Setelah percakapan dengan Riduan itu aku merasa serba salah, sebenarnya aku ingin sekali jujur padanya tentang semuanya. Tapi aku rasanya ragu dan tidak sanggup melihat kekecewaan dimatanya.
Aku tidak tahu kenapa aku begitu pengecut untuk melakukan sebuah kejujuran pada seseorang yang dulu pernah menyakitiku, yang membuat hatiku hancur berkeping-keping.
Apakah aku masih punya perasaan padanya, entahlah... aku masih bingung menafsirkan perasaanku yang masih terasa mengganjal dihatiku.
Dulu aku juga begitu dekat dengan neneknya Riduan, neneknya begitu baik dan ramah padaku. Aku merasa punya keluarga kedua bila berkunjung ke rumah neneknya.
Tapi setelah mendengar sekarang neneknya sakit-sakitan, aku merasa sedih dan ingin sekali menemuinya. Tapi karena aku sudah ada janji untuk ke rumah Faisal, dengan sangat terpaksa aku kembali menolak ajakan Riduan untuk bertemu.
***
Hari minggu pagi yang cerah, aku dan mamaku sedang bersiap-siap untuk ke rumah Faisal, aku tampak gugup mengingat ini pertama kalinya berkunjung ke rumah Faisal.
Aku berangkat diantar pakai mobil pamanku yaitu kakak dari ibuku sebagai laki-laki dari kami bertiga. Pamanku orangnya baik, tegas dan berwibawa. Dialah yang bisa ibuku ajak bertukar pikiran dan sekaligus pelindung kami dan selalu ada disaat kami butuhkan.
Pagi jam 09.00 kami pun berangkat, di dalam mobil aku lebih banyak termenung asyik dengan pikiranku sendiri, mama dan pamanku pun tidak begitu banyak bicara padaku seakan mengerti suasana hatiku. Mereka lebih asyik bicara berdua, aku cuma mendengarkan sambil sesekali menanggapi obrolan mereka.
Setelah beberapa lama kemudian, sampailah kami di sebuah rumah mewah bertingkat dengan pagar tinggi menjulang. Di tambah halaman yang cukup luas, dihiasi tanaman bunga-bunga semakin menambah keasrian dan kesejukan pekarangan rumah ini. Aku sempat terkejut seketika melihat pemandangan yang begitu menabjukkan.
Kami bertiga pun disambut dengan hangat dan ramah.
Setelah dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu, menikmati suguhan yang tersusun di meja tamu serta obrolan ringan, ayah Faisal memulai bicara.
"Terima kasih Ibu, bapak dan nak Musda udah bisa datang ke sini, maaf menyuruh kalian semua datang ke sini repot-repot" ucap ayah Faisal dengan suara kebapakannya.
"Ah gak apa-apa kok pak, sekali-kali biar kami juga yang berkunjung ke rumah bapak, biar sekalian silaturrahmi" jawab mamaku berkata dalam senyumnya.
"Syukurlah ibu mengerti, kami sengaja mengundang ke sini untuk juga sekalian menambah keakrapan kita. Apalagi si Faisal senang banget tuch Musda bisa juga ikut ke sini" ucap ibunya Faisal mengerlingkan mata ke arah Faisal yang membuat Faisal jadi malu dan salah tingkah.
"Duh mamaa... jangan dikeluarin disini jua kalii.. kan malu" batin Faisal memelas.
"Begini... kayaknya hubungan ini udah semakin erat, kami pun sebenarnya ingin cepat-cepat tapi berhubung dalam beberapa bulan ini pekerjaan di perusahaan saya masih banyak yang diurus dan menumpuk, jadi bagaimana kalau Faisal dan Musda bertunangan dulu?" tanya ayah Faisal menekan kalimat terakhirnya.
"ooohh jadi ini kejutan itu" batinku kaget.
Memangnya kenapa Musda... kamu gak suka bertunangan dengan Faisal???
Sini Faisalnya biar denganku ajaa... eeeaaaaa... heeee.... 😄😅😂Apa ada laki-laki lain dihatimu Musda???
Waah... semakin rumit ya ceritanya, pada penasaran gak nich dengan kelanjutannya, kalonya penasaran makanya ikuti terus kelanjutannya... maaf kali ini ceritanya agak pendek dari biasanya biar dibikin penasaran... heee... 😀😄😅
nanti kalaunya dipaksakan ceritanya takutnya malah jadi garing, jadi segini aja dulu...Dan jangan lupa vote dan komennya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Cintaku
RomanceSeorang wanita yang bernama Musdalifah masih betah sendiri diusianya yang ke 28 tahun, ibunya sudah beberapa kali mencoba menjodohkannya dengan seorang pria, tapi Musdalifah selalu saja menolak untuk bertemu dengan pria pilihan ibunya itu, ibunya pu...