Ayu mengerjabkan matanya, mengagumi pemandangan yang disajikan oleh kamar yang disediakan Tetsu-san untuk mereka. Kamar ini bisa dibilang cukup luas, dengan ruang tamu yang memiliki jendela besar, yang menampakkan pemandangan kota Tokyo yang mulai dingin, namun tidak-belum bersalju. Dari ruang tamu, mereka dapat melihat ranjang besar di dalam kamar yang hanya dipisahkan oleh rak pajangan tinggi.
"Ayah tiri lo benar-benar baik. This is great. Gue nggak berani membayangkan harga menginap semalam di sini," kata Sigit sambil melihat sekeliling. Dan yang pertama Sigit lihat, tentu kamar mandinya.
Kamar mandinya luas, dengan bathtub dan tempat shower yang terpisah, membuat Sigit berdecak kagum.
"Lo mau mandi dulu?" tanya Sigit sambil melangkah keluar dari kamar mandi.
"Boleh."
Sigit melirik pada Ayu yang mulai membuka kopernya, dan menghela nafas panjang. Dia sama sekali tidak menyangka, untuk pertama kalinya dia akan menginap sekamar dengan perempuan, dan tidak menidurinya.
Luar biasa, Sigit, ejek batinnya.
Sigit berusaha menenangkan dirinya.
Anggap saja Ayu itu pria. Iya, Ayu adalah sahabat pria lo.
"Kenapa lo komat-kamit?"
Sigit tersentak saat membuka mata, dan Ayu balas menatapnya dengan bingung.
"Habis gue dan lo mandi, ayo kita cari makan. Atau lo mau tidur? Ngantuk nggak?"
"Eh?" Ayu berdecak.
"Laper nggak lo? Gue sih laper. Atau lo ngantuk?"
"Oh. Gue lebih suka ide makan sih," semakin cepat keluar dari kamar ini, semakin baik, tambah Sigit dalam hati. Ayu sudah melepas mantelnya, dan tubuhnya yang hanya berbalut sweater benar-benar indah.
Apa gue bakal selamat dua hari ini? batin Sigit.
Ayu yang tidak tahu pergolakan batin Sigit, atau mungkin pura-pura tidak tahu, berbalik menuju kamar mandi, dan tak lama kemudian, terdengar suara air mengalir dalam kamar mandi. Sigit menghela nafas pelan, dan membuka ponselnya.
Kebanyakan isi pesannya adalah dari perempuan, yang bahkan selalu Sigit hapus sebelum sempat dibaca. Apalagi dari Susan.
Hapus.
Delete contact.
Sigit tidak pernah mau menyimpan kontak mantan yang ganggu seperti Susan ini. Nggak guna. Perempuan model gini tidak akan bisa diajak senang-senang.
Sigit membuka koper dan mengambil pakaian ganti sembari menunggu Ayu selesai mandi.
Sepuluh menit kemudian, Ayu keluar dengan wajah segar dan rambut yang diikat asal di puncak kepalanya. Ayu mengenakan jeans yang dia kenakan sejak pagi, dan sweater hijau tua.
"Cepat sekali," kata Sigit sambil berjalan ke arah kamar mandi. Ayu hanya tertawa kecil.
Wangi sabun menerpa Sigit saat dia melewati Ayu, dan tawa Ayu yang terdengar seperti lonceng di telinga Sigit, membuat akal sehatnya nyaris lenyap. Sigit menarik Ayu, dan menciumnya tepat di bibir.
Ayu yang terkejut, langsung berusaha mendorong Sigit. Namun Sigit lebih cepat. Hanya dua detik, dan dia melepaskan Ayu.
"Kamu wangi," kata Sigit sambil tersenyum, lalu melangkah menuju kamar mandi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Ayu yang kebingungan.
Ayu menyentuh bibirnya, dan mengacak kepalanya dengan frustasi. Satu kecupan kecil saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang. Ayu lemah dengan perhatian kecil seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Chick-LitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA