Sesuatu Yang Tak Terduga

50 10 6
                                    

Kini hidangan makan siang pun sudah tersaji di meja makan, kami pun semua sudah berkumpul dan menikmati makan siang dengan lahap.

Aku dari tadi lebih banyak diam dan sesekali menyahut pembicaraan mereka, entah kenapa aku jadi kepikiran Riduan. Kenapa lagi-lagi disaat aku ingin menikmati suasana kebersamaan seperti ini tiba-tiba saja Riduan mengusik pikiranku.

***

Kini aku sudah kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk, antara memikirkan Faisal dan Riduan. Kenapa kedua orang itu selalu saja berhasil mengisi pikiranku.

Apa aku telpon Riduan saja ya, pikirku ragu.

Ahh...besok di sekolah juga bertemu dengan orangnya buat apa telpon-telpon, lagian aku bisa ngobrol langsung dengan dia, hiburku.

Tiba-tiba saja bunyi ponsel di tanganku yang sudah kupegang dari tadi mengejutkanku. Aku pun segera melihat siapa yang menelpon, ternyata Faisal.

"Hallo assalamu' alaikum"....ucapku lemas.

"Waalaikum salam bu macaaann...lho kok kedengarannya lemas gitu, bu macan sakit atau kecapean?"

"Eh oh yaa gak apa-apa" jawabku singkat sekenanya.

"Ooohh... tumben gak marah dipanggil bu macan!!!" tanya Faisal heran.

"Eemmm... kamu pengen aku marah?"sahutku spontan.

"Ya gak lah...sukurlah kalaunya kamu gak marah" ucap Faisal senang.

"Lagian aku udah capek juga marah bahas tentang nama panggilan itu terus, Faisal udah dulu yaa...aku mau mandi nich, udah gerah juga soalnya" ucap Musda asal.

"Ooh... iya dech kalau gitu, mandi yang bersih ya bu macan, boleh ngintip dikit gaak?" canda Faisal membuang kekakuan dari tadi.

"Awas aja kalaunya ngintip, kita gak jadi tunangan" timpal ku asal membuang kekesalan dihatiku.

"Waduh...ngeri amat ancamannya, aku cuma bercanda kok bu macan, jangan dianggap serius, tapi serius dech aku gak nyangka kamu bisa ngancam segitunya tentang hubungan kita, aku jadi takut bu macan. Ingat bu macan!!!  kata-kata itu bisa jadi do'a, jadi jangan sembarangan ngomong" ucapan Faisal panjang lebar yang membuat Musda menguap.

"Iya dech iya...jujur aku lagi pusing ajaa, udah dulu ya, assalamu'alaikum"... jawabku malas dan mematikan telpon setelah mendengar jawaban salam dari Faisal.

***

Keesokan harinya setelah tiba di sekolah, aku langsung mencari keberadaan Riduan, tapi dia belum datang juga. Tidak biasanya dia telat datangnya, padahal dia selalu datang lebih pagi dari aku, mungkin dia masih di jalan, hiburku dalam hati.

Sembari menunggu Riduan datang dan jam mata pelajaran pertama di mulai, aku sambil mengobrol dengan ibu dan bapak kepala sekolah di kantor.

Tidak terasa jam mata pelajaran pertama sudah dimulai, tapi kenapa Riduan belum menampakkan batang hidungnya, apa di jalan lagi macet atau barangnya ada yang ketinggalan jadi dia terpaksa balik lagi ke rumah mengambilnya.

Bermacam-macam pikiran dikepalaku tentang Riduan, semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Riduan. Entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa bersalah padanya setelah telponan kemaren, aku mengacuhkannya begitu saja, itu karena salahnya juga menelpon bukan waktu yang tepat, pikirku tetap tidak mau kalah.

Aku baru saja ingat kenapa tidak kutelpon saja dari tadi, aku pun mencoba menelpon Riduan dengan degupan jantung tidak karuan.

Tapi alangkah terkejutnya nomornya tidak aktif setelah aku coba telpon beberapa kali.

Riduaaaann...kamu dimanaaa, teriak batinku gelisah.




Riduan ada yang mencemaskanmu...





Pada penasaran gak nich kelanjutannya...hehehe....kalonya penasaran ikuti terus ya ceritaku disetiap partnya, biar gak ketinggalan. Jangan lupa juga vote dan komennya ya di bawah, maaf kalonya part kali ini agak pendek, sengaja biar dibikin penasaran selalu...😀😄😅

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang