Permintaan Maaf

19 4 1
                                    

Di sore hari yang cukup terik namun tidak begitu menyengat aku mengayuh sepeda dengan pelan dan hati-hati takut terjadi lagi sesuatu yang tidak diinginkan, tidak terasa kini sampailah aku di depan rumah Rudi.

Kupandangi beberapa saat pintu rumahnya yang tertutup rapat, ada perasaan cemas bergelayut dihatiku ketika akan bertemu dengannya. Tapi niatku tetap kulaksanakan jangan mundur sedikit pun.

Kuketok pintu rumahnya perlahan sembari mengucapkan salam, sementara dihatiku terus menerka-nerka siapa yang akan membukakan pintu. Apakah seseorang yang ingin kulihat batang hidungnya atau anggota keluarganya yang lain, entahlah...!

Tiba-tiba pintu pun terbuka disertai suara jawaban salam dari suara berat laki-laki, tepat sasaran dialah yang membukakan pintu untukku. Sejenak pandanganku beradu dengannya, hanya ada tatapan datar dan dingin darinya tanpa senyuman maupun ekspresi. Apa dia benar-benar marah padaku.

"Maaf mengganggu, ini ada kue donat buatanku, semoga kamu suka!" ku coba menghilangkan kebisuan setelah beberapa saat cuma hening yang tercipta.

"Ooh iya, terima kasih kuenya, nanti toplesnya saya balikin," sahutnya datar sembari mau menutup pintu.

"Hmm tu tunggu, bisakah kita bicara sebentar? tanyaku ragu.

"Boleh...sebentar saya letakkan kue ini dulu ke dapur," jawabnya agak sedikit melunak dari sebelumnya.

Setelah meletakkan kue ke dapur, kini aku dan Rudi lagi duduk di kursi teras depan sambil menikmati angin sore yang sejuk. Lagi-lagi suasana pun terasa hening.

"Maaf ya tadi pagi!" ucapku tanpa basa-basi.

"Minta maaf kenapa?" tanya Rudi mengerutkan keningnya heran.

"Ya karena sedikit cuek, akibatnya kamu pulang tanpa izin gitu," jelasku jujur.

Tiba-tiba Rudi seperti ingin menahan tawa dari wajahnya yang tentu membuatku bingung.

"Lah kenapa mau ketawa? apa ada yang lucu?" tanyaku heran.

"Saya pulang buru-buru bukan karena masalah itu, tapi karena perut saya tiba-tiba aja sakit jadi kebelet pengen BAB," jelasnya sambil menahan tawa.

"O ya...aku kira karena masalah tadi pagi," jawabku sendu.

"Sebenarnya saya mengerti posisi saya, walau gimana pun kita baru kenal. Jadi tidak sepantasnya saya begitu lancang langsung ajak kamu jalan, kita pun juga belum berkenalan secara resmi!" ucapnya seketika.

"Tidak apa-apa. Aku juga udah tau nama kamu dari Nika," sahutku jujur.

"Baguslah kalau begitu...Nika pasti udah cerita banyak tentang saya," jawab Rudi datar menatapku lekat.

"Biasa aja kok, Nika mulutnya gak ember seperti sebagian remaja-remaja labil yang lain di luaran sana, dia begitu polos dan lugu," dustaku demi menjaga hatinya.

"Tapi saya tidak percaya, Nika pasti udah bilang saya ini bujangan lapuk,  udah tua bangka namun tidak kawin-kawin sampai sekarang. Harusnya diumur saya yang udah kelewat matang ini saya udah nikah dan punya beberapa orang anak. Tapi hanya karena wanita saya jadi seperti ini." ucapnya sendu dengan wajah muram, mengingat kembali hal yang sangat menyakitkan dalam sejarah hidupnya.

