Hallo semuanya apa kabar? semoga baik-baik aja..😊
Maaf udah beberapa minggu ini aku gak update, dikarenakan aku ingin cari ide yang benar-benar pas untuk cerita ini. Jadi aku relaksasi sebentar mengumpulkan inspirasi. Bukannya kemaren gak ada ide, tapi cuma lebih mencari ide yang lebih pas dan cocok aja.
Terima kasih buat kalian yang masih setia membaca cerita ini, walaupun mungkin ada kesalahan dalam penulisan atau apa, tapi aku berusaha untuk lebih baik lagi. Karena di sini aku juga masih belajar.
Kiranya itu aja dulu yang ingin aku sampaikan, semoga kalian suka dengan ceritaku.
Selamat Membaca
Melihat aku terdiam dan kaget, Faisal pun reflek menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu menarik nafas berat.
"Musda aku ingin kejujuran kamu, apa kamu keberatan menikah denganku?"tanya Faisal lembut sambil menatap ke arah Musda yang cuma diam membisu.
"Hmm kenapa kamu tanya seperti itu?"tanya Musda balik.
"Karena aku merasa belakangan ini kamu berubah Musda, kamu gak seperti yang dulu lagi. Apa aku ada salah hingga membuatmu seperti ini?"tanya Faisal lagi meyakinkan sementara matanya mulai berkaca-kaca menahan butiran air yang berdesakan ingin keluar.
"Ka kamu gak salah apa-apa kok, mungkin perasaan kamu aja kali," jawab Musda masih menutupi perasaannya. Entah kenapa Musda merasa benar-benar belum siap untuk jujur.
"Ok baiklah aku tidak akan memaksamu untuk jujur, tapi yang jelas aku merasakan sekarang kamu memang berubah, mungkin dilain waktu kamu bisa mengungkapkannya. Aku mencintaimu Musda, aku serius ingin hidup bersamamu, menghabiskan sisa hidup kita bersama dalam indahnya pernikahan. Aku tidak bisa bayangkan kalau aku tidak jadi menikah denganmu," ucap Faisal membuang muka ke arah jendela mobil sebelahnya. Karena tidak ingin kelihatan bahwa ada air mata yang sudah tak tertahankan untuk keluar.
Melihat itu Musda merasa tidak tega, walau bagaimanapun dia masih punya hati dan perasaan. Musda tau Faisal menangis karenanya, sungguh kejam dirimu Musda!! batinnya berteriak.
"Faisal maafkan aku udah membuatmu menangis, aku tidak bermaksud, aku hanya...
Belum selesai Musda bicara, Faisal cepat memotong pembicaraannya.
"Gak apa-apa, aku mengerti. Aku antar pulang, nanti keburu senja," jawab Faisal sambil menarik nafas pelan dan bersiap menyetir.
Musda pun cuma mengangguk.
***
Malamnya setelah mau magrib sampai di rumah, membersihkan diri dan sholat, aku pun menjelaskan semuanya pada Nia di telpon. Meskipun Nia bukan anak yang suka ngegosip tapi aku tetap akan menjelaskan padanya. Untungnya Nia pun mengerti akan posisiku, dan dia memberikan saran ikuti kata hatiku, karena hati tidak bisa berdusta.
Aku salut dan kagum padanya, anak seumuran dia sudah mengerti dan memahami masalah orang dewasa. Mungkin karena dia sudah merasakan banyak masalah-masalah dalam kehidupannya, jadi cara berpikirnya begitu dewasa. Ternyata memang benar semakin banyak ujian dan cobaan dalam hidup akan mendewasakan seseorang, baik itu cara berpikirnya atau pun bertindak.
Untuk masalah dengan Riduan, aku sengaja tidak ingin membahas semuanya lewat telpon. Rasanya kurang puas saja membicarakan masalah serius ditelpon, aku ingin bertemu dengannya besok. Kebetulan besok hari minggu, jadi aku punya banyak waktu untuk membuat rencana mau ke mana saja.
Sengaja aku tidak menghubungi lewat telpon atau pun lewat chat, aku ingin menghabiskan waktu semalaman ini untuk berpikir dan memantapkan hatiku. Semoga pilihanku memang yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Cintaku
RomanceSeorang wanita yang bernama Musdalifah masih betah sendiri diusianya yang ke 28 tahun, ibunya sudah beberapa kali mencoba menjodohkannya dengan seorang pria, tapi Musdalifah selalu saja menolak untuk bertemu dengan pria pilihan ibunya itu, ibunya pu...