Lamaran

11 3 1
                                    

Lagu diatas cocok banget dengan cerita dibagian ini dan mewakili perasaan Riduan untuk Musda. Silahkan hayati lagunya dan bait-perbait katanya yang begitu menyentuh..😊😍

Kini aku sudah sampai di rumah sejak siang tadi. Aku pun sudah berbincang ria pada Ibu tentang banyak hal. Tentang liburanku yang menyenangkan di rumah Bibi, tentang kelucuan Nika, tentang Rudi pun tidak ketinggalan juga kuceritakan, bahkan tentang Riduan yang ingin melamarku. Pokoknya semuanya sudah terasa plong kuceritakan pada Ibu.

Aku memang tipe orang yang terbuka pada Ibu, rasanya tidak enak memendam rasa sendirian tanpa bercerita padanya, kecuali kalau memang hal itu akan mengganggu pikiran Ibu. Aku terpaksa berusaha menyelesaikannya sendiri, jadi aku lebih banyak curhat yang menyenangkan daripada yang tidak. Biar Ibu pun juga ikutan senang.

Sore ini aku duduk santai di depan televisi bersama Ibu sambil ngobrol kembali. Sesudah membereskan barang-barangku dari tas, mandi dan segala macam aktifitas yang lainnya. Rasanya badanku terasa lelah sekali sehabis perjalanan dan ingin duduk-duduk saja menghabiskan waktu.

"Jadi kapan Riduan mau melamarmu?" tanya Ibu membuka suara setelah hening beberapa saat.

"Katanya tiga hari lagi Riduan, nenek, tante beserta pamannya akan datang ke sini Ma?" sahutku hati-hati. Ada sedikit perasaan was-was takut kalau Ibu berubah pikiran. Rasanya aku masih trauma karena dulu Ibu menentang keras hubunganku dengan Riduan.

"Ooh...berarti Ibu harus bersiap-siap untuk itu, termasuk memasak masakan enak. O iya jangan lupa adik-adikmu juga harus dikasih kabar terlebih dahulu biar mereka bisa siap-siap datang ke sini," minta Ibuku antusias.

Ternyata Ibu sudah benar-benar menyetujuinya, entah kenapa aku masih takut Ibu belum sepenuhnya setuju karena dari dulu yang kutau calon menantu idaman Ibu selalu saja Faisal. Oh ya Faisal, lama tidak terdengar kabarnya, bagaimana kabarnya sekarang? di mana sekarang dia tinggal? apa dia sudah menikah?

"Musdaaa!" panggil Ibu begitu mengagetkanku.

"Eh iya Bu..." sahutku asal sembari menoleh ke arah Ibu.

"Hmm kebiasaan dech kalau di ajak ngobrol pasti dibawa melamun, apa kamu dengar kata Ibu tadi?" tanya Ibu agak jengkel.

"Iya Bu Musda dengar kok, Musda cuma senang aja sekarang Ibu udah merestui hubungan Musda dengan Riduan. Jujur Musda takut Ibu nanti berubah pikiran, apa Ibu benar-benar ikhlas merestui hubungan Musda?" tanyaku sendu dengan tertunduk lesu.

"Musda...kenapa kamu masih meragukan restu Ibu! udah jelas-jelas Ibu merestui, karena Ibu sadar kebahagiaan kamu juga kebahagiaan Ibu," ucap Ibu memandangku dengan tatapan lembut keibuannya yang selalu memberikanku kekuatan.

"Makasih Bu, Musda bahagia sekali bisa mendapatkan restu Ibu." Sahutku seraya tersenyum dengan mata berbinar senang, sekarang aku benar-benar yakin Ibu sudah merestui hubungan kami.

"Hmm ngomong-ngomong kabarnya Faisal gimana ya Bu? lama gak terdengar kabarnya, pasti dia udah menikah." Kucoba memberanikan diri bertanya karena penasaran dengan kabarnya, semua kontak dan media sosialnya juga sudah tidak aktif lagi.

"Eheem...kangen juga ternyata sama mantan, memang dari mana kamu yakin dia udah menikah?" tanya Ibu menimpaliku malah dengan pertanyaan.

"Yaa yakin aja, siapa sich yang gak tertarik dengan yang namanya Faisal. Seorang direktur di perusahaan, udah ganteng, baik lagi. Pasti jadi incaran wanita-wanita lain, jadi gak butuh waktu lama dia bisa move on dari Musda Maa.." jawabku yakin dengan perkataanku.

"Bisa jadi. Mama juga tidak tau kabarnya sekarang, sejak kejadian itu dia menghilang begitu saja. Kasian sekali anak itu..!" lirih Mama murung. Aku yakin mungkin dihati kecil Mama pasti masih menginginkanku untuk bisa bersatu dengan Faisal, tapi apa hendak dikata hatiku sudah mantap memilih Riduan.

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang