisa."
"Gue lagi gak bisa mikir, njir" Nathan melemparkan jas nya yang sudah dia buka tepat di wajah Xavier.
"Lo kan orang hebat ni, jadi lo bisa gunain kekuasaan lo buat nyelidiki ini. Gunain mata-mata misalnya?" Jawab Xavier sambil membuka jas yang di lembarkan nathan kewajahnya. Untung jas nya wangi.
"Pinter juga lo,"
"Iya dong. XAVIER MILLER." ujar bangga Xavier. Dihadiahi sumpalan dasi dari Nathan kemulutnya.
"Anjir!"
***
Sorry typo bertebaran gak di edit dulu, soalnya hospot. Yang hospot-in cerewet ngelebihi ibu kos😂
Terima kasih sudah membaca😊
Babang Xavier😘
Salam manis Al kekasihnya Ivan Martinez 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
RomanceDi JODOHKAN. Ya di Jodohkan. Satu kata itu yang paling tidak pernah kita harapkan keluar dari mulut orang tua kita, benarkan? Apalagi dijodohkan dengan orang yang tidak pernah kalian kenal. Itu sangat menjengkelkan. Itulah yang terjadi pada Seorang...