"Ya Tuhan, sungguh Nika tidak bicara seperti itu, dia anak yang sangat baik. Dia cuma bilang dia turut prihatin akan keadaanmu dan memang Nika cerita tentang kamu, tapi tidak yang seperti kamu duga tadi, kenapa kamu kira Nika seperti itu? kamu kan udah lama kenal dengan Nika?" tanyaku heran dengan dugaan buruk Rudi yang dilayangkan pada Nika.

"Karena yang kutahu sebagian penduduk di desa ini rasa prihatinnya cuma di muka saja, tapi setelah dibelakang mereka menghina saya dan mengatai saya macam-macam, jadi saya kira Nika seperti itu," jelas Rudi mencoba menahan amarahnya.

Tidak kusangka Rudi yang ku kenal ceria, baik, tulus, dan punya semangat tapi didalam hatinya punya amarah yang menggebu dan juga luka batinnya tidak kunjung sembuh.

"Sabar ya...lagian kan cuma sebagian orang yang seperti itu, masih banyak yang peduli dan pastinya sayang sama kamu!" hiburku tulus seraya tersenyum tipis padanya.

"Apa termasuk mbak sendiri?" spontan Rudi menanyakan itu padaku yang secara tidak sengaja mataku kembali beradu pandang dengan matanya.

Hening kembali sejenak, kuamati sekilas wajahnya yang lebar dengan rahang yang kokoh. Mata yang tajam bulat sempurna, hidung cukup mancung, bibir tidak begitu penuh, kulit kuning langsat dan di dagunya ditumbuhi bulu-bulu halus yang mungkin belum sempat dia cukur. Di tambah dua lesung pipi menghiasi pipinya dikala dia tersenyum semakin menambah pesona ketampanannya. Rudi kelihatan begitu tampan dengan wajahnya yang masih baby face kurasa tidak kelihatan begitu tua dibandingkan umurnya, dia cuma kelihatan seorang laki-laki matang dan berwibawa.

Seandainya saja dia mencoba untuk membuka hatinya untuk wanita lain, pasti banyak yang mengincarnya. Dia selain tampan, baik, pekerja keras dan agamanya juga bagus. Kata Nika dia rajin shalat berjamaah di mesjid dekat rumahnya bila waktu shalat sudah tiba, kurang apalagi sangat ideal untuk dijadikan calon suami.

Tiba-tiba saja aku tersadar oleh lamunanku setelah mengalihkan pandanganku ke arah lain, dan mencoba mengalihkan pembicaraan tanpa menjawab pertanyaannya yang tadi.

"O ya hmm sebaiknya jangan panggil aku mbak dech, aku merasa sangat tua dipanggil dengan sebutan itu. Panggil nama aja," pintaku seraya tersenyum ramah.

"Ok kalau begitu," jawab Rudi frustasi karena pertanyaannya barusan tidak dijawab dan dilupakan begitu saja.

"Udah sore, aku pulang dulu. Titip salam sama Lina ya!" pintaku basa-basi sambil berdiri.

"Iya nanti disampaikan, kakinya udah sembuh?" tanya Rudi mencoba menetralisir kembali perasaannya.

"Ya udah mendingan," jawabku singkat.

"Terima kasih kuenya..." ucap Rudi mengakhiri percakapan.

"Sama-sama," jawabku singkat.

Hanya ada jawaban itu yang terlontar dimulutku, maaf Rudi aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Nanti kapan-kapan kalau ada kesempatan aku akan menjawabnya.


Akhirnya bisa update lagi setelah sekian lama gak update, maaf ya teman2 karena dikehidupan nyata begitu banyak persoalan yang menghimpitku, jadi aku gak begitu mood untuk update. Tapi tenang aja itu cuma sejenak kok, anggap aja aku kemaren cuti sebentar dari dunia menulis..heheee...😅 sekarang aku kembali lagi untuk kalian, karena aku gak bisa lama2 gak update. Kangen juga sama Musda, Faisal, Riduan, dan juga Rudi si perjaka tampan yang baik hati..heheee...

O ya jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, makasih udah membaca, nantikan kelanjutannya..😊

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang