Siapa Cintaku...

365 52 17
                                    

Aku mendengus pelan...mengingat ibuku sering ingin mengenalkanku dengan seorang laki-laki pilihannya, tapi aku selalu menolaknya, usiaku yang kini sudah 28 tahun, dan belum menikah membuat ibuku sangat khawatir dengan keadaanku.

Terlebih kedua adik perempuanku juga sudah menikah dan mempunyai anak, tapi walaupun begitu aku tetap ikhlas kedua adikku mendahuluiku menikah, mungkin mereka sudah sampai jodohnya, buat apa dihalang-halangi, malah jadi dosa pikirku mengerti akan kenyataan yang ada, aku juga sangat sayang pada keponakanku yang lucu-lucu dan menggemaskan yang bisa menghibur hatiku.

Namun karierku bertolak belakang dengan statusku sekarang yang masih betah sendiri, sekarang aku sudah jadi guru PNS, cita-citaku dari dulu semenjak aku masih kuliah, dan alhamdulillah aku bisa mewujudkan impianku itu. Yang itu tidaklah mudah, berawal selepas lulus kuliah aku jadi guru honorer dulu di sekolah, tapi aku selalu mencari informasi tentang lowongan CPNS.

Berkali-kali aku sempat gagal lulus jadi CPNS, tapi setelah mengikuti ujian CPNS yang keempat, diluar dugaanku ternyata aku lulus jadi CPNS. Senangnya bukan main, aku berloncat-loncat kegirangan dan tak lupa aku sujud syukur pada Allah yang telah memberikan aku kesempatan untuk jadi seorang PNS, terima kasih ya Allah...usahaku selama ini tidak sia-sia.

"Musda...sampai kapan kamu terus begini? nanti kalau ketuaan nikahnya takutnya nanti kamu susah punya anak lho!" ini umur kamu aja udah 28 tahun, kamu inikan perempuan Musda...kamu inginkan punya keturunan yang bisa meneruskan generasi kita, makanya cobalah kenalan dengan anak teman baik mama, kamu jangan khawatir...dia orangnya baik, udah mapan, dan dia juga insya Allah sholeh lho"...kata mamaku panjang lebar memberikan nasehat dengan petuah-petuahnya.

"Maaf ma...lain kali aja, Musda cukup bahagia dengan kehidupan Musda sekarang, kalau memang jodoh takkan kemana" kataku sopan sembari menghirup teh hangat yang baru saja mamaku buat, kami duduk di ruang santai sambil menikmati acara televisi.

"Musda...cobalah mengerti sedikit aja keinginan mamamu ini, mama ingin cucu dari kamu, mama udah tua nak, kalau menunggu kamu terus-terusan begini sampai kapan?" kata mamaku miris dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan.

 "Iya ma...Musda mengerti keinginan mama, tapi Musda pengen menikmati karier Musda dulu, lagian Musda juga gak pengen sendiri terus, nanti ada aja saatnya" kataku tetap berusaha untuk bicara sopan.

"Iya...tapi sampai kapan nak...ayahmu aja udah tidak sempat melihat satu cucu pun dari darah dagingnya" kata mamaku tiba-tiba mengingat almarhum ayahku yang sudah tiada sejak aku dan kedua adikku masih kecil-kecil, jadilah mamaku bekerja siang dan malam untuk mencukupi kebutuhan kami, mama usaha catering rumahan dan berjualan kue-kue, sebelum ayah meninggal pun mama juga sudah buka usaha catering rumahan, jadi setelah ayah meninggal mama sudah terbiasa bekerja.

Aku sangat sayang sekali sama mama, mama adalah sosok wanita yang tegar, kuat, sabar, tahan banting dan tentunya juga sangat sayang sekali dengan kami, sejak meninggalnya ayah...selain menjadi seorang mama, mama juga menjadi ayah untuk kami, yang selalu melindungi dan menjadi tempat curhat kami bertiga.

Tapi semenjak mama sering menjodohkanku dengan seorang laki-laki pilihannya, entah kenapa hubunganku dengan mama jadi sedikit renggang dan tidak sedekat dulu lagi, mungkin karena aku terlalu mementingkan egoku dan lebih mementingkan urusan karier daripada jodoh, aku hanya yakin suatu saat nanti aku juga akan menikah dan punya anak sama seperti yang lainnya, tapi entah kenapa sekarang aku lebih merasa nyaman dengan kesendirianku sekarang...




Nantikan kelanjutan ceritanya ya teman-teman, jangan lupa vote dan komennya,  tinggalkan lah jejak setelah membaca cerita ini, semoga suka ya dengan ceritanya😊😊

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang