IM S-3 :Demi... (2)

308 15 9
                                    

PERINGATAN!!MOHON DIBACA!!

Masih kelanjutan yang kemarin ya,mohon kebijakannya karena eps ini mengandung konten dewasa,yang masih belum berhak membaca tolong diskip aja dan karena mengandung unsur 21+  eps ini di up mode private

Saya up ulang karena ada yang pm,sebagian part gak bisa dibaca,entah yang salah siapa hehehe

Jumat, 20 April 2018

Jumat, 20 April 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat acara syukuran Amar datang lebih dulu,dan menjelang magrib Affan baru bisa datang,acara sudah selesai tinggal beberapa tetangga yang masih asyik ngobrol dengan ayah.

"Kalo niat membantu seharusnya kou datang lebih awalkan?aku jadi gak enak karena teman2 om Rahman ngira aku suaminya Naya"Amar sudah mulai mengibarkan bendera perang.

"Jam kerjaku tidak bisa dirubah dan aku gak peduli pendapat orang,karena pada kenyataannya suami Naya itu aku"Affan membalas dingin.

"Santai donk,gak perlu emosikan?"Amar tersenyum nglihat wajah Affan yang mulai merah,bukan tanpa alasan Amar bersikap menjengkelkan.Setelah mendengar cerita Rey,dia benar2 penasaran sekali nglihat sisi lain dari Affan saat marah agar tahu sebahaya apa posisi Naya saat ini.

"Amar..bantuin mas Ridho angkat meja"teriak Awa berusaha menjauhkan keduanya karena Naya juga sudah keliatan pusing.

"Siap bos"Amar langsung membantu Ridho yang menyusun kembali ruang tamu.

Affan melonggarkan dasinya merasa gerah melihat kedekatan Amar dengan keluarga Naya,cowok gondrong itu terlihat sangat akrab dengan semua kakak Naya,disuruh kesana,kesini,bantu ini dan itu sementara dia sendiri duduk seperti tamu asing di teras depan bersama ayah dan tamu yang lain,belum lagi bersama para tetua itu yang di obrolin hanya tentang Amar.

Para tetua di kompleks itu sangat antusias menjadikan Amar bagian dari pengurus masjid karena kemampuan agamanya yang mumpuni di usia semuda itu,pak Rahman sendiri juga terlihat sangat bangga saat berulang kali mereka memuji Amar keponakannya,para ipar Naya juga terlihat santai dan akrab ngobrol bareng Amar, sampai bisa saling menepuk pundak dan tertawa lepas.Affan tiba2 merasa dirinya seperti orang lain diantara mereka,Naya sebenarnya ingin segera nemenin tapi dia masih harus ngantar nasi kotak dan kue ke beberapa tetangga yang gak bisa hadir.

"Aku antar naik motor Nay biar cepat"tawar Amar yang membuat Affan seketika menatap Naya

"Gak usah!!"tolak Naya cepat.

"Tapi ini udah hampir mag.."

"Aku jalan saja"potong Naya,Affan pamit berdiri.

"Ayo aku temani" katanya sambil mengambil beberapa bungkusan dari tangan Naya.

"Ah iya..kou kan gak ada kerjaan,aku masih repot harus bantu beres2 kursi dan karpet"Amar seperti mengejeknya,Naya benar2 mulai kesal,bisa dirasakannya aura dingin Affan.Sepanjang perjalanan cowok itu banyak diam.

Imperfect Mate (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang