"Musda...Mus"...panggil Faisal pelan mengagetkan lamunanku.
"Ehh oh iya"... sahutku asal.
"Sepertinya dari tadi ibu perhatikan ada yang melamun aja?" singgung ibunya Faisal seraya tersenyum manis kearahku.
Sejenak mukaku terasa menghangat, malu dan perasaan campuk aduk lainnya bergemuruh dihatiku.
Aku tidak tau harus senang atau pun bahagia oleh rencana pertunangan ini, aku harusnya begitu bahagia, dan memang itu kan yang aku inginkan.
Tapi entah kenapa ada sesuatu begitu mengganjal dihatiku, seseorang dimasa lalu kini kembali hadir dihidupku. Yang membuatku semakin dilema antara memilih masa lalu dan sebuah kepastian yang sudah ada didepan mata.
Aku harus secepatnya menyelesaikan seseorang dimasa laluku dulu, sebelum pertunangan ini dilaksanakan. Agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi.
Aku hanya tanggapi dengan senyuman setelah mendengar ucapan ibunya Faisal padaku.
"Mungkin Musda terlalu bahagia jadinya dia melamun terus!" jawab mamaku meluruskan.
Aduh mama apaan sich, batinku kesal.
Serentak pun semuanya tertawa riang setelah mendengar jawaban mamaku. Aku tau mungkin ibunya Faisal sengaja bercanda seperti itu untuk meramaikan suasana.
"Bagaimana nak Musda apa setuju dengan pertunangan nanti, Insya Allah bulan depan akan kita adakan acara pertunangannya?" tanya bapak Faisal ramah padaku.
"I iya saya setuju" jawabku gugup.
"Alhamdulillah"... reflek jawab semuanya serentak, semuanya tampak begitu bahagia menantikan acara pertunanganku nanti.
Faisal pun dari tadi selalu tersenyum ke arahku yang duduk tepat berseberangan denganku dan aku selalu curi pandang atau pun membuang muka saat matanya memandangku. Jangan membuatku salah tingkah Faisal, tatapanmu membuatku meleleh.
Setelah berbincang cukup lama disertai candaan, akhirnya ibunya Faisal pun mengajak kami ke halaman belakang rumah yang cukup luas untuk memulai acara masak-masak dan memanggang ayam.
Aku mengipaskan perlahan pada panggangan ayam di hadapanku, baunya menggoda sekali. Perutku sebenarnya juga sudah lapar.
Sementara mamaku dan ibunya Faisal masak sayur dan nasi di dapur dengan segala perlengkapan buat makan siang nanti.
Bapak Faisal dan pamanku masih sambil berbincang seraya mengamati kolam ikan nila di samping rumah Faisal. Sedangkan Faisal entah kemana tidak kelihatan setelah perbincangan tadi.
"Dooorr"...
"Ya ampun Faisal bikin aku kaget ajaa, dari mana aja sich!" tanyaku spontan dengan detak jantung yang tidak beraturan karena kaget.
"Kenapa emang, kangen yaa... baru aja ditinggal sebentar udah kangen!!" goda Faisal manja.
"Iiihh... siapa juga yang kangen" jawabku sinis masih sambil mengipaskan panggangan ayam.
"Hhmmm... jutek banget bu macan... nanti cantiknya hilang lhoo" goda Faisal makin menjadi sambil mengulum senyumnya yang tertahan.
"Faisaaall... kamu tuch yaaa..." ucapku melotot ke arahnya.
"Kayaknya bu macan makin marah nich, aduuh... takuuutt" teriak Faisal mulai siap-siap berlari karena dia tau aku bakal cubit dia.
"Awas yaa...udah aku bilang aku gak suka dipanggil bu macan" sahutku sambil melangkah cepat berusaha mengejarnya yang sembari berlari-lari kecil menghindariku.
"Kenapa emang ada masalah dengan panggilan itu, kamu tau kan artinya ibu manis dan cantik" sela Faisal tak mau kalah.
Dari kejauhan ibunya Faisal geleng-geleng kepala melihat tingkah Faisal seperti anak kecil. Yang masih selalu saja menggoda dan suka usil pada Musda, anak itu memang tidak pernah berubah. Tapi disatu sisi dia bahagia sebentar lagi jagoannya ini akan segera bertunangan dengan teman masa kecilnya itu. Semoga hubungan mereka langgeng sampai akhir hayat dan bahagia selamanya, do'a ibunya Faisal dalam hati.
"Udah ah aku capek, dari tadi keliling-keliling mengejar kamu" ucap Musda ngos-ngosan.
"Haah... ayamnyaaa gosoong" teriak Musda spontan.
"Apaa"... sahut Faisal menghampiri Musda.
"Tenaaang...disebelahnya gak gosong, jadi masih bisa dimakan, lagian masih ada dua satu ayam yang belum dipanggang" ucap Faisal menenangkan.
"Ini gara-gara kamu" lirikku kesal.
"Lah kok aku yang disalahkan, kamu yang ngejar-ngejar aku. Jadinya aku menghindar buat menghindari cubitan bu macan!!" sahut Faisal sambil nyengir tak bersalah.
"Kenaaa"... ucap Musda mencubit pelan lengan Faisal.
"Aduh ampun bu macan ampuuunn" ucap Faisal memelas.
Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel Musda berbunyi merdu dari kantong celananya.
Aku pun mengambil ponselku dan melihat nama yang menelponku, dia adalah Riduan.
Deeg... jantungku berdegup kencang, kenapa disaat seperti ini Riduan menelponku, apa ada hal penting.
"Dari siapa?" tanya Faisal menghampiriku.
Aku pun dengan cepat menyingkirkan ponselku dari pandangannya, takut dia melihat siapa yang menelpon.
"Dari teman mengajar" jawabku sekenanya.
"Ooh... angkat aja siapa tau penting!" suruh Faisal paham.
"Ok aku angkat" jawabku seraya sedikit menjauh dari Faisal agar suaraku tidak terlalu jelas terdengar.
"Hallo Assalamu'alaikum"... ucapku pelan seraya membelakangi Faisal.
"Waalaikum salam...Musda kamu lagi ngapain nich? tanya Riduan ramah.
Ya Allah... Riduan menelponku cuma mau nanyain itu aja, batinku gemas.
"Musdaa... aku kangen sama kamu" ucap Riduan masih disela ucapannya yang pertanyaannya juga belum dijawab Musda.
"Maaf ya Riduan ini aku lagi ada acara di rumah tante aku, nanti kita sambung lagi ya telponnya" ucap Musda setelah itu mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban Riduan di seberang sana.
"Udah telponnya?" tanya Faisal penasaran.
"Iya udah, aku mau ke toilet dulu ya, udah gak tahan nich" ucap Musda buru-buru.
Entah ini cuma perasaan Faisal saja, setelah Musda menerima telpon itu raut muka Musda jadi berubah datar, tidak ada lagi binar kebahagiaan di wajahnya. Seperti ada yang disembunyikannya, tapi apa...batin Faisal bingung.
Hhmmm kayaknya mulai curiga nich Faisal...
Penasaran kelanjutannya, makanya ikuti terus ya kelanjutannya... jangan lupa juga vote dan komennya. Vote apalagi komentar kamu sangat berarti buatku, apalagi komentar pengen ceritanya cepat lanjut... aduuh rasanya hatiku berbunga-bunga banget hehehe...😄😅😂beneran lho, kayak ada semangat gitu buat cepetan update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Cintaku
RomanceSeorang wanita yang bernama Musdalifah masih betah sendiri diusianya yang ke 28 tahun, ibunya sudah beberapa kali mencoba menjodohkannya dengan seorang pria, tapi Musdalifah selalu saja menolak untuk bertemu dengan pria pilihan ibunya itu, ibunya pu...