Agatha berdehem kecil, sepasang matanya mengawasi ketiga temannya yang asik dengan dunianya sendiri.
Alona, gadis keturunan Tiongkok itu tengah asik senyam-senyum sendiri dengan benda digenggamannya. Apa sih? yang bisa diketawain dari benda persegi itu? Sampai wanita jutek itu bisa ketawa cekikikan sendiri, ah! Agatha lupa. Mungkin Alona sedang chatan muanjah dengan Galen -pacarnya.
Chaca, gadis polos itu tengah asik manyerot habis jus alpukat digelasnya. Agatha menggeleng, mungkin bila gelas itu bisa dicomot juga, udah tidak tersisa itu gelas.
Dan yang terakhir...
Clara, karena gadis inilah keempatnya bisa berkumpul. tapi, lihatlah sekarang! Dia dengan wajah sendunya menatap kosong hot Chocolat nya yang mungkin sudah dingin.
Mendengar deheman dari selah satu temannya membuat ketiganya menatap sang empu yang berdehem. Mendapat tatapan bertanya dari ketiganya membuat Agatha menggaruk tengkuknya salah tingkah.
"Jadi? Kenapa ngajak kita ngumpul Cla?" Tanya Agatha penasaran.
"Hiks, hiks,"
"Lah? Kok malah nagis?
"Nathan!"
"Nathan, kenapa?"
"Huaa," tangisan dramatis Clara membuat ketiga temannya kalang kabut. Nih orang kenapa sih? Baper abis liat drama Korea?
"Cla, jangan nagis, elah." Alona berusaha menenangkan sahabatnya itu. Sebenarnya agak malu gimana gitu, bayangin jadi tontonan satu cafe.
"Nathan, Kenapa?" Tanya Agatha lagi.
"Dia bentak gue." Jawab Clara pupus-putus karena menangis.
"LAH, TUH COWOK. MINTA DIGOROK?! MAIN ASAL BENTAK TEMEN GUE AJA!" Teriak Alona menggebrak meja lalu berdiri dari tempat duduknya diikuti oleh ketiga temannya dengan suara, ya ngelebihi dangdut orang sunatan.
Agatha meringis kecil, sebenarnya dia malu dengan sifat sahabat-sahabatnya ini. Beginilah, alasan kenapa Agatha tidak pernah mau menyelesaikan masalah bersama temannya di tempat umum. Ya gini jadinya, Drama kolosal dadakan.
"Udah Lolo, jangan teriak-teriak. Malu ini." Ucap Chaca berusaha menenangkan Alona dengan mengelus-elus punggung wanita jutek itu.
"Eh. Sorry, sorry. Gue khilaf. Jadi kenapa tuh om-om main bentak lo aja?" Ujar Alona lebih santai, lalu kembali duduk seperti semula, membuat ketiga wanita lainnya mengikuti.
"Gara-gara gue dorong plakor."
"Hah?"
"Iya gue ngedorong tuh plakor. Hampir kejengkang sih dia. Tapi kenapa cobak gak sekalian kejengkang beneran?"
"Maksud lo siapa Cla?"
"Gue belum cerita ya tentang pelayan baru gue?" Ketiganya kompak menggeleng.
"Oke, dengerin baik-baik. Gue baru kedatangan pelayan baru, dia bilangnya anak dari pelayan gue. Katanya ibu-nya lagi sakit, jadi dia gantiin ibu-nya. Tapi gue gak yakin! Masa anak pembantu bening banget. Gak ngejek sih ya, tapi kalian bayangin nih! Gue perhatiin kulit dia itu mulus banget kaya perawatan."
"Mungkin dia memang mulus Rara." Timpal Chaca dengan polosnya.
"Gak, gue bisa bedain mana kulit perawatan sama kulit bawaan lahir. Gue yakin kulit dia itu perawatan mahal." Clara koar-koar.
"Jadi! Intinya lo cemburu sama pelayan lo?" Alona menaikan sebelah alisnya.
"Mm, gimana ya? Gue gak cemburu. Cuman gue ada ngerasa agak gak suka gitu sama dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
RomanceDi JODOHKAN. Ya di Jodohkan. Satu kata itu yang paling tidak pernah kita harapkan keluar dari mulut orang tua kita, benarkan? Apalagi dijodohkan dengan orang yang tidak pernah kalian kenal. Itu sangat menjengkelkan. Itulah yang terjadi pada Seorang...