Aku menangis tersungkur sejadi-jadinya saat bunyi ponsel yang kuangkat memberi tahukan kabar yang membuat jantungku seakan melompat dari tempatnya. Tubuhku rasanya lemah, kakiku bergetar tidak sanggup menopang tubuhku yang akhirnya lagi-lagi aku terduduk di lantai dengan punggung yang berguncang hebat.
Inikah jawaban dari rasa gundahku beberapa minggu ini, inikah akhir dari rasa penasaranku pada degup jantung yang sering tidak beraturan kurasakan akhir-akhir ini. Beribu-ribu pertanyaan menggelayuti batinku yang membuatku semakin terisak tak berdaya.
Ya Allah...kenapa disaat hamba ingin merencanakan sunnahMu tapi kenapa engkau memberikan cobaan ini, apakah hamba tidak berhak untuk bahagia di usia hamba yang sudah hampir memasuki kepala tiga ini.
🍃🍃🍃
Riduan mengalami kecelakaan saat mengendarai kendaraan roda duanya yang sehabis pulang dari pusat souvenir pernikahan karena ada sesuatu yang ingin dia cari. Saat dia lagi berkendara tiba-tiba ada truk besar yang melaju menabraknya sampai Riduan terpelanting jauh dari motornya. Motornya pun rusak parah dan Riduan pun koma.
Beberapa pasang mata yang ada di sekitar tempat kejadian langsung memberikan pertolongan dengan menelpon ambulan agar secepatnya dilarikan ke RS gawat darurat. Sementara truk yang menabrak Riduan langsung melarikan diri dengan mengebut melaju melintasi tempat kejadian. Tidak ada sedikit pun niat baik dari sopir truk itu untuk mengetahui kondisi Riduan yang akibat kelalaiannya. Sungguh keterlaluan sekali sopir truk itu.
Tanpa pikir panjang aku secepatnya bersiap diri ala kadarnya untuk bersiap-siap ke RS yang diberitahukan penelpon tadi. Membuka lemari dengan asal untuk mengambil baju yang cocok untuk di kenakan. Tanpa make up sedikit pun. Lalu memasukkan dompet, ponsel ke dalam tas selempangan. Dihatiku bergumam bagaimana caranya agar cepat ke RS melihat keadaan Riduan. Tidak kuperdulikan lagi penampilanku yang kusut dengan mata sembab sehabis menangis.
Melihat kepanikanku menimbulkan keheranan Mama yang baru saja datang dari pasar.
"Musdaa! kamu mau ke mana? katanya hari ini kamu mau di rumah aja! seru Mamaku heran melihat sikapku yang tergesa-gesa seakan seperti dikejar setan.
Tanpa jawaban dariku, karena aku terlalu asyik dengan pikiranku dan mencari kunci motor yang lupa aku taruh di mana. Ke mana disaat mendesak seperti ini malah kunci motorku tidak ada.
"Musdaaa...kamu menangis, Musda tolong katakan apa ada terjadi sesuatu! tanya Mama menghampiri dan memegang kedua bahuku.
"Maa...Riduan...!" disela isak tangisku yang tidak bisa kutahan. Air mata kembali bercucuran dengan derasnya.
"Iya ada apa dengan Riduan?" tanya Mama makin penasaran.
"Riduan kecelakaan, sekarang ada di RS gawat darurat. Musda ingin secepatnya ke sana tapi kenapa kunci motornya malah tidak ada." Sesalku yang semakin hancur.
"Astagfirullah Musda...tenangkan dirimu sebentar, mungkin karena panik kamu jadi lupa naruh kunci motormu. Biasanya kamu teliti." Lirih Mama yang merasa iba.
Aku pun cuma terdiam sejenak, mendudukkan diri di kursi tamu dan bersandar dengan tatapan hampa menerawang entah kemana. Rasanya aku sudah putus asa. Kenapa hidupku semenyedihkan ini.
"Tetap terus berdo'a semoga keadaan Riduan segera pulih. Mama yakin Riduan pasti kuat bertahan demi kamu Musda!" ucap Mama seraya menggenggam tanganku yang terasa dingin dengan tubuh yang bergetar.
Aku pun cuma mengangguk pasrah, aku tidak tau kemungkinan apa yang akan terjadi nanti. Yang pasti satu yang ku pinta padaNya selamatkan Riduan untukku.
"Mama ikut yaa..kamu lagi panik, bahaya menyetir kendaraan sendirian. Mama aja yang setir kendaraannya. Pakai motor Mama aja dulu!" ucap Mamaku mengerti akan kondisiku.
"Tapi Mama kan lagi sibuk buat kue!" seruku tidak ingin merepotkan.
"Buat kuenya besok aja gak apa-apa, menemanimu lebih penting," jawab Mama tulus.
"Kalau begitu sekarang kita berangkat!" pintaku tidak sabar ingin melihat keadaan Riduan.
Seandainya aku bisa terbang saat ini juga aku ingin cepat sampai di sana. Debaran jantungku yang semakin cepat membuatku semakin tidak tenang.
🍃🍃🍃
Kini aku dan Mama sudah berada di RS Mulia. Keadaan Riduan sangat kritis. Riduan pun masih koma semenjak kejadian itu. Tubuhku rasanya semakin lemas, otot kakiku pun terasa lunglai lemah tak berdaya dan sementara pikiranku semakin kalut. Dunia seakan runtuh seketika saat membayangkan pernikahan yang sebentar lagi akan dilangsungkan tapi keadaan Riduan malah seperti ini. Badanku hampir terjatuh ingin pingsan ketika melihat keadaan Riduan. Untung Mama yang cepat menahan tubuhku dan segera mendudukkanku di kursi tunggu di luar kamar inap Riduan. Hanya sebentar aku sanggup melihatnya karena dadaku semakin sesak. Rasanya aku shock berat.
Kembali butiran bening berjatuhan dipipiku tanpa bisa kuhindari, padahal aku sudah berusaha menggigit bibir agar butiran itu tidak dengan mudah keluar. Tapi aku tidak bisa menghindarinya, aku sekarang memang sangat rapuh, hancur dan tidak berdaya. Melihat Riduan terbaring lemah ditemani infus dan banyak alat-alat medis menempel di tubuhnya. Kini dia berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
Aku akan tetap setia menunggumu pulih Riduan. Jangan lama-lama tidurnya, ingat pernikahan kita sebentar lagi. Bukankah ini yang kita impikan selama ini, sebentar lagi akan terwujud. Cepat sadar demi aku dan pernikahan kita. Ingat janji kita berdua untuk menghabiskan sisa umur kita berdua sampai tua. Batinku menangis berusaha untuk kuat.
Riduan semoga cepat sadar dari komanya..😢😢😢
Nantikan kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Cintaku
RomanceSeorang wanita yang bernama Musdalifah masih betah sendiri diusianya yang ke 28 tahun, ibunya sudah beberapa kali mencoba menjodohkannya dengan seorang pria, tapi Musdalifah selalu saja menolak untuk bertemu dengan pria pilihan ibunya itu, ibunya pu...