Sebuah Harapan Baru

18 4 3
                                    

Kini Musda dibawa ke RS gawat darurat untuk secepatnya diberi pertolongan. Darah yang dikeluarkan begitu banyak, sampai membasahi perban yang melilit tangannya untuk sementara ditutupi agar tidak infeksi dalam menuju perjalanan ke RS.

Musda ditangani oleh pihak medis untuk diberi penanganan lebih lanjut. Berusaha untuk menyelamatkan nyawa yang sudah kritis.

Faisal dan Mama Musda masih begitu syok dan tidak menyangka Musda kenapa sampai bisa melakukan hal sebodoh itu. Musda yang selama ini dikenal kuat, tegar dan tahan banting kini benar-benar berada dipuncak titik kelemahannya untuk bertahan.

Di kursi tunggu Mama Musda hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya. Sementara Faisal dari tadi mondar-mandir tidak karuan menunggu dokter keluar dari ruangan dan melihat keadaan Musda. Rasa ingin tahunya begitu besar kenapa Musda sampai senekat itu, dia harus mencari tau penyebabnya.

Tiba-tiba saja dia teringat Riduan, iya Riduan kenapa tidak datang disaat kondisi Musda sekarat seperti ini. Apakah Musda bertengkar dengan Riduan, ada kecurigaan begitu dalam dihatinya.

"Maaf apa Tante tau nomor Riduan?" tanya Faisal berusaha terlihat tenang walaupun dihatinya seperti panas api yang membara ingin marah pada sosok yang bernama Riduan.

"Iya tau.."jawab Mama Musda disela isak tangisnya.

"Bisa minta nomornya?" tanya Faisal yang berdiri sambil ingin mencatat di ponselnya.

Setelah mencatat kini nomor Riduan pun ada ditangan Faisal. Mama Musda pun tidak menanyakan kenapa tiba-tiba saja Faisal meminta nomor ponselnya Riduan, mungkin karena dia lebih terfokus pada rasa sedih yang dia rasakan.

Kini Faisal bersiap-siap menelpon Riduan. Sengaja Faisal memberi jarak untuk tidak terdengar Mamanya Musda.

Terdengar bunyi tuut tuut di seberang sana. Beberapa detik kemudian terdengar seorang wanita tua mengangkat telpon.

Sengaja juga Faisal pakai nama samaran dan berkata sebagai teman lamanya Riduan biar dia lebih leluasa. Dan ternyata sungguh kaget setelah mengetahui Riduan ada di RS yang sama dengan Musda, berarti tidak jauh dari sini. Kebetulan sekali dia ingin sekali bertemu laki-laki itu.

Setelah mematikan telpon, Faisal permisi sebentar dengan alasan ke toilet pada Mama Musda. Tapi tidak bilang ingin menjenguk Riduan. 

Sesampainya di depan pintu tempat Riduan menginap, Faisal terdiam sejenak. Menghela nafas lalu menghembuskannya perlahan.

"Assalamu'alaikum.." sapa Faisal sekaligus membuka pintu.

"Waalaikum salam..eh temannya Riduan ya?" tanya Nenek ramah. Sengaja tadi Faisal bilang lebih dulu ingin bertemu dengan Riduan.

"Iya.." jawab Faisal singkat sekilas melirik Riduan yang lagi rebahan membelakangi Faisal.

"Oh silahkan masuk!" suruh Nenek hangat.

Faisal pun masuk perlahan dan hanya diam memandangi Riduan.

"Kalau begitu Nenek keluar sebentar ya, silahkan kalian berdua ngobrol!" ajak Nenek mengerti.

Faisal hanya membalas dengan anggukan senyum ramah.

"Riduaaann...ini ada.." belum selesai Nenek bicara, Riduan langsung memotong pembicaraan Nenek.

"Jangan bilang Musda lagi yang datang, aku gak mau lagi bertemu dengannya Nek. Suruh aja dia pergi!" pinta Riduan tanpa tau ada Faisal yang berdiri di belakangnya.

Mungkin karena efek Riduan yang terus melamun dari tadi jadi tidak begitu mendengarkan bahwa yang datang dan bersuara adalah Faisal. Telinganya mendengar tapi pikirannya melayang bercabang kesana kemari.

Siapa CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang