Kaget

43 9 5
                                    

Setelah pertemuan di rumah sakit itu,  aku semakin bingung dengan perasaanku. Kenapa aku begitu sulit sekali mengambil keputusan, tapi walau bagaimanapun aku harus memilih salah satu dari mereka. Tidak mungkin aku memilih keduanya, pasti harus ada yang kupilih. Tidak peduli salah satu ada yang tersakiti.

Aku sudah mencoba mendengarkan isi hatiku, dan aku sudah yakin. Bahwa dialah yang aku pilih nanti, yang harus aku lakukan sekarang mencoba untuk jujur. Semoga berhasil.

Hari ini tadi Riduan sudah mengajar seperti biasanya, nenek pun sudah boleh pulang dari rumah sakit. Untuk sementara waktu nenek menginap di tempat Riduan dan ada yang menjaga nenek di sana, yaitu tetangganya Riduan. Jadi selama Riduan pergi mengajar tetangganya lah yang menjaga nenek.

Sepulang mengajar tadi aku cuma uring-uringan di kamar, sambil bermain game diponselku.

Tiba-tiba disaat aku lagi asyik bermain, ponselku berdering mengejutkanku. Ternyata Nia anak muridku yang menelpon, tumben sekali dia menelponku.

"Hallo Assalamu'alaikum," sapaku ramah.

"Waalaikum salam bu"...

"Nia tumben nelpon ibu, ada apa?" tanyaku heran.

"Bu Nia kesepian di rumah, semuanya pada sibuk. Ibu mau gak menemani Nia jalan-jalan sore ini?" tanya Nia dengan penuh pengharapan.

"Hhm...

"Sebentar aja kok bu, sebelum magrib kita udah pulang, nanti aku yang jemput ibu, kita pakai motorku aja. Aku dech nanti yang bonceng ibu, mau ya bu!" ucap Nia memelas memohon.

"Iya dech, kebetulan ibu juga lagi bete di rumah, mau menghirup udara segar nich kayaknya. Eh kebetulan kamu yang ngajakin ibu jalan, ibu senang banget," jelasku panjang lebar disela senyumku.

"Ibu bisa ajaa, ok dech bu, nanti sehabis ashar aku jemput di rumah ibu, makasih ya bu sebelumnya," ucap Nia senang bukan main.

"Iya sama-sama Nia, kalau Nia senang ibu juga senang," jawabku tulus.

"Ok dech bu sampai nanti. Assalamu'alaikum," ucap Nia menutup pembicaraan.

"Waalaikum salam"...

Begitulah, aku begitu dekat dengan anak-anak muridku di sekolah. Salah satunya dengan Nia, rasanya ada suatu kebahagiaan tersendiri bila melihat mereka senang dan bahagia bila sudah curhat denganku atau bisa jalan-jalan denganku. Teman-teman mengajarku di sekolah pun juga heran padaku, kenapa bisa sedekat itu dengan anak muridnya sendiri. Ya aku bilang saja aku suka dengan dunia mereka, yaitu dunia remaja. Dunia mereka begitu berwarna dan perlu bimbingan dan pendamping yang baik, supaya mereka tidak salah arah.

Setelah shalat ashar tidak terasa Nia sudah datang menjemputku, aku pun sudah meminta izin pada mamaku untuk menemani Nia jalan-jalan. Mamaku pun sudah tau bahwa aku juga sering menemani anak muridku untuk jalan-jalan, jadi tidak perlu khawatir lagi. Kadang mamaku sudah kenal dan akrab beberapa dari mereka, salah satunya dengan Nia, senang sekali rasanya mamaku bisa akrab dengan mereka.

"Eh Nia kenapa lama tidak ke sini?" tanya mamaku ramah pada Nia.

"Belum ada waktu aja tante, lagian sibuk juga di rumah ngerjakan PR," jawab Nia sopan.

"Ooh sering-sering aja main ke sini, tidak perlu sungkan, bahkan kalaunya mau nginap juga tidak apa-apa!" ucap mamaku tulus menawarkan.

"Aduh ngerepotin aja kalau Nia sampai nginap," sela Nia canggung.

"Ah tidak apa-apa, anggap aja bu Musda itu kakak kamu!" pinta mamaku hangat.

"Iya insya Allah kapan-kapan dech tante," jawab Nia mengerti.

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang