Siapa laki-laki itu...

201 39 7
                                    

Hari ini aku dan mamaku menunggu kedatangan tamu laki-laki beserta kedua orang tuanya, aku sudah siap dengan baju gamisku yang berwarna merah hati plus kerudungku berwarna hitam. Ini adalah pertemuanku yang pertama kalinya dengan laki-laki itu dan juga keluarganya.

Aku pun keluar dari kamarku dan duduk di ruang tamu, sejenak untuk menenangkan diriku.

"Musda...kamu udah siapkan ketemuan dengan mereka?" tanya mamaku lembut.

"Iya ma...Musda udah siap" jawabku singkat, aku masih terlalu asyik dengan pikiranku yang menerawang entah kemana.

"Baguslah kalau begitu, sebentar lagi mereka akan datang" kata mamaku memberi tahu.

"Ooh"... kataku singkat sambil terus asyik dengan pikiranku.

"Musda...sepertinya ada yang kamu pikirkan?" tanya ibuku seakan tahu dari raut wajahku yang datar sedari tadi.

"Gak ada apa-apa bu, mungkin aku cuma sedikit gugup" elakku pada mama. Ya mungkin ada benarnya, ada rasa gugup di hatiku tapi aku mencoba menepisnya.

Tidak beberapa lama kemudian meluncurlah sebuah mobil kijang innova berwarna silver, mamaku tampak senang sekali dan menyambut mereka yang baru turun dari mobil, sementara aku mengiringi mamaku dibelakang.

Aku memang berdua saja tinggal dengan mamaku, kedua adik perempuanku sudah menikah dan mandiri dengan masing-masing rumah tangganya tanpa serumah lagi dengan kami berdua. Mereka berdua tidak bisa datang karena kesibukan masing-masing, tapi walaupun begitu mereka berdua sangat baik dan tetap menghormatiku sebagai kakak tertua, dan mereka juga sangat mendukungku untuk secepatnya menikah.

Aku pun bersalaman dengan kedua orang tuanya dan dengan seorang laki-laki yang seperti pernah ku kenal sebelumnya, tapi siapa dia...aku benar-benar lupa, dia pun juga sama sepertiku, merasa pernah kenal tapi juga lupa, kami berdua pun tampak seperti orang kebingungan yang lagi mengingat-ingat sesuatu. Ternyata namanya Muhammad Faisal, di panggil Faisal, dengan perawakan tinggi atletis, kulit putih bersih, wajahnya yang baby face, senyumnya yang menawan membuat ketampanan di wajahnya semakin sempurna terlihat.

Kami pun berbincang-bincang di ruang tamu, tidak lupa aku ke dapur untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan setoples kue kering.

Semuanya tampak akrab, kecuali aku dan Faisal lebih banyak diam, lebih asyik mendengarkan orang tua kami masing-masing bercerita tentang banyak hal.

Lalu tiba-tiba Faisal memintaku untuk bicara berdua di teras rumahku yang juga ada tempat duduknya untuk bersantai. Lalu Faisal pun meminta izin Kepada orang tua kami untuk ngobrol di teras rumah, lalu ibunya Faisal menggoda kami.

"Wah...pengen bicara empat mata ya rupanya, silahkan...kami tidak ganggu kok hahaha"... goda ibu Faisal diiringi tertawa lepas.

"Iya...kalian ngobrol aja di teras, mungkin mereka lebih leluasa ngobrol berdua" sambung mamaku tersenyum penuh pengertian.

"Kalau bapak terserah kalian aja, mau ngobrol di mana, asal jangan ngobrol berduaan di kamar aja, bukan mahram dan belum halal" kata bapak Faisal ikut nimbrung disertai tawa kebapakannya.

"Makanya dihalalin dulu donk anak gadis saya, biar bebas hubungan mereka" ucap mamaku sambil tertawa.

"Mama...udah ah, ini kami kapan mau ngobrolnya kalau terus mendengarkan ocehan mama" kataku sedikit kesal.

"O iya silahkan kalian ngobrol berdua di luar, maaf mama sambil bercanda, biar kalian  gak tegang" kata mamaku sambil tersenyum simpul.

Setelah mendengarkan obrolan singkat para orang tua, kami berdua pun duduk di teras sambil memandangi orang-orang lalu lalang dan menghirup udara di pagi minggu yang sejuk ini.

Tiba-tiba suara Faisal reflek mengagetkanku yang dari tadi diam, "jujur rasanya aku merasa pernah melihatmu, tapi aku lupa di mana ya?" tanyanya memecah kesunyian suasana yang dari tadi begitu beku.

"Aku juga sama seperti kamu, tapi rasanya aku gak kuat untuk mengingatnya" kataku jujur.

"Oh...ya udahlah, gak usah dipaksakan untuk mengingatnya, mungkin entah dimasa lalu atau kapan kita pernah saling kenal" katanya mencoba mengerti sambil tersenyum lembut padaku.

"Iya ya...benar juga" kataku sambil membalas senyumannya.

Lalu tidak beberapa lama kemudian, suasana pun mulai mencair, dengan dia bercerita tentang banyak hal, aku pun juga bercerita sama sepertinya dirinya, kadang kami saling tanya jawab dan sesekali diiringi tawa riang.

Di tengah asyik berbicara dengannya, tiba-tiba saja aku jadi mengingat sesuatu, ya...sesuatu yang dari tadi mengganjal dihatiku, sepertinya aku sudah mengingatnya...


Kira-kira apa ya yang diingat Musda🤔🤔😅



Penasaran??? ikuti terus kelanjutannya yaa...jangan lupa vote dan komennya, biar aku lebih semangat melanjutkan ceritanya, ok😊

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang