23°

1.8K 125 1
                                    

Mereka pulang dari Ulangtahun Alan menuju ke rumah Aure.

"Mendingan Lo antar Ara pulang daripada dia ga guna disini!" Teriak Aure yang langsung duduk di sofa

"Jangan re,kan orang tuanya Gaada di rumah jadi biarin dia sama kita biar aman" Alvin bersuara "Lo ga usah belain dia ya! Gue ga peduli dia aman atau engga yang penting gue ga suka kalau dia ada di rumah gue!" Aure membentak ke arah Ara "Kalau Ara ga tidur sini gue juga ga tidur sini" Aure melotot "Lo kenapa sih bela dia terus! Lo pasti kena guna-guna! Sadar vin!" Aure masih saja membentak-bentak Alvin "Gue cinta sama Ara! Jadi gue gaakan biarin Ara kenapa-kenapa!" Alvin menarik tangan Ara lalu keluar dari rumah Aure.

Aure dan Alex melotot karena mendengar pengakuan Alvin yang ternyata benar-benar mencintai Ara "Gue Cinta sama Ara!" Ucapan itu terngiang-ngiang di telinga dan kepala Aure hingga Aure mimisan "Re! Hidung Kamu berdarah lagi" Aure menangis "Re, kamu tenang, jangan nangis" Aure menggeleng,tangisnya semakin menjadi "Re! Kamu tenang! Dengerin aku! Kamu harus tenang biar darah kamu ga keluar makin banyak" Aure tetap saja menangis "Re,Kamu udah janji bakalan sembuh. Jadi kamu tenang ya" Aure menggeleng,Alex langsung memeluknya "Kamu jangan kayak gini re,aku makin tersiksa" Alex menangis "Kita ke rumah sakit sekarang" Alex menggendong Aure masuk ke dalam mobil. "Kamu tahan ya" Alex mencium puncak kepala Aure.

Aure dan Alex sampai di rumah sakit "Dokter!! Tolong!!" Aure segera di bawa ke ruangan untuk diperiksa "Tuhan kumohon, Aku belum siap untuk mendengar kabar buruk" Batin Alex "Ini semua gara-gara Lo Vin!" Alex keluar dari rumah sakit "Halo? Cari Alvin sekarang! Seret dia dan bawa ke Villa bawah tanah" Alex mematikan telfonnya.

•••

Dokter keluar dari ruang periksa "Gimana dokter keadaan tunangan saya" Alex sangat takut dengan mimik wajah Dokter yang terlihat kurang bahagia "Saya sudah bilang bahwa anda harus menjaga agar tunangan anda tidak stress dan kelelahan tapi hal ini terjadi lagi semakin parah,Darahnya tidak mau berhenti hingga dia akan kehabisan darah,jadi secepatnya anda cari donor darah untuk tunangan anda"

Alex mengusap muka dengan kedua tangan "Ambil darah saya saja dokter" Dokter menghela nafas "Baik kalau begitu,akan saya proses 3 hari lagi untuk pengecekan" Alex terduduk "Baik dokter" Alex mengusap mukanya kasar "Mohon tuan bersabar dan berdoa agar semuanya berjalan lancar" Alex mengangguk "mm.. apa saya boleh melihat kondisinya?" Dokter mengangguk "Silahkan"

Alex masuk ke ruangan Aure, Wajah Aure pucat dan tubuhnya lemas "Re, kamu ga bercanda kan? Bisa bangun ga? Marahin aku lagi re.. Ayo" Alex menggenggam tangan Aure lalu menciumnya "Gue ga koma Lex, Jadi gue masih bisa bangun" Aure membuka matanya pelan.

"Gue ga bisa marahin Lo dalam keadaan kaya gini" Alex tersenyum "Kan aku udah bilang jangan stress dan memikirkan hal yang belum tentu pasti" Aure menangis "Re,kamu jangan nangis re,nanti darah kamu keluar lagi" Aure menggeleng

"Kenapa Lo masih ada disamping gue setelah Lo tau kalau gue suka sama Alvin" Alex duduk di sebelah ranjang Aure "Bagiku Cinta itu bukan siapa yang mencintai tapi siapa yang selalu ada di samping kita disaat kita jatuh atau bangkit" Aure makin menangis "Please jangan hujani gue dengan cinta, Gue gaakan bisa balas itu semua" Alex memeluk Aure yang sesenggukan "Cinta itu tidak perlu dibalas, cinta hanya butuh kejujuran. Banyak orang diluar sana yang tidak jujur dengan perasaannya tapi kamu udah jujur kalau kamu suka sama Alvin. bukan berarti aku harus mundur" Aure menggeleng "Gue mohon Lo pergi dari hidup gue Lex" Alex menunduk "Gue mohon, gue gamau kalau gue ngebebanin hidup Lo" Alex menggeleng "Berhent nangis Re, Sampai kapanpun kamu gaakan ngebebanin aku" Aure memeluk Alex erat "Gue minta maaf lex" Alex merasa bahwa tubuh Aure sangat berat dan lemas,Aure pingsan.

"Re? Re? Dokter!!! Dokter!!" Alex memencet tombol panggil dokter berkali-kali sampai Aure ditangani oleh dokter.

Alex menunggu di luar ruangan. Trililit trililit ponsel Alex berbunyi

"Halo Tante" Alex gemetar takut orangtua Aure akan menanyakan kabar Anak satu-satunya yang mereka miliki "Aure sama kamu kan? Ponselnya dari kemarin malam ga aktif dia ga kenapa-kenapa kan?" Alex bingung harus menjawab,tapi dia bukan tipe orang yang lama untuk menjawab sebuah pertanyaan "Iya saya sama Aure terus kok te,dia baik-baik aja" Suara mama Aure terdengar sedikit lega

"Bagus kalau gitu,bisa mama bicara?" Alex menggaruk kepalanya "Maaf Tante,Aure sepertinya capek banget jadi Alex gabisa bangunin takut dia marah" Mama Aure tertawa "Segitunya ya sampai bangunin aja takut? Emang anak saya apa? Gorilla? Sampai kamu takut" Alex tertawa "Bukan begitu te,Emang hari ini Aure capek banget" Alex tersenyum "Untung aja mama Aure ga keras kepala seperti anaknya" batin Alex "Oh yasudah kalian baik-baik disana ya sayang, jaga Aure,Nanti Mama telfon lagi" Alex mengangguk "baik te" lalu mematikan telfonnya.

Alex menengok Aure yang sedang diperiksa oleh dokter sepertinya sudah selesai. Melihat kondisi Aure yang sangat lemah dan pucat Alex berkali-kali menyalahkan diri sendiri "Andai gue Alvin laki-laki yang ia cintai maka dia gaakan pernah ngelewatin masa sulit ini,Andai gue bisa ambil hati Aure dan ngebahagiain dia seperti apa yang dia mau mungkin semuanya ga seperti ini. Gue bisa apa?! Gue anak dari keluarga Oxelio tapi gue lemah! Gu-gue ga bisa lakuin apa-apa selain usaha yang gue bisa. Ga ga Alex! Berhenti berandai-andai dan berjuang untuk yang terakhir" Alex mondar-mandir dan berbicara sendiri. "Tapu kenapa gue dengan begitu mudah ngelepasin aure kalau sure suka sama alvin. Kenapa gue relain?!! Kenapa?? Padahal aku ga pernah trIma kalau sure dekat sama siapapun! Tapi kenapa kali ini aku harus terima semua ini. Kenapa aku ga bisa lukain alvin?" batin alex

"Gue harus apa sekarang?!! Apa gue yang donorin darah? Gue gamau sampai Aure ga selamat. gue bakalan tuker nyawa gue asal Aure selamat" Alex mencari ruang darah lalu masuk "Permisi atas nama siapa,mencari siapa,untuk apa?" Alex langsung berbaring di ranjang "Ambil darah saya sebanyak mungkin untuk pasien di kamar 18" Suster bingung dengan kedatangan Alex yang tiba-tiba

"Maaf tuan apa sebelumnya ada konfirmasi dari dokter mengenai pendonoran?" Alex menggeleng "Kalian tau saya kan? anak dari keluarga Oxelio. Jadi jangan bantah apa yang saya inginkan" Suster menunduk "Jadi lakukan sekarang! Ambil darah saya sebanyak mungkin" Suster mengangguk lalu mempersiapkan Pengambilan darah Alex. "Aku berjuang demi kamu re,Apapun yang terjadi aku minta maaf kalau ga bisa jagain kamu lagi. Ini usaha gue yang terakhir. Kalau cinta gue gabisa buat kamu bahagia mungkin Darahku yang bisa buat kamu bertahan hidup dan ngejalanin hidup sama orang yang kamu sayang. Semua ini demi kebahagiaan kamu" Batin Alex sambil menutup mata.























(\𖤐₊˚/)─͙─͙─͙──͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙💌 ཻུ۪۪༣˚̣̣̣͙

(๑❛ᴗ❛๑)  setelah baca jgn lupa buat👇

▭∪.∪   ✧▭▭▭▭✦◦✧◦✦▭▭▭▭✧  FOLLOW+VOTE/KLICK ⭐+COMENT.

WAJIB LAKUIN😘☝️di setiap Chapter.

BIG THANKS n HAVE FUN FOR MORE CHAPTER🌻❤️

⏝᭨ི ྀ⏝᭨ི ྀ⏝᭨ི ྀ⏝᭨ི ྀ⏝᭨ི ྀ⏝᭨ི ྀ ྀྀ⏝᭨ི ྀ

╰───╮❛✍️: :〻audrykansoo❜╭───╯

Share Love [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang