Untold Story 2

1.2K 54 15
                                    

Beberapa jam setelah acara Lamaran.....

Hampir semua tamu undangan sudah pulang,keluarga Affan sendiri sudah meninggalkan kediaman pak Rachman setelah acara ramah tamah dan sesi foto bersama,sedang Affan sendiri memilih tinggal sedikit lebih lama dengan alasan kesopanan.

Ihsan yang menemaninya makan,sedikit canggung saat mengajaknya ngobrol.Affan sangat irit bicara,dia menjawab hanya ketika ditanya,selebihnya hanya menjadi pendengar.Untung ada pak Rahman dan Ridho yang ikut bergabung jadi obrolan itu sedikit lebih hidup.Kalo dulu,saat acara lamaran Awa dan Zahra,dia bisa menggoda para iparnya habis2an,dengan Affan dia merasa sungkan.Selain tenyata suami adik ipar bungsunya itu setahun lebih tua darinya,meski wajahnya terbilang sangat muda,Aura yang di keluarkan Affan terasa begitu mengintimidasi.Di bilang sombong sih tidak,karena dia selalu menanggapi pertanyaan dengan sopan dan terlihat menyimak percakapan orang2 di sekitarnya dengan seksama.Susah berbaur,mungkin itu kalimat yang pas buatnya.

Affan melirik jam rolexnya,sudah lewat tengah malam.Suasana sudah semakin sepi,kini tinggal mereka saja yang tersisa di ruang tamu.Suara para gadis yang tadinya terdengar ramai juga sudah mulai sepi.

"Mau langsung pulang dik?"tanya Ihsan dan dia menggaruk tengkuknya yang gatal saat Affan menjawab dengan anggukan.

"Bukannya harus menginap dulu malam ini"itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan yang dibuat Ridho."Dulu,biasanya kami akan tinggal setelah ijaban,toh kalian sudah syahkan"sambungnya.

"Iya dik,kou sudah berhak atas si bungsu"bisik Ihsan membuat wajah Affan merona merah namun buru2 dia menetralkan raut mukanya meski yang lain sudah melihat dan mengulum senyum melihatnya yang salah tingkah.

"Kakak2mu benar,menginap saja,lagian ini sudah terlalu malam untuk pulang,ayah juga mau istirahat dulu"tambah pak Rachman,Affan berusaha menata detak jantungnya senormal mungkin.

"Terimaksih om,mungkin lainkali,untuk sekarang saya belum bisa menginap tapi sebelum pulang,saya ingin pamit dengan Naya sebentar"ucapnya setenang mungkin dan pak Rahman tidak lagi memaksanya sementara Ihsan dan Ridho saling menatap saat Affan pamit berdiri dan ijin sebentar ke kamar Naya.

"Wah..suami adik ipar bungsu kita ternyata sangat bisa menahan diri"entah itu pujian atau bukan,yang jelas Ihsan merasa salut dengan keteguhan Affan untuk tidak menginap

"Mereka menikah gak karena paksaan kan?"tanya Ridho merasa heran,sebagai laki-laki normal yang dihadapkan dengan seorang gadis yang nyata2 halal untuknya,tidak mungkin akan dilewatkannya begitu saja,setidaknya itu yang dipikirkannya.Zaman dia dulu,begitu halal,Awa juga langsung diterjangnya,padahal istrinya itu dulu sempat menangis meraung menolaknya.Tapi seperti kata para sahabatnya,semakin wanita menolak maka semakin cepat pula punya banyak anak dan benar saja,anaknya saja sekarang sudah 3,padahal yang lainbaru dapat satu.Entah darimana ide seperti itu muncul.Mendengar pertanyaan Ridho,Ihsan hanya mengendikkan bahu.

Sementara itu,Affan sudah membuka pelan kamar tempat istri yang baru dinikahinya berbaring.Barang seserahan nampak berserakan dimana-mana membuat kamar mungil itu terasa penuh,sepertinya Naya terlalu lelah untuk merapikannya.Harum aroma Naya memenuhi penciuman Affan,dan entah sejak kapan dia sangat menyukai aroma ini.Sudut bibir Affan tertarik ke atas sedikit melihat Naya yang tampak pulas dengan sisa-sisa make up tipis yang membuat wajahnya terlihat begitu cantik dan polos.Affan tidak tega membangunkannya jadi dia memilih duduk diam di pinggir ranjang,menatap Naya tidur dalam balutan piyama bergambar kelinci yang terlihat imut di matanya.

Sekarang...gadis ini adalah istrinya,wanita yang akan mendampingi seumur hidupnya, wanita yang dengannya Affan akan berbagi semua hal yang dimilikinya,wanita yang nantinya akan melahirkan anak-anaknya,wanita yang akan digenggamnya hingga sama-sama menua nanti,wanita ini...Kanaya Sabrina,yang berhasil mencuri perhatiannya.

Awalnya Affan ingin menatapnya lalu langsung pergi,tapi melihat bibir Naya yang sedikit terbuka mulai membuatnya tergoda untuk duduk sedikit lebih lama di sana.Karena dia tidak yakin akan mendapatkan kesempatan menikmati wajah itu lebih lama lagi saat mata bulat itu terbuka.Affan mengelus lembut wajah Naya,dimulai dari pipi cabinya yang halus dan mulus,lalu menyusuri alis dan bulu matanya yang tidak begitu panjang namun cukup lentik dan terlihat pas menghiasai kelopaknya lalu jari Affan berhenti cukup lama,memainkan bibir Naya yang semerah cerri.

Perlahan tubuh Affan membungkuk dan lembut mengecup bibir itu,lembut dan manis.. Kecupan itu lambat laun bertambah dalam,apalagi saat Naya tanpa sadar membalasnya pelan meski sesekali terlihat ingin memberontak,Affan tak bisa menahan tangannya yang refleks bergerak menyusuri kulit lembut Naya yang tersembunyi di balik piyama tidurnya.Sesekali Naya menggeliat tak nyaman,namun Affan belum berniat menghentikannya,gumaman Naya selalu tertelan oleh ciumannya.Dan tangan Affan makin berani membelai perut datar Naya,hingga tiba2 seperti tersentak,Affan menghentikan aksinya saat tangannya sampai pada gundukan kenyal di dada Naya.Terburu2 dirapikannya piyama Naya lalu segera berdiri sedikit menjauh merapikan kemejanya sendiri yang kusut,mengambl nafas berulang kali,Affan mencoba mengontrol hasratnya.Entah apa yang akan dilakukan Naya jika tahu apa yang barusan dilakukannya,mungkin gadis itu akan mengamuk,menyumpahinya yang sudah berani melanggar kesepakatan mereka.

Affan masih ingat,bagaimana wajah tegang Naya tadi saat melihatnya tidak pulang bersama keluarga besarnya dan bisa dibayangkannya wajah Naya yang akan shock jika sampai melihat Affan masuk ke kamar dan mencuri ciumannya disertai grepe2nya. Entah apa yang lucu tapi bayangan itu membuatnya Affan mengulum senyumnya.

"Aku pulang dulu Nay..."dibelainya rambutnya Naya lembut."Maaf... sudah sedikit melanggar kesepakatan kita,aku akan melupakan dan menganggap ini tidak pernah terjadi,tidurlah yang nyenyak,aku tidak akan mengganggumu lagi"Affan mengecup kening Naya cukup lama,sebelum keluar dan pamit pulang.

Sepanjang perjalanan,Affan masih mengelus bibirnya yang dengan lancang sudah berani mencium Naya dalam tidurnya.Masih ada sisa-sisa kelembutan dan rasa manis bibir Naya yang tertinggal di sana,membuat Affan menggelengkan kepala,heran dengan kendali dirinya yang mudah sekali lostcontrol saat bersama Naya.

"Dasar.. ternyata,aku bisa cukup gila jika bersamanya"desahnya berusaha melupakan dan menganggap kejadian tadi tidak nyata.

"Kou harus lebih bisa mengontrol dirimu,jangan sampai itu terjadi lagi atau kou tidak akan bisa berhenti...."ucapnya seperti membuat janji pada diri sendiri.

******

Juma'at ,6 Juli 2018

Harap bersabar ini hayalan hehehe..

Belum pindah lapak ya,masih stay di sini,dan makasih yang masih setia baca,Vote dan Koment,kalian bikin aku senang dan kalo senang update pun lancar hahahayyy...

Imperfect Mate (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